Home / Romansa / Kekhilafan Satu Malam / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Kekhilafan Satu Malam: Chapter 111 - Chapter 120

171 Chapters

Bab 111: 25 Tahun Kemudian (Season 2)

Dua puluh lima tahun kemudian .... Abimanyu dan Angkasa tumbuh menjadi pria yang gagah dan tampan, dengan garis wajah hampir serupa. Mereka pintar, disegani, dan digilai para gadis. Setelah menyelesaikan pendidikannya, kedua pria tersebut bekerja di perusahaan besar si kakek---Adipati Group. Tuan Adipati sekarang telah tiada, digantikan oleh sang putra Aiman yang menjabat sebagai CEO. Menemani langkah-langkah usaha sang putra, sekaligus meng-handel perusahaannya sendiri dibantu oleh sang istri--Syeira. Sementara Affandi, tetap memilih mengabadikan hidupnya melayani masyarakat sebagai tenaga medis kesehatan. * * Di sebuah perusahaan ternama di kota J, seorang gadis dengan rok span selutut mengayunkan langkah, setengah berlari memasuki gedung kantor. Sayang, rok span yang membelit sepasang paha mungilnya, membuat si gadis kesusahan mengambil langkah lebar. "Aduh, bagaimana ini, aku takut terlambat." Hari ini pertama kalinya dia masuk kerja setelah berurusan pelik dengan HRD dan
Read more

Bab 112: Sekuat Apa Kemampuanmu

Hening menyelimuti pasca ucapan spontan Chelsi tadi. Si gadis membekap mulutnya dengan kedua telapak tangan. Sementara Abimanyu menatap intens gadis lancang itu. Melihat tatapan intens Abimanyu ternyata lumayan mengerikan, Chelsi memutar otak. "Susah untuk dilupain maksudnya, Pak," ralat Chelsi seraya tersenyum lebar, memamerkan lesung pipinya yang tampak manis. "Kamu pikir berhasil?" ejek Abimanyu tetap memberikan tatapan intens pada gadis itu. Membuat senyum Chelsi memudar. "Bilang saja kalau mau langsung ditendang keluar dari kantor ini ...." "Sungguh, maaf, Pak. Tolong jangan pecat saya, Pak. Saya sangat butuh pekerjaan ini," mohonnya. "Saya akan pastikan, Anda tidak akan kecewa dengan hasil kerjaku!" Abimanyu menangkap api semangat di mata gadis itu. Dia menyeringai, ingin memadamkan api semangat di mata tersebut. Dan yang memadamkannya, harus gadis itu sendiri. "Baiklah, karena saya lagi berbaik hat
Read more

Bab 113: Sifat Turunan

Alis melengkung tebal milik gadis berlesung pipi itu, perlahan bergerak-gerak. Kelopak matanya terbuka, dan tampaklah ruangan asing memenuhi indra penglihatan. "Di mana ini?" Chelsi mengedarkan pandangan ke sekeliling sambil bangun. Terutama dia menunduk, mengecek pakaiannya. Sebab saat ini dia sedang terbaring di sebuah ranjang hitam dengan motif garis berwarna gold. Ada dua pintu di ruangan itu. Beberapa lembar map di meja, kursi, juga ... jas kantor yang terpajang. Makin mengernyitlah alis gadis itu. Tak ingin berlama-lama dalam ruangan asing tersebut, Chelsi memutuskan segera bangun. "Aww!" Dia meringis sambil memegang perutnya. Kepala gadis itu pun terasa berputar. "Maag-ku sepertinya benar-benar kambuh," lirihnya sambil mengigit bibir. Perlahan Chelsi melangkah sambil memegang perutnya yang sakit. Pintu di samping kanan dibuka, tenyata itu pintu kamar mandi. Chelsi memutuskan masuk, membasuh wajahnya yang tampak kuyu. "Dasar pria sombong! Baru jadi manajer saja tingkahnya s
Read more

Bab 114: Tentang Abimanyu

  Abimanyu langsung mengayunkan langkah lebarnya dengan cepat bersamaan dengan lengkingan keras suara sang ibu.  "Abi capek, Mah. Mau istirahat." Sudah di tengah tangga pula anak itu.  Sementara Affandi dan Aiman yang mendengar suara Binar yang memekik keras, langsung Affandi menghampiri sang istri.  "Ada apa?" Affandi tampak cemas.  Binar mengentakkan kaki sambil membawa nampan yang dipegangnya di ruang keluarga. Menaruh benda tersebut dengan wajah muram.  "Ada apa, Nona?" Lagi, Affandi bertanya cemas. Aiman pun ikutan panik dengan pandangan mengarah ke lantai atas, ke pintu kamar Abimanyu.  "Abi, Bang ... Abimanyu minum lagi!" Ketus, Binar berucap. "Sudah berapa kali aku bilang, jangan minum!" Affandi menghembuskan napas panjang. "Wajarlah, Nona. Kalau Abi nggak minum, ya mati."
Read more

Bab 115: Posisi di Perusahaan

 Langkah Abimanyu dan Chelsi yang menuju ke luar kantor, terhalang oleh kedatangan Angkasa. Pria dengan setelah jas rapi itu, mengernyit melihat kelakuan abang sepupunya yang makin hari, makin tidak bisa ditolerir. Angkasa segera menahan langkah Abimanyu yang menyeret Chelsi.  "Minggir!" Tingkah Angkasa membuat Abimanyu geram. Dia melayangkan tatapan tajam pada sang adik sepupu.  "Lepasin dia!" Angkasa malah mengalihkan pandangan pada pergelangan tangan Chelsi yang digenggaman kuat oleh Abimanyu. "Lepas!" lanjutnya menegaskan.  "Jangan ikut campur urusanku!" Abimanyu menepis kasar tangan Angkasa yang hendak meraih lengan Chelsi. "Jangan pikir kamu direktur di perusahaan ini, saya akan tunduk padamu?" Tatapan Abimanyu, melayangkan permusuhan.  Angkasa menghela napas dalam-dalam. Dia mengamati raut kesakitan yang terpajang di wajah manis Chelsi. Angkasa memang tidak tah
Read more

Bab 116: Monster Jahat

Sudah hampir seminggu, Chelsi bekerja di Group Adipati. Selama seminggu itu pula, Chelsi tak pernah lagi melihat Abimanyu datang ke kantor. Di ruangannya, Chelsi disibukkan dengan file-file yang menggunung, diberikan oleh Revi. "Kerjakan semua ini!""Ini juga!""Semua ini diperintahkan oleh Pak Angkasa. Karena Pak Abi tak datang ke kantor, jadi kamu yang harus meng-handeled pekerjaannya. Bisa 'kan? Kalau nggak bisa, ya mending keluar aja."Setiap hari, Revi masuk ke ruangan Chelsi sambil membawakan gadis itu pekerjaan. Dengan menjual nama Angkasa, Revi memberi perintah sesuka hati. Bahkan, ada beberapa pekerjaan yang harusnya dia kerjakan, tetapi malah menyuruh Chelsi untuk mengerjakannya. Lima hari ini, Chelsi pulang sampai larut malam. Kadang, dia takut sendirian bekerja di kantor. Dia juga takut pulang sendirian. Tapi apa boleh buat, semuanya harus dia lawan demi sesuap nasi. "Heh, mau ke mana?" Revi menahan ketika melihat Chelsi keluar ruangan. Waktu sudah menunjukkan pukul 12.
Read more

Bab 117: Terjebak Berdua 

  Wajah gadis itu memucat dengan langkah yang perlahan tertarik ke belakang. Hampir saja terjungkal saat pahanya menabrak kursi, untung seseorang yang dia tampar tadi lekas menahan pinggang ramping wanita itu. Menariknya mendekat. Mata Chelsi membulat sempurna mendapat perlakukan tiba-tiba seperti itu. Sementara pria dingin di hadapannya tetap memperlihatkan raut datar. Dari cahaya senter ponsel si pria, mereka bisa saling melihat netra masing-masing. Chelsi tenggelam beberapa saat dalam tatapan elang yang tampak menghunjam itu, sementara sang pria terlena menatap mata bulat di bawah dadanya. Sampai petir kembali berkilat disusul raungannya yang keras, Chelsi terlonjak sadar.  "Maaf, maaf." Gadis itu segera menjauh, sambil mengusap lengannya yang terasa basah.  "Dasar bodoh!" umpat sang pria yang tak lain adalah Abimanyu. Dia mengusap wajahnya yang terasa lumayan memanas akibat tamparan si gadis. 
Read more

Bab 118: Terjebak Berdua ll

  Chelsi menatap lekat kedalaman mata yang tampak kelam itu. Sementara Abimanyu tetap memperlihatkan raut datar, sambil menungunci tatapan si gadis. Mencoba meneror pikiran gadis itu dengan perkataan juga sikapnya.  "Mau saya buatkan mie, Pak?" Chelsi bangkit berdiri, memutuskan kontak mata dengan Abimanyu.  Sementara sang pria tak menjawab apa pun. Dia lapar, tapi gengsi bilang iya. Alhasil, dia hanya menutup mata.  Melihat sang bos hanya diam saja, Chelsi berinisiatif membuatkan mie tersebut. Lagi pula, dia juga sudah merasa lapar. Sebelumnya, sore tadi dia sudah membawa amunisi buat teman lemburnya malam ini. Karena tidak mungkin, jika dia lapar, harus ke pantry dulu di sela kesibukannya.  "Iyah, tinggal satu." Chelsi mengulum bibir sendiri, baru teringat tadi sudah menyeduh satu cup mie instan. Tinggal satu lagi. Sementara dia sudah menawarkan akan me
Read more

Bab 119: Milik Chelsi

  Cahaya mentari di pagi hari menembus kaca jendela besar itu. Menghantarkan hangat juga silau pada wajah manis yang berada di dalam ruangan tersebut. Chelsi menggeliat, alisnya bertaut tak suka pada cahaya yang menganggu tidurnya, yang terasa baru sekejap. Dia menggeliat lagi, dan merasakan begitu nyaman tempat tidurnya saat ini. Begitu empuk, lengkap dengan selimut yang membalut tubuhnya.  Tunggu? Selimut? Chelsi langsung mengingat jika semalam terlelap sambil terduduk di lantai. Segera gadis itu membulatkan mata. Bangun, dan mengecek pakaian ketika mengingat jika dia semalam terjebak bersama sang manajer yang selalu memancing hal tidak-tidak padanya.  "Huft, syukurlah ...." Chelsi menghembuskan napas lega. Tapi setelah itu, dia terdiam sambil berpikir keras. Dirinya sekarang tertidur di sofa, dibalut selimut pula. Siapa yang melakukannya?  "Apakah Pak Manajer?" Gadis itu menged
Read more

Bab 120: Taruhan 

  Chelsi lari menuju ke dalam kantor, dengan Abimanyu yang mengejarnya lewat tatapan tajam. Ingin menangkap gadis kurang ajar itu, tetapi lengan Abimanyu gegas dicekal oleh gadis yang memberikan Abimanyu kue cokelat tadi.  "Lucu sekali kamu, Abi. Demi menghindariku, malah menarik gadis lainnya untuk menjadi tunangan pura-pura kamu. Mana gadis itu nolak kamu mentah-mentah pula." Tawa yang dibuat seolah mengejek Abimanyu itu, berhasil membuat ego sang pria tertampar.  Rahang Abimanyu mengeras, tatapan tajamnya dia lemparkan ke gadis berbaju mini itu. "Lepas!" perintahnya tegas sambil menatap lengan kekarnya yang masih digenggam erat si gadis bodoh di sampingnya itu.  "Abi ...." "Menjauh dari hadapanku!" Abimanyu sedikit menyetak lengan halus itu, membuat Friska sedikit terhuyung ke belakang.  Mengembuskan napas kasar, Abimanyu kembali m
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
18
DMCA.com Protection Status