Home / Urban / Kasur Lapuk Untuk Ibu / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Kasur Lapuk Untuk Ibu: Chapter 61 - Chapter 70

103 Chapters

Bab 61

"Assalamualaikum ...."Tiba-tiba seseorang mengucap salam, suara seseorang yang terasa tidak asing dipendengaranku "Wa'alaikumussalam, eh Yaseer ayok masuk, Yas!" Jawab Bang Gagas.Ketika aku menoleh untuk melihat siapa yang datang kebetulan sekali tamu itu pun tengah menatapku, seketika tatapan kamu bertemu membuat ada gelenyar aneh dalam diri ini. Astaghfirullah, cepat-cepat aku kembali memalingkan tatapanku ke arah ibu. Tapi ku ingat-ingat seperti pernah bertemu dengan kenalan Abangku yang bernama Yasser ini, tapi dimana ya?"Astaghfirullah, ini kenapa berdarah begitu, Gas? kalau boleh tahu dia ini istrimu, kah?" tanya laki-laki yang disebut Yasser oleh Bang Gagas."Iya, Yas. Qadarullah baru saja terjadi kecelakaan yang membuat dahinya terbentur tembok, sampai sobek seperti itu. Dan dia ini adikku bukan istriku." Jawab Abang sedikit terkekeh di akhir perkataannya.Aku hanya menundukkan kepalaku, Abang memberikan kotak P3K kepada Ibu untuk mengobati lukaku. Sensasi perih dan berden
last updateLast Updated : 2024-04-01
Read more

Bab 62

Terdengar jerit tangis Jingga begitu melengking, kurasa anak itu lapar atau haus atau malah diapersnya sudah penuh jangan-jangan. Kemana Bang Gagas masa iya dia tidak mendengar tangisan jingga yang suaranya melengking seperti itu.Hati-hati aku turun dari tempat tidur, agar Ibu tidak terganggu, mungkin karena tadi Ibu pun sudah minum obat jadi efeknya beliau tidur dengan begitu nyenyak.Kepalaku masih sedikit berdenyut rupanya, namun tak sehebat tadi. Ku paksakan berjalan melangkah keluar kamar, untuk melihat apa yang terjadi pada bayi itu.Walaupun mungkin tak ada pertalian darah antara kami, tapi sisi wanitaku juga karena kemanusiaan aku tak bisa mengacuhkannya begitu saja. Dia adalah makhluk kecil tak berdosa, korban dari keegoisan Ibunya sendiri.Bergegas aku masuk ke kamar Bang Gagas, rupanya Abangku itu ada di kamar, saat ini dia sedang tidur sambil menutup kepalanya dengan bantal."Astaghfirullah, Bang. Kenapa anakmu nangis dibiarkan saja, kasihan dia Bang!" Omelku ketika menge
last updateLast Updated : 2024-04-01
Read more

Bab 63

Sudah satu minggu sejak penangkapan trio benalu itu, kami belum mendengar kabar dari petugas tentang kelanjutan kasus Kak Inggit dan antek-anteknya. Aku bukannya tak perduli karena sudah ada yang menangani, hanya saja kegiatanku di tempat kerja dan kuliah sudah sangat menyita waktu akhir-akhir ini. Belum lagi Bang Gagas yang terus saja memintaku untuk berhenti bekerja paruh waktu, agar aku bisa membantunya di perusahaan yang dia kelola saat ini.Akhir-akhir ini aku juga tidak bisa bertemu dengan lelaki tampan sang pujaan hati, Mas Bimo sudah jarang terlihat datang ke apotek, pekerjaannya selalu dikerjakan dari rumah. Aku mendengar laporan dari Mbak Dina, karena dia yang selama ini memberikan laporan langsung tentang yang berurusan dengan apotek pada Mas Bimo.Entahlah kemana laki-laki itu, sejak malam terakhir beliau mengantarku pulang tak ada lagi kabarnya padaku. Entahlah itu telpon atau sekedar menghubungi ku lewat pesan, Mas Bimo seolah hilang ditelan bumi.Ingin sebenarnya aku m
last updateLast Updated : 2024-04-03
Read more

Bab 64

Sebuah foto terpampang jelas dalam status wa nomor seseorang yang begitu familiar, karena hampir setiap menit kami saling menghubungi, bertanya kabar, bercerita tentang hal-hal yang terjadi setelah kami berpisah dari perkuliahan, tempat aku bercerita mengadukan segala kegundahan hati, begitu pun dia sebaliknya padaku.Dialah sahabatku Aisyah, dari status whatsAppnya kulihat ia menampilkan foto-foto yang terlihat seperti acara prosesi lamaran, ada banyak orang di sana dan yang membuatku begitu shock adalah laki-laki yang duduk disebalahnya, laki-laki yang mengenakan kemeja batik warna moka dipadukan dengan celana warna hitam begitu cocok dibadannya. Lelaki yang selama beberapa hari ini jarang terlihat, bahkan tidak mengabariku sama sekali dialah Mas Bimo, lelaki yang beberapa hari yang lalu memberikanku harapan untuk membangun masa depan kami berdua, laki-laki yang beberapa hari yang lalu memanggilku bidadari surganya, lelaki yang beberapa hari yang lalu berkata akan datang kerumah un
last updateLast Updated : 2024-04-03
Read more

Bab 65

"Jangan mengirim anak itu ke panti asuhan, Bang! Kalau Abang tidak mau merawatnya, biarkan dia jadi anak angkatku saja." Teriakku lantang yang membuat Ibu juga Abangku menoleh seketika padaku."Jangan gegabah, Dek. Kamu ini masih lajang, untuk apa kamu mengadopsinya? lagipula suatu hari nanti kamu akan memiliki suami dan anak sendiri, apa bisa mereka menerima keberadaan Jingga dalam kehidupan kalian?" "Justru Abang yang sudah gegabah mengambil keputusan, sebesar apapun kebencian Abang pada Kak Inggit jangan pernah melampiaskannya pada anak ini. Sudah kukatakan jika dia ini hanya bayi tak berdosa yang tidak tahu apa-apa, Jingga hanya korban, Bang. Apa tidak ada rasa simpatik sama sekali dalam hati Abang untuk bayi tidak berdaya ini, sampai Abang tega membuangnya ke panti asuhan?" Aku benar-benar tidak habis pikir dengan tindakan yang akan Bang Gagas ambil, kenapa dia setega itu? padahal dari baru lahir Jingga dia begitu menyayanginya, namun hanya karena rasa bencinya kepada Kak Inggi
last updateLast Updated : 2024-04-07
Read more

Bab 66

"Dia ...? bukankah dia seharusnya di penjara ...?"Mataku melotot, seketika aku menggosok-gosok mata takut mataku ini salah lihat, tapi saat mata ini menatap sosok itu benar-benar nyata, dia Kak Inggit. kakak iparku yang baru saja bebebrapa minggu yang lalu masuk penjara, karena kasus kejahatan yang menjeratnya. Namun saat ini kulihat dia tengah disebuah mobil bersama laki-laki yang bernama Denis, yaitu laki-laki yang menjadi selingkuhannya. 'Kok bisa, Kak inggit keluar? bukannya sidang saja belum, lagipula bukti-bukti sudah nyata mengarahkannya menjadi tersangka utama, belum lagi tuntutan tentang penganiayaannya padaku tempo hari, kenapa bisa Kak Inggit keluar secepat ini?' batinku bertanya-tanya Lamunanku buyar, ketika suara klakson kendaraan saling bersahutan karena aku tidak kunjung menjalankan sepeda motorku, padahal lampu lalulintas itu sudah berganti hijau. Secepatnya kulajukan segera kendaraanku membelah jalanan ibukota, berusaha untuk mengejar mobil yang tadi kulihat ada K
last updateLast Updated : 2024-04-07
Read more

Bab 67

'"Aisyah, dan Mas Bimo ...?' gumamku.Ibu mengangguk tanda mendengar apa yang kugumamkan barusan, kenapa aku bisa lupa dengan kata-kata ibu tadi pagi, jika hari ini Aisyah dan Mas Bimo akan datang kerumah.Segera aku membuka mukena yang masih kupakai, lalu menggantinya dengan hijab instan yang menggantung di sebelah ranjang. Bergegas aku mengekor dibelakang ibu, untuk menemui pasangan calon pengantin yang bertamu malam ini."Assalamualaikum, Aish, Mas." Sapaku ketika sudah sampai di depan keduanya.Setelah mengantarku ke ruang tamu, Ibu kembali ke dapur sambil membawa Jingga dalam gendongan kainnya. Katanya mau membawa camilan untuk mereka, karena tadi baru sempat menyuguhkan air saja."Wa'alaikumussalam, Din. Apakabar? aku kangen." Jawab Aisyah yang langsung memelukku, seraya memberikan senyum sumringah terlihat begitu bahagia rona di wajahnya."Apa kabar, Mas?" tanyaku pelan."Alhamdulillah, Baik." Jawab Mas Bimo tidak kalah pelan. Wajahnya tertunduk, sama sekali tak berani menatap
last updateLast Updated : 2024-04-07
Read more

Bab 68

"Assalamualaikum." Ucap Mas Yaseer, kemudian masuk dan duduk di sofa sebelah Mas Bimo walaupun belum dipersilahkan masuk. "Kok malah bengong, tidak ada kah yang mau menjawab salam yang saya ucapkan barusan?""Wa-wa'alaikumsalam," jawabku berbarengan dengan Aisyah.Aisyah menatapku penuh tanya, dia menatapku sambil tersenyum menggoda penuh arti, entah apa maksud dari senyuman Aisyah itu sampai akhirnya kusikut lengan Aisyah pelan supaya dia tak terus-terusan menggodaku lagi."Apa benar, Mas mau menerima Dina walaupun dia sudah memiliki anak? eh maksud saya walaupun dia membawa anak angkat dalam rumah tangga kalian, jika kalian berjodoh?" tanya Aish pada Mas Yaseer terlihat masih penasaran."Aish ...," Geramku kesal. Kenapa juga Aisyah mesti menanyakan hal itu kepada Mas Yaseer, ah dasar sahabatku ini bisa-bisanya dia membuatku salah tingkah, didepan dua laki-laki yang berbeda karakter itu."Tidak apa-apa, Din. Biar lebih jelas saja begitu, kan jika sudah jelas maksud dan tujuannnya ti
last updateLast Updated : 2024-04-07
Read more

Bab 69

Waktu seakan cepat berlalu, kegiatanku saat ini hanya membantu ibu mengurus usahanya juga menjaga Jingga di rumah. Aku belum mengutarakan pada Bang Gagas, jika aku mau menerima tawarannya membantu bisnis yang ia kelola.Selain tidak tega membiarkan Ibu bekerja seorang diri, karena sekarang Aisyah sudah tidak diperbolehkan lagi bekerja membantu Ibuku oleh paman dan bibinya, aku juga malas sebetulnya untuk bekerja ditempat Bang Gagas, karena otomatis akan memperbanyak kesempatan ku untuk bertemu Mas Yaseer, laki-laki yang begitu banyak kelebihan percaya dirinya.Bukan aku baper, hanya saja rasanya kok tidak begitu sreg di hati melihat tingkah ceplas ceplos Mas Yaser padaku. Ya mungkin aku terlalu berlebihan atau mungkin terlalu geer menanggapi perlakuan nyeleneh Mas Yaseer, yang mungkin hanya tengah bercanda saja denganku.Namun aku benar-benar merasa tidak nyaman dengan tingkahnya, apalagi jika ia menggodaku blak-blakan didepan orang kain, rasa-rasanya aku begitu benci saat itu juga in
last updateLast Updated : 2024-04-07
Read more

Bab 70

"Apaan, sih!" Gumamku kesal, yang ditimpali kekehan Mas Yasser dibelakangku.Bergegas turun dari pelaminan, kuhampiri Ibu dan juga Bang Gagas yang tengah menikmati makanannya di meja paling depan dekat pelaminan.Melihat yang lain tengah menikmati makanan mereka, aku sengaja mengajak main Jingga anak kesayanganku, tak ada sedikitpun keinginan untuk menyentuh makanan siang itu, rasanya melihat makanan tersaji dengan rapi di meja saja, sudah membuat perutku kenyang dibuatnya."Makanlah dulu biar Jingga ku jaga, sementara kamu mengisi perutmu, Dek!" Tiba-tiba kehadiran lelaki yang begitu menyebalkan di mataku itu, membuat lamunanku buyar seketika. Bukannya aku membawa main Jingga, malah anak itu yang menatapku seolah memberikan semangat pada mamanya, yang tengah gundah gulana ini.Tak ku indahkan perkataan Mas Yaseer, aku malah terus mengajak Jingga bercanda, hingga membuat anak bayi itu tergelak sangat menggemaskan. "Din, kok kamu tidak makan? apa makanannya tidak sesuai dengan seleram
last updateLast Updated : 2024-04-07
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status