Beranda / Romansa / Kekhilafan Satu Malam / Bab 131 - Bab 140

Semua Bab Kekhilafan Satu Malam: Bab 131 - Bab 140

171 Bab

Bab 131: Pikiran yang Ternoda

Friska yang melihat Chelsi memilih ikut Angkasa ketimbang Abimanyu, membuat wanita itu tersungging senyum miring, mengejek sang pria. "Bagaimana, apa dia sudah berhasil kamu dapatkan, Abi?" Friska memukul lengan berotot Abimanyu. Pria itu melirik tajam seraya membersihkan lengannya yang sehabis dipukul Friska, seolah wanita itu meninggalkan bekas noda di sana. "Pasti bisa. Gadis seperti dia gampang dapatinnya." Tak ingin berlama-lama dengan wanita seperti Friska yang selalu membuat Abimanyu gerah, pria itu memutuskan mengejar langkah Chelsi dan Angkasa yang belum jauh. "Abii ...." "Berhenti mengikutiku, atau saya akan menyuruh penjaga keamanan untuk menandai wajahmu agar tak diizinkan lagi masuk ke sini!" ucap Abimanyu penuh penekanan. Bahkan, Abimanyu bingung harus dengan cara apa agar wanita seperti Friska itu menjauhinya. Memang Friska lumayan cantik, tetapi gaya pakaian, make-up, dan tingkahnya yang dibuat-buat berlebihan, membuat Abimanyu ilfeel setengah mampus. Muak! "Tung
Baca selengkapnya

Bab 132: Asisten Pribadi

  "Ada apa, Pak? Kenapa kita malah ke sini?" Chelsi melipat tangan di dada. Sambil menatap Abimanyu kesal, gadis itu menghempaskan bokong di bangku taman.  Chelsi pikir, Abimanyu akan memberikan dia pekerjaan kantor. Tetapi siapa sangka, atasannya yang terkesan misterius itu malah mengajaknya ke taman. Chelsi jadi tak enak hati dengan Angkasa tadi, terlebih ketika mengingat Angkasa ingin membicarakan sesuatu yang penting. Berurusan dengan utangnya pula.  "Kamu benaran punya utang sama Angkasa?" Abimanyu mengikuti arah pandang Chelsi yang memandang ke arah gedung kantor Group Adipati.  Chelsi tak menjawab, dia hanya memindai penampilan pria berkemeja lengan pendek dan dibalut rompi itu. Lantas, Chelsi menghembuskan napas kasar.  "Kenapa Anda membawa saya kemari? Pak Direktur tadi sepertinya ingin membicarakan hal yang penting denganku. Siapa tau saja, dia
Baca selengkapnya

Bab 133: Emosional

 "Selamat atas terpilihnya Anda sebagai CEO yang baru, Pak Abimanyu." "Selamat, Pak. Semoga bisa membawa kemajuan yang lebih besar lagi untuk perusahaan kita ini." "Selamat, Pak." "Selamat." Usai pengunduran diri Aiman di Group Adipati, dan melantik Abimanyu sebagai penggantinya menjadi CEO di perusahaan, rapat yang dihadiri oleh petinggi perusahaan dan lumayan banyak staff ini, saling memberikan selamat pada Abimanyu. Pria yang mengenakan kemeja lengan pendek berwarna biru tua, lengkap dengan rompi yang membalut tubuh kekarnya itu, tak pernah luntur senyum tipis di wajahnya. Mata Abimanyu juga berbinar-binar, menandakan betapa bahagianya dia mendapat jabatan tertinggi di perusahaan saat ini.  "Selamat, Bang Abi. Semoga kamu bisa memikul tanggung jawab besar ini." Sekarang giliran Angkasa yang menjabat tangan Abimanyu.  Abimanyu hanya m
Baca selengkapnya

Bab 134: Hanyut

  Mobil melaju sangat pelan, melewati gedung-gedung yang tampak temaram di sisi jalan. Sesekali Abimanyu menoleh pada gadis yang tampak cemberut di sampingnya, lalu kembali menatap lagi ke depan.  "Kamu tidak suka, saya antar pulang?" Akhirnya, Abimanyu bersuara.  Chelsi hanya menggeleng menanggapi, tak sedikit pun menoleh ke sumber suara. Pikiran gadis itu dipenuhi oleh raut yang tampak syok di wajah neneknya Abimanyu tadi. Mungkin Binar takkan menyadari raut syok Ambar ketika menatap Chelsi yang barusan masuk tadi. Tapi Chelsi sangat melihat jelas, bagaimana wanita tua ringkih tadi, syok mendalam saat melihatnya. Seperti orang yang ketakutan saat melihat setan.  "Hey ...." "Aaa!" Tangan Chelsi impulsif melayang, wajah Abimanyu tiba-tiba berada di samping pipinya.  Sigap Abimanyu menahan lengan halus itu, sambil mengunci mata indah d
Baca selengkapnya

Bab 135: Memohon pada Chelsi

 Suara batuk di pagi hari mengganggu tidur Chelsi yang rasanya baru sekejap. Hampir semalaman, gadis itu tak bisa memejamkan matanya. Wajah Abimanyu yang mendekat dengan tatapan menghanyutkan selalu menggoda benaknya. Segera gadis itu menyingkap selimut, lalu menuju ke sumber suara. "Mama kenapa?" Segera Chelsi meraih lengan ibunya yang terduduk di lantai.  Wanita tua yang telah beruban di rambut dan selalu melilitkan syal di leher itu, memang terbilang sering kali sakit-sakitan. Sering tubuh tuanya itu drop dan harus menjalani perawatan instensif di rumah sakit. Jika ada uang lebih, maka Chelsi akan melakukannya. Tetapi jika tidak, maka ibunya cukup dibantu obat-obatan dari kios saja ketika sedang drop. Beruntung, di tengah rumitnya hidup, Chelsi dilimpahkan tetangga yang mau saling membantu. Jadi, kalau Chelsi seharian pergi bekerja, dia tak terlalu memusingkan kondisi ibunya di rumah. Sebab, para tetangga mau saling memb
Baca selengkapnya

Bab 136: Siapa yang akan Membuatnya Nyaman? 

  Abimanyu mengikuti langkah Chelsi menuju ke ruangan kantornya. Tanpa memedulikan perasaan kacau gadis itu. Bahkan, wajah Chelsi sekarang telah memerah melebihi kepiting rebus. Entah, kesal, malu, atau hal lainnya pada Abimanyu.  "Kenapa Anda ikutan masuk kemari, Pak? Bukankah sekarang ruangan ini bukan lagi ruangan Anda," ujar Chelsi mengingatkan Abimanyu, bahwa dirinya sekarang bukan seorang manajer lagi. Dan mereka tak lagi seruangan. Entah siapa nanti atasan baru Chelsi, yang pastinya gadis itu berharap manajer baru tersebut takkan jangan seperti Abimanyu.  "Kenapa? Marah denganku?" Kebiasaan Abimanyu, suka sekali menjawab pertanyaan dengan pertanyaan.  Chelsi membuang muka ketika mengingat aksi mereka berdua semalam di mobil. Bisa-bisanya dia membalas ciuman atasannya yang sombong itu. Rasanya wajah gadis itu telah kebas akibat rasa panas yang menjalar dari pompaan jantung y
Baca selengkapnya

Bab 137: Wajah Chelsi

  Pagi hari, dan pagi harinya lagi, Chelsi selalu menuju ke rumah besar milik keluarga Adipati. Dia perlahan menyukai bekerja menjadi asisten pribadi Binar. Bukan, bukan menyukai saja. Tetapi Chelsi sangat-sangat menyukai bekerja sebagai bawahan wanita tua tersebut. Sifat Binar yang rendah hati, lemah lembut, juga keibuan, membuat Chelsi seperti menghabiskan waktu bersama ibu sendiri.  Sesekali mereka akan menghabiskan waktu di dapur, menemani Binar yang membuat masakan. Walaupun di rumah Adipati memiliki beberapa ART, tetapi tak membuat Binar hanya berpangku-pangku kaki. Wanita tua tersebut sangat menyukai keluarganya makan makanan yang dia buat. Maka dari itu, Binar yang selalu memasak untuk keluarga tercinta.  "Sudah nyiram airnya ke situ. Ntar kembung lagi bunganya." "Emang bunga bisa kembung, Bu?" "Iya, bisa. Terus mabuk, dan akhirnya layu." 
Baca selengkapnya

Bab 138: Harus Melepaskan Salah Satu

 Di sebuah cafe yang bergaya klasik, Abimanyu dan Chelsi duduk berhadapan di depan meja bundar. Dua cangkir kafelate yang bergambar love dobel tersaji di hadapan, lengkap dengan bolu karamel yang menarik perhatian Chelsi.  "Kenapa Anda bawa saya kemari, Pak?" tanya si gadis ketika melihat Abimanyu yang masih diam menatapnya.  Katanya, akan mengantarkan Chelsi pulang. Tapi Abimanyu malah membelokkan kendaraannya di sebuah kafe tak jauh dari kompleks tempat tinggalnya.  "Kamu nggak suka saya ajak makan?" Abimanyu malah balik bertanya. Entah kenapa, Chelsi perhatikan mata sang pria tampak sayu.  "Suka, Pak." Chelsi mengangguk tipis.  "Suka dengan siapa?" Abimanyu menaikkan sebelah alisnya. "Suka sama saya?" tebaknya menyeringai.  Chelsi kelabakan.  "Su-suka diajak makan di sini, Pak."&n
Baca selengkapnya

Bab 139: Tumor

  "Katakan." Lagi, Abimanyu bersuara. Embusan napas sang pria begitu kasar membelai wajah Chelsi. Gadis itu menutup mata erat.  "Menjauh, Pak." Chelsi berusaha mendorong tubuh kokoh itu. Percuma. Tenaganya tak sebanding dengan tubuh atletis tersebut.  "Jawab dulu pertanyaanku!" Suara sang pria terdengar berat. Chelsi menelan ludah susah payah, Abimanyu memang pandai mengintimidasi orang. Baik lewat sikap, ucapan, juga tatapan.  "Bisakah Anda bersikap lebih sopan? Lembut, tidak sombong, juga kasar," jawab Chelsi lirih dengan cepat, saat tangan Abimanyu bergerak ke tengkuknya. Chelsi takut pria itu macam-macam.  Tangan kekar Abimanyu berhenti bergerak di belakang leher gadis itu. Dia terdiam, Chelsi pun sama. Hanya terdengar embusan napas satu sama lainnya, saling menampar.  Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Abimanyu menarik tubu
Baca selengkapnya

Bab 140: Karma? 

  Bayangan seorang wanita cantik dan seksi yang pernah mengacaukan acara pernikahan mereka, terbayang di benak Affandi. Wanita itu, wanita yang pernah berusaha keras juga agar menghancurkan hubungan pernikahannya dengan Binar, bahkan wanita tersebut sampai ingin melenyapkan Binar dengan cara menabraknya.  "Dokter Affandi." "Ah, iya ...." Affandi tersadarkan dari lamunannya ketika melihat wajah pasien yang hendak dioperasinya malam ini.  Dia kembali mengamati pasien yang tak sadarkan diri di bawah lampu operasi itu. Walaupun wajah wanita tersebut sekarang tampak kurus, berkerut, juga kusam. Namun, Affandi ingat betul, wanita itu adalah Venuska. Salah satu wanita yang pernah menjadi mantannya dulu. Sekaligus wanita yang pernah berniat membunuh nona kesayangannya.  Tentu Affandi akan syok dengan hal ini. Setelah sekian lama, wanita yang dulunya pernah ingin mengh
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
18
DMCA.com Protection Status