Share

Bab 123: KUA

Penulis: Ngolo_Lol
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Perlahan, Abimanyu mengusap permukaan yang tampak halus itu. Jantungnya berdegup kacau. Dia tersenyum smirk, merasakan perasaan asing di hatinya. Tak tega rasanya pria itu jika menganggu tidur Chelsi yang barusan terpejam. Abimanyu berpikir sebentar, bagaimana caranya mengetahui tempat tinggal Chelsi. Lantas, pandangannya tertuju pada tas selempang gadis itu. Dia meraihnya, mencari-cari tanda pengenal si gadis. 

"Apa ini?" Namun tangannya malah menangkap hal lain yang membuat alis pria itu bertaut. Sebuah botol semprot mini berwarna merah. Abimanyu mengendusnya, dan tergelitiklah pria itu. Dia tertawa pelan. "Pantas saja dia tak takut denganku jika kuapa-apain, ternyata dia punya senjata rahasia."

"Dasar, gadis licik."

**

Berbekal alamat dari kartu identitas si gadis, Abimanyu mulai memasukan mobilnya ke kompleks yang sangat jauh berbeda dengan kondisi kompleks elit t

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kekhilafan Satu Malam   Bab 124: Bibit Unggul

    Gadis berwajah manis itu memerah basah wajahnya. Di bawah pohon akasia di sebuah taman, dia mencurahkan isi hatinya pada seorang pria berjas rapi di sampingnya itu."Sudah, tenang saja. Sekarang, 'kan, utangmu sudah lunas." Angkasa tersenyum simpul sambil menyerahkan sapu tangannya pada Chelsi.Gadis itu mendongak sedikit sambil menerima pemberian Angkasa. Dia merasa malu juga bersyukur, sebab Angkasa telah membantu membayar semua utang-utangya.Sudah satu tahun sekarang, Chelsi terpaksa meminjam uang ke rentenir demi membiayai pengobatan ibunya juga membayar uang kuliahnya waktu itu yang hampir selesai. Segala pekerjaan Chelsi ambil waktu itu. Dia kuliah sambil bekerja paruh waktu untuk membayar utang tersebut. Tapi, bukannya berkurang, utang Chelsi malah tambah menggunung sebab bunga yang tak tertutupi. Hampir setiap hari, Chelsi dikejar-kejar oleh si penagih hutang. Termaksud hari ini.&

  • Kekhilafan Satu Malam   Bab 125: Pembullyan

    Revi menarik Chelsi menuju bagian belakang kantor, lebih tepatnya ke toilet yang telah lama tak dipakai. Chelsi hendak berontak, tetapi dia tak ingin membuat keributan di sepanjang jalan, juga dia tak mengerti kenapa Revi sampai semarah itu padanya.Sesampainya di toilet yang sangat sepi itu, Chelsi dikejutkan oleh beberapa wanita yang dia duga teman-temannya Revi. Mereka tampak menanti Revi dengan orang yang diseretnya itu. Revi mengempaskan lengan Chelsi kasar, membuat gadis itu terhuyung."Jadi, dia mangsa baru kita, Bos?"Sama halnya di waktu sekolah yang suka melakukan pembullyan pada anak baru, ternyata Revi juga suka melakukan hal tersebut di tempat kerjanya ini. Sangat mudah untuk mendapat dukungan beberapa staff di bawahnya, selain memang suka menindas orang lain, mereka juga patuh pada Revi yang sebagai sekretaris seorang sang direktur."A

  • Kekhilafan Satu Malam   Bab 126: Ke Salon

    Mata Chelsi yang basah itu membulat sempurna melihat Abimanyu juga berada dalam lift yang dia gunakan. Pandangannya mengedar sekejap, lalu dia mundur perlahan dengan gelengan ketakutan. Sadar, dia telah lancang lagi masuk ke lift khusus petinggi perusahaan."Sa-saya nggak sengaja masuk ...."Setelah mendengar suara sosok buruk rupa yang penuh cemong wajahnya itu, Abimanyu baru meyakini sosok itu adalah Chelsi.Tangan Chelsi yang telah menghitam itu, bergerak menekan-nekan tombol lift. Dia tak mau dianggap lancang lagi karena masuk ke lift khusus. Abimanyu memerhatikan bagaimana paniknya gadis itu memencet tombol lift. Seakan takut dengan dirinya di dalam ruangan tersebut. Abimanyu juga memindai penampilan Chelsi yang seperti baru bangkit dari kubangan, lalu matanya sedikit membulat, sesaat sebelum dia membuang muka ke samping.Pintu lift terbuka. Ketika k

  • Kekhilafan Satu Malam   Bab 127: Dijual

    Mobil hitam mengkilap itu meluncur ke area pekarangan gedung yang menjulang tinggi. Chelsi meremas jemari tangannya, sesekali memandang sang manajer dingin di sampingnya."Kenapa Anda membawa saya kemari, Pak?" Tak tahan gadis itu ingin bertanya."Kita akan melakukan rapat." Abimanyu turun dari mobil.Sementara Chelsi masih terdiam di mobil. Dia memandang gedung yang tak lain adalah hotel mewah tersebut."Apa harus saya gendong?" Pria itu membungkuk, memandang Chelsi dari jendela mobil. Abimanyu memicingkan matanya, sedikit kesal.Chelsi segera menggeleng. "Rapat apa, Pak? Kenapa tidak bilang sebelumnya?" tanyanya tak sepenuhnya percaya pada sang manajer.Abimanyu mengerling malas sambil membuang napas kasar. "Kenapa? Apa kau takut? Apa saya semenakutkan itu di matamu?" Bukannya menjawab, Abimany

  • Kekhilafan Satu Malam   Bab 128: Kesal

    Dalam ruangan temaram, di papan yang hanya disinari lampu proyektor yang menampilkan gambar grafik dan angka keuntungan perusahaan bulan ini, berdiri seorang pria dengan kemeja lengan hitam juga rompi yang membalut tubuh atletisnya. Abimanyu menjelaskan dengan seksama, tentang penjualan dan keuntungan properti di luar kota. Sesekali pria itu melayangkan tatapan membunuh pada gadis yang duduk di samping sana, membuat si gadis memutuskan kontak mata dan menunduk dalam.Kejadian bodoh beberapa menit yang lalu, kembali menganggu pikiran pria itu dalam menjelaskan."Jangan jual saya ke om-om jelek itu. Saya mohon, Pak!""Saya memang gadis miskin, tapi saya nggak rela dijual hanya karena uang!""Saya pikir, Anda orang yang mempunyai hati, tapi ternyata pria breng---hmp!"Abimanyu terpaksa mendaratkan bibirnya ke bibir comel Chelsi yang terus-teru

  • Kekhilafan Satu Malam   Bab 129: Kursi CEO

    "Abi."Langkah Abimanyu yang melewati ruang tengah, terhenti ketika mendengar suara ibunya--Binar. Pria itu menoleh ke meja makan. Alisnya langsung mengernyit. Pasalnya, di meja makan sana terdapat anggota keluarga besar. Aiman, Syeira, Angkasa, bahkan wanita tua bergaya melebihi ABG, yang terkadang membuat mata Abimanyu panas, juga ada di sana---Susan. Affandi dan Ambar pun berada di sana. Sepertinya, mereka memang sejak tadi menunggu kedatangan Abimanyu. "Sini dulu, Abi!" Binar lagi-lagi memanggil. Abimanyu menyunggingkan senyum, sedikit melonggarkan dasi lalu mengayunkan kaki ke meja makan, memenuhi panggilan cinta pertamanya itu. Dalam hati Abimanyu bertanya-tanya, kenapa keluarga pamannya tiba-tiba makan malam bersama malam ini? Biasanya, jika keluarga besar dipertemukan seperti ini, akan ada hal penting yang mau dibahas. Apa itu? "Malam, Mah." Abimanyu menyalimi wanita berbaju terusan hijau itu. Tak lupa dia mendaratkan kecupan di pipi sang ibu, kebiasaannya. Lalu beralih meny

  • Kekhilafan Satu Malam   Bab 130: Luka yang tak dapat Dibalut

    Masih dengan menutup mata dikarenakan kantuk, Affandi membelai sisi ranjang di sampingnya. Kosong. Sosok yang dicari-carinya itu tak tertangkap oleh telapak tangannya. Sambil memijit pangkal hidungnya, pria yang mulai beruban itu bangun dari tidur. Pandangannya mengedar ke sekitar, mencari-cari wanita paling berharga di hidupnya."Binar?" Affandi menuju ke kamar mandi. Mengetuknya, tetapi tak terdengar sahutan. Pandangan Affandi terlempar ke jam dinding. Pukul 00.30, dan istrinya tak ada di kamar."Dia pasti berada di sana lagi," gumam Affandi sambil mengembuskan napas kasar. Segera dia melangkahkan kaki ke ruangan yang dimaksud tersebut.Dalam ruangan temaram yang hanya disinari lampu tidur, Binar terduduk sambil memeluk sebuah boneka berwarna pink. Sesekali mata yang mulai menua itu tergenang air, lalu meluncurlah anak-anak sungai."Nona." Suara A

  • Kekhilafan Satu Malam   Bab 131: Pikiran yang Ternoda

    Friska yang melihat Chelsi memilih ikut Angkasa ketimbang Abimanyu, membuat wanita itu tersungging senyum miring, mengejek sang pria. "Bagaimana, apa dia sudah berhasil kamu dapatkan, Abi?" Friska memukul lengan berotot Abimanyu. Pria itu melirik tajam seraya membersihkan lengannya yang sehabis dipukul Friska, seolah wanita itu meninggalkan bekas noda di sana. "Pasti bisa. Gadis seperti dia gampang dapatinnya." Tak ingin berlama-lama dengan wanita seperti Friska yang selalu membuat Abimanyu gerah, pria itu memutuskan mengejar langkah Chelsi dan Angkasa yang belum jauh. "Abii ...." "Berhenti mengikutiku, atau saya akan menyuruh penjaga keamanan untuk menandai wajahmu agar tak diizinkan lagi masuk ke sini!" ucap Abimanyu penuh penekanan. Bahkan, Abimanyu bingung harus dengan cara apa agar wanita seperti Friska itu menjauhinya. Memang Friska lumayan cantik, tetapi gaya pakaian, make-up, dan tingkahnya yang dibuat-buat berlebihan, membuat Abimanyu ilfeel setengah mampus. Muak! "Tung

Bab terbaru

  • Kekhilafan Satu Malam   Bab 171: Pelecehan Abimanyu

    Malam kian larut, ditemani gerimis serta angin yang kencang. Abimanyu memanahkan tatapan pada rintik-rintik hujan yang menetes. Pikirannya tenggelam, entah ke mana. Beberapa kali dia mendengar sang ibu mengetuk pintu kamarnya, meminta dia agar keluar makan malam. Tapi Abimanyu memilih bungkam. Entahlah, rasanya Abimanyu belum bisa menerima keadaan jika Chelsi adalah adiknya. Rasanya, Abimanyu ingin meminta pada ibunya agar membuang saja gadis itu. Jujur, Abimanyu kurang menyukai kehadiran Chelsi. Bahkan sangat! Sebab kasih sayang ayah dan ibunya mulai terbagi pada gadis itu. Terlebih, Abimanyu menyimpan perasaan pada Chelsi. "Bagaimana caranya membuang perasaan bodoh ini?!"Terdengar bunyi mengkriuk lapar dari perut sang pria. Abimanyu memutuskan untuk turun ke lantai bawah. Melewati kamar yang dalamnya bernuansa warna pink itu, Abimanyu terhenti sekejap. Terus jalan lagi. Hasratnya ingin masuk ke dalam sebenarnya. Rum

  • Kekhilafan Satu Malam   Bab 170: Rasa yang Tersesat

    Sudah berhari-hari kini Chelsi tinggal di kediaman Adipati. Dia mulai mengakrabkan diri dengan semua hal yang ada di rumah besar itu. Baik dengan kedua orang tuanya, para ART, peraturan, ruangan, aktivitas, bahkan perabotan. Hanya satu hal yang belum Chelsi akrabkan. Abimanyu. Semenjak Chelsi menginjakan kaki di rumah Adipati sebagai putri kandung Affandi dan Binar, keberadaan sang abang tersebut seperti hilang di telan bumi. Abimanyu tak pernah pulang ke rumah, hampir seminggu malah sekarang. Binar khawatir tentang keberadaan sang putra. Ditelepon pun, ponsel pria itu tak aktif. Hal tersebut makin membuat hati Binar tak tenteram. "Iya, Bang Abi ke kantor beberapa hari yang lalu. Hanya sebentar, karena dia harus keluar negeri mengurusi tender di sana." Penjelasan Angkasa lewat telepon sedikit membuat Binar mengembuskan napas lega. Tapi masa sesibuk itu Abimanyu, sampai tak punya waktu sedikit pun buat bicara dengan ibunya. Binar memilih mengirimkan

  • Kekhilafan Satu Malam   Bab 169: Keluarga Baru

    "Chelsi." Gadis itu sedikit tersentak ketika kedua bahunya dipegang oleh Syeira."Ah, iya. Kenapa?" Chelsi menatap Syeira dengan sorot kebingungan. "Ayo, masuk." Syeira merangkul gadis manis itu. "Saya nggak nyangka, ternyata kamu putrinya Binar dan Affandi. Kamu tidak pernah tau, seterpukul apa dulu Binar saat bayinya dinyatakan meninggal di ruang inkubator."Chelsi tertegun mendengar hal tersebut. Dia menatap Binar yang sejak tadi menatapnya dengan mata basah. Terasa sakit hati gadis itu melihat wajah Binar yang terus-terusan meneteskan air mata itu. Lantas pandangannya mengarah ke Affandi. Petugas medis itu juga tampak basah matanya, dengan wajah memerah, berusaha menahan tangis. Apakah benar, kedua orang tersebut adalah orang tuanya? Chelsi bahkan tak berani bermimpi untuk hal itu. "Sini." Affandi meraih lengan halus Chelsi, mengajaknya agar lebih menempel padanya. Telapak tangannya, Affandi letakkan di dada sendiri seray

  • Kekhilafan Satu Malam   Bab 168: Putriku!

    Serempak mata orang-orang di dalam ruangan tersebut membulat sempurna. Terlebih Vena, tubuh wanita itu menegang dengan bulir-bulir yang mulai mencuat di pelipis. Tungkainya melemas. Perlahan, dia memutar kepalanya, melihat sang putri yang masih dicekal erat oleh petugas medis kesehatan itu. Sementara Chelsi hanya menatap Affandi dengan tatapan syok. Mana mungkin? Tapi benarkah? Pikiran dan perasaan gadis itu campur aduk. Lalu dia menatap sang ibu--Vena. Mata Chelsi berkaca-kaca, melihat wajah memucat ibunya. Apakah mungkin yang dikatakan sang dokter benarkah nyatanya? Dia ...."Lepaskan putriku, Venuska!" Kembali Affandi bersuara tegas, menatap tajam pada Vena. Jelas hal tersebut membuat nyali wanita itu menciut. Tapi tidak, Chelsi tetap putrinya!"Tidak! Dia anakku! Dia putriku. Hanya putriku!" Vena menarik kembali Chelsi, agak kasar. Namun, Affandi tetap menahan."Sakit," r

  • Kekhilafan Satu Malam   Bab 167: Menjenguk Binar

    Akhirnya, Abimanyu, Chelsi, juga Angaksa pergi ke rumah sakit. Abimanyu dan Chelsi semobil? Tentu saja tidak. Gadis itu semobil dengan calon suaminya. Membiarkan dada Abimanyu terbakar di mobil lainnya sana.Abimanyu memilih melajukan kecepatan mobilnya di atas rata-rata. Pergi entah ke mana. Hendak mendinginkan dulu perasaannya yang memanas.**"Saya di sini saja, Bu. Nggak usah masuk ke dalam." Seorang wanita berusia senja itu, tampak sungkan ketika lengannya ditarik oleh Syeira masuk ke ruang rawat Binar. Lebih tepatnya, dia takut masuk ke dalam. Takut bertemu dengan si petugas medis yang dulunya pernah menjadi mantannya itu.Tadi, di saat mereka kembali bertemu demi membahas tentang pernikahan Angkasa dan Chelsi, tiba-tiba Affandi menelepon, memberitahukan berita gembira. Jika Nona kesayangannya telah sadar dari koma. Jelas hal tersebut juga menjadi s

  • Kekhilafan Satu Malam   Bab 166: Toko Perhiasan

    Biasanya, jika Abimanyu dulu terpaksa harus mengantar Friska, maka gadis itu akan berceloteh panjang lebar hingga membuat kuping Abimanyu terasa panas. Bukan hanya itu, Friska juga suka sekali menempel pada lengan berotot Abimanyu. Hingga membuat sang pria gerah juga geram setengah mati.Namun sekarang, hampir lima belas menit perjalanan pun, gadis berkuncir kuda itu belum juga membuka suara. Dia hanya menoleh ke arah luar jendela. Memerhatikan gedung-gedung yang berpapasan dengan mereka. Diamnya Friska malah membuat perasaan Abimanyu tak enak. Abimanyu memang lebih menyukai suasa yang hening ketimbang ribut, tetapi diamnya Friska malah membuat pria itu resah.'Kau terlihat seperti jalang yang haus belaian.' Lagi, kalimat itu mengusik pikiran Abimanyu. Dia tak ingat betul kalimat apa saja yang meluncur dari mulutnya saat emosi waktu itu. Tapi yang Abimanyu tahu, kemungkinan salah satu ucapannya benar-b

  • Kekhilafan Satu Malam   Bab 165: Binar Siuman

    Perlahan-lahan, kelopak mata yang tampak lemah itu berkedip pelan. Ingin membuka mata, tetapi silau mentari begitu menusuk. Kembali dia menutup mata erat. Tangannya terasa menyentuh sebuah permukaan berbulu lebat. Sebuah rambut. Diusapnya rambut tersebut dengan pelan. Aksinya tersebut malah mengganggu tidur si empu rambut. Abimanyu menggeliat, dan gesekan kepalanya pada samping perut sang ibu, membuat si empu perut melenguh. Melotot langsung kedua bola mata itu."Mah?" Abimanyu bangkit berdiri, memanggil ayahnya yang tidur di samping sofa di belakangnya."Tangan Mama gerak lagi." Hati Abimanyu berdesir hangat. Sangat bahagia melihat wajah ibunya yang terus menunjukkan respon aktif."Nona?" Affandi mengusap pipi Binar, tampak berkaca-kaca mata petugas medis itu melihat bibir Binar yang bergerak-gerak."A--bi ..., bagai-mana kead---"

  • Kekhilafan Satu Malam   Bab 164: Kalahkan Abimanyu Dulu

    Dua sejoli yang saling membulat matanya itu sama-sama menatap tanpa berkedip. Abimanyu masih tetap menahan pinggang Chelsi, sedangkan gadis itu meringis ketakutan dengan debaran jantung yang menggila mendengar suara panggilan di luar pintu. Itu suara Syeira. Bagaimana jika ibunya Angkasa tersebut melihat dirinya dan Abimanyu dalam satu kamar, dipeluk sang pria pula."Pak, saya mohon, lepaskan saya," cicit gadis itu menatap wajah Abimanyu di samping kiri kepalanya."Kenapa, hmm?" Abimanyu malah mendekatkan wajahnya di bahu Chelsi, membuat debaran jantung gadis itu kian jadi. Serasa hampir meledak saja jantungnya."Chelsi, kamu masih di dalam 'kan?" Syeira kembali mengetuk pintu."Pak, saya mohon." Chelsi meringis, menjauhkan wajahnya dari rahang Abimanyu yang kasar karena bulu-bulu tipis yang memenuhi pipinya."Aku mau mele

  • Kekhilafan Satu Malam    Bab 163: Perasaan Abimanyu

    Melihat Abimanyu yang bergerak mendekat setelah menutup pintu, Chelsi menatap waspada. Terlebih dirinya yang hanya mengenakan handuk, tumpahan air minum tadi lumayan membuat gaunnya basah parah. Syeira menyarankan agar Chelsi mengganti pakaian basah tersebut dengan gaunnya."Pak, keluar dari sini!" Chelsi gegas menarik selimut menutupi tubuhnya.Abimanyu terus mengayunkan langkah dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Chelsi mundur perlahan dengan tatapan yang tak terlepas dari mata elang itu. Abimanyu terus mendekat, mengikis jarak, terus, dan terus. Sampai membuat gadis yang membalut tubuhnya dengan selimut itu terpojok di dinding.Chelsi kelabakan. Mengerjap beberapa saat, dan menoleh ke belakang. Lalu kembali mendongak, menatap mata elang itu yang berada tepat di depan keningnya. Dia hendak kabur, tetapi Abimanyu sigap menekan dinding sebelah kiri gadis itu. Chelsi henda

DMCA.com Protection Status