Beranda / Romansa / Kekhilafan Satu Malam / Bab 121 - Bab 130

Semua Bab Kekhilafan Satu Malam: Bab 121 - Bab 130

171 Bab

Bab 121: Berubah

  Layangan tangan Revi terhenti di udara, dengan tatapan melotot pada siapa yang lancang, berani menghentikan tamparannya ke Chelsi. Sementara Chelsi juga ikutan melebar matanya melihat pria dengan rompi maroon itu, yang telah menyelamatkan dirinya dari layangan tangan kasar Revi. Sebenarnya, Chelsi bukannya tak bisa melawan wanita seperti Revi. Tapi, dia sadar jika Revi bukanlah lawannya. Chelsi takut, jika dia ikutan bertindak kasar, dipastikan tulang sekertaris direktur itu bisa saja patah.  "Apa yang kau lakukan pagi-pagi begini di ruanganku, hmm?" Pria yang tak lain adalah Abimanyu itu, menggengam keras lengan kecil itu.  "Aww, sakit, Pak." Revi meringis, tak tahan dengan tenaga kuat Abimanyu.  "Jangan mencari masalah, jika tak ingin disakiti!" Abimanyu menyentak lengan Revi. Pinggul wanita itu sedikit membentur meja. Membuatnya kembali meringis.  "K
Baca selengkapnya

Bab 122: Sarang Serigala

  Mendengar suara dengan intonasi dingin di belakangnya, Chelsi sontak berbalik. Mengahadap kegelapan. Sepertinya familiar dengan suara bariton yang mencekam itu. Lampu di dalam mobil dinyalakan oleh si empu mobil, membuat mata Chelsi sontak menutup erat. Netranya terkejut dengan cahaya yang tiba-tiba itu. Dan ketika hendak membuka mata, wajah sang manajer garang itu memenuhi indra penglihatan.  "P-Pak ...?" Melotot gadis itu ketika mengetahui dia masuk ke sarang serigala. Pandangannya mengedar tak percaya ke seisi mobil, lalu terhenti pada wajah Abimanyu yang tampak datar. "I-ini mobil Anda?" tanyanya tertekan.  Abimanyu tak menjawab. Dia sedang berusaha menahan senyum. Entah kenapa, wajah Chelsi dengan raut syok seperti itu sangat menggemaskan untuk dilihat. Belum lagi wajahnya yang mulai merona merah, menambah kesan manis di wajah gadis tersebut. "Malu dilihat Angkasa dalam kondisi
Baca selengkapnya

Bab 123: KUA

  Perlahan, Abimanyu mengusap permukaan yang tampak halus itu. Jantungnya berdegup kacau. Dia tersenyum smirk, merasakan perasaan asing di hatinya. Tak tega rasanya pria itu jika menganggu tidur Chelsi yang barusan terpejam. Abimanyu berpikir sebentar, bagaimana caranya mengetahui tempat tinggal Chelsi. Lantas, pandangannya tertuju pada tas selempang gadis itu. Dia meraihnya, mencari-cari tanda pengenal si gadis.  "Apa ini?" Namun tangannya malah menangkap hal lain yang membuat alis pria itu bertaut. Sebuah botol semprot mini berwarna merah. Abimanyu mengendusnya, dan tergelitiklah pria itu. Dia tertawa pelan. "Pantas saja dia tak takut denganku jika kuapa-apain, ternyata dia punya senjata rahasia." "Dasar, gadis licik." ** Berbekal alamat dari kartu identitas si gadis, Abimanyu mulai memasukan mobilnya ke kompleks yang sangat jauh berbeda dengan kondisi kompleks elit t
Baca selengkapnya

Bab 124: Bibit Unggul

 Gadis berwajah manis itu memerah basah wajahnya. Di bawah pohon akasia di sebuah taman, dia mencurahkan isi hatinya pada seorang pria berjas rapi di sampingnya itu.  "Sudah, tenang saja. Sekarang, 'kan, utangmu sudah lunas." Angkasa tersenyum simpul sambil menyerahkan sapu tangannya pada Chelsi.  Gadis itu mendongak sedikit sambil menerima pemberian Angkasa. Dia merasa malu juga bersyukur, sebab Angkasa telah membantu membayar semua utang-utangya.  Sudah satu tahun sekarang, Chelsi terpaksa meminjam uang ke rentenir demi membiayai pengobatan ibunya juga membayar uang kuliahnya waktu itu yang hampir selesai. Segala pekerjaan Chelsi ambil waktu itu. Dia kuliah sambil bekerja paruh waktu untuk membayar utang tersebut. Tapi, bukannya berkurang, utang Chelsi malah tambah menggunung sebab bunga yang tak tertutupi. Hampir setiap hari, Chelsi dikejar-kejar oleh si penagih hutang. Termaksud hari ini.&
Baca selengkapnya

Bab 125: Pembullyan

  Revi menarik Chelsi menuju bagian belakang kantor, lebih tepatnya ke toilet yang telah lama tak dipakai. Chelsi hendak berontak, tetapi dia tak ingin membuat keributan di sepanjang jalan, juga dia tak mengerti kenapa Revi sampai semarah itu padanya.  Sesampainya di toilet yang sangat sepi itu, Chelsi dikejutkan oleh beberapa wanita yang dia duga teman-temannya Revi. Mereka tampak menanti Revi dengan orang yang diseretnya itu. Revi mengempaskan lengan Chelsi kasar, membuat gadis itu terhuyung.  "Jadi, dia mangsa baru kita, Bos?"  Sama halnya di waktu sekolah yang suka melakukan pembullyan pada anak baru, ternyata Revi juga suka melakukan hal tersebut di tempat kerjanya ini. Sangat mudah untuk mendapat dukungan beberapa staff di bawahnya, selain memang suka menindas orang lain, mereka juga patuh pada Revi yang sebagai sekretaris seorang sang direktur.  "A
Baca selengkapnya

Bab 126: Ke Salon

  Mata Chelsi yang basah itu membulat sempurna melihat Abimanyu juga berada dalam lift yang dia gunakan. Pandangannya mengedar sekejap, lalu dia mundur perlahan dengan gelengan ketakutan. Sadar, dia telah lancang lagi masuk ke lift khusus petinggi perusahaan.  "Sa-saya nggak sengaja masuk ...." Setelah mendengar suara sosok buruk rupa yang penuh cemong wajahnya itu, Abimanyu baru meyakini sosok itu adalah Chelsi.  Tangan Chelsi yang telah menghitam itu, bergerak menekan-nekan tombol lift. Dia tak mau dianggap lancang lagi karena masuk ke lift khusus. Abimanyu memerhatikan bagaimana paniknya gadis itu memencet tombol lift. Seakan takut dengan dirinya di dalam ruangan tersebut. Abimanyu juga memindai penampilan Chelsi yang seperti baru bangkit dari kubangan, lalu matanya sedikit membulat, sesaat sebelum dia membuang muka ke samping.  Pintu lift terbuka. Ketika k
Baca selengkapnya

Bab 127: Dijual

  Mobil hitam mengkilap itu meluncur ke area pekarangan gedung yang menjulang tinggi. Chelsi meremas jemari tangannya, sesekali memandang sang manajer dingin di sampingnya.  "Kenapa Anda membawa saya kemari, Pak?" Tak tahan gadis itu ingin bertanya.  "Kita akan melakukan rapat." Abimanyu turun dari mobil.  Sementara Chelsi masih terdiam di mobil. Dia memandang gedung yang tak lain adalah hotel mewah tersebut.  "Apa harus saya gendong?" Pria itu membungkuk, memandang Chelsi dari jendela mobil. Abimanyu memicingkan matanya, sedikit kesal.  Chelsi segera menggeleng. "Rapat apa, Pak? Kenapa tidak bilang sebelumnya?" tanyanya tak sepenuhnya percaya pada sang manajer.  Abimanyu mengerling malas sambil membuang napas kasar. "Kenapa? Apa kau takut? Apa saya semenakutkan itu di matamu?" Bukannya menjawab, Abimany
Baca selengkapnya

Bab 128: Kesal

  Dalam ruangan temaram, di papan yang hanya disinari lampu proyektor yang menampilkan gambar grafik dan angka keuntungan perusahaan bulan ini, berdiri seorang pria dengan kemeja lengan hitam juga rompi yang membalut tubuh atletisnya. Abimanyu menjelaskan dengan seksama, tentang penjualan dan keuntungan properti di luar kota. Sesekali pria itu melayangkan tatapan membunuh pada gadis yang duduk di samping sana, membuat si gadis memutuskan kontak mata dan menunduk dalam.  Kejadian bodoh beberapa menit yang lalu, kembali menganggu pikiran pria itu dalam menjelaskan.  "Jangan jual saya ke om-om jelek itu. Saya mohon, Pak!" "Saya memang gadis miskin, tapi saya nggak rela dijual hanya karena uang!" "Saya pikir, Anda orang yang mempunyai hati, tapi ternyata pria breng---hmp!" Abimanyu terpaksa mendaratkan bibirnya ke bibir comel Chelsi yang terus-teru
Baca selengkapnya

Bab 129: Kursi CEO

"Abi."Langkah Abimanyu yang melewati ruang tengah, terhenti ketika mendengar suara ibunya--Binar. Pria itu menoleh ke meja makan. Alisnya langsung mengernyit. Pasalnya, di meja makan sana terdapat anggota keluarga besar. Aiman, Syeira, Angkasa, bahkan wanita tua bergaya melebihi ABG, yang terkadang membuat mata Abimanyu panas, juga ada di sana---Susan. Affandi dan Ambar pun berada di sana. Sepertinya, mereka memang sejak tadi menunggu kedatangan Abimanyu. "Sini dulu, Abi!" Binar lagi-lagi memanggil. Abimanyu menyunggingkan senyum, sedikit melonggarkan dasi lalu mengayunkan kaki ke meja makan, memenuhi panggilan cinta pertamanya itu. Dalam hati Abimanyu bertanya-tanya, kenapa keluarga pamannya tiba-tiba makan malam bersama malam ini? Biasanya, jika keluarga besar dipertemukan seperti ini, akan ada hal penting yang mau dibahas. Apa itu? "Malam, Mah." Abimanyu menyalimi wanita berbaju terusan hijau itu. Tak lupa dia mendaratkan kecupan di pipi sang ibu, kebiasaannya. Lalu beralih meny
Baca selengkapnya

Bab 130: Luka yang tak dapat Dibalut

  Masih dengan menutup mata dikarenakan kantuk, Affandi membelai sisi ranjang di sampingnya. Kosong. Sosok yang dicari-carinya itu tak tertangkap oleh telapak tangannya. Sambil memijit pangkal hidungnya, pria yang mulai beruban itu bangun dari tidur. Pandangannya mengedar ke sekitar, mencari-cari wanita paling berharga di hidupnya.  "Binar?" Affandi menuju ke kamar mandi. Mengetuknya, tetapi tak terdengar sahutan. Pandangan Affandi terlempar ke jam dinding. Pukul 00.30, dan istrinya tak ada di kamar.  "Dia pasti berada di sana lagi," gumam Affandi sambil mengembuskan napas kasar. Segera dia melangkahkan kaki ke ruangan yang dimaksud tersebut.  Dalam ruangan temaram yang hanya disinari lampu tidur, Binar terduduk sambil memeluk sebuah boneka berwarna pink. Sesekali mata yang mulai menua itu tergenang air, lalu meluncurlah anak-anak sungai.  "Nona." Suara A
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
18
DMCA.com Protection Status