Semua Bab Kasur Lapuk Untuk Ibu: Bab 81 - Bab 90

103 Bab

Bab 81

POV InggitNamaku Inggit Widuri, seorang gadis kampung yang hidup serba kekurangan, suamiku Denis seorang penjudi ulung. Setiap hari tak habisnya dia berjudi, bahkan terkadang sampai menjadikan aku sebagai taruhann judinya.Mungkin aku bodoh karena masih saja mau hidup bersamanya, namun apa boleh buat rasa cintaku begitu besar terhadap laki-laki yang sudah menjadi kekasihku sejak masa putih abu itu, walaupun perlakuannya padaku terkadang begitu semena-mena dan seenaknya sendiri.Suatu hari saat pulang belanja dari pasar, seorang laki-laki tidak sengaja menabrak ku sampai semua belanjaanku jatuh berhamburan di tanah. Dengan begitu menyesal laki-laki itu meminta maaf, karena sudah membuat semua belanjaan ku kotor oleh lumpur karena hari itu jalanan becek karena habis hujan.Sebagai permintaan maafnya, laki-laki itu membawaku ke sebuah supermarket dan mengganti belanjaan yang dia jatuhkan dengan barang-barang yang jauh lebih bagus dan berkualitas, tak tanggung-tanggung dia membayari bel
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 82

"Bu, Dina, kalian pindah kamarnya dibelakang, ya! Ibu dan bapakku mau datang berkunjung ke sini!" Suatu hari kukatakan pada mereka, aku pindahkan adik serta Ibu mertuaku ke kamar belakang yang katanya dulu dibangun Mas Gagas untuk art, namun Ibu rupanya tidak suka memakai art karena katanya beliau masih bisa mengurus semua urusan rumah tangga sendiri.Aku bersorak mengetahui hal itu, bagus malah karena tidak perlu menghambur-hamburkan uang untuk membayar gaji pembantu rumah tangga, kan ada Ibu dan adik ipar yang bisa aku suruh untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah tatkala Mas Gagas berlayar.Hidupku terasa indah, kini mempunyai suami dua, rumah layak tidak mengontrak seperti dulu, tidak perlu lagi menjadi piala bergilir karena Mas Denia kalah berjudi, uang pegangan selalu ada, kalau habis tinggal telpon suamiku dengan alasan untuk biaya Ibu atau biaya kuliah Dina pasti langsung ditransfer saat itu juga.Bahkan dari hasil memoroti uang Mas Gagas, aku bisa membelikan Mas Denis sebuah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 83

Aku tergolek lemah di rumah sakit sudah lebih dari dua minggu, namun Ibu mertuaku tak pernah bosan mengunjungi. Terkadang dia datang hanya sekedar mengantarkan makanan kesukaanku, wanita tua itu seolah tak pernah terganggu dengan setiap penolakan yang kulontarkan padanya, kasih sayangnya benar-benar tulus hanya saja hatiku memang terlalu keras dan malu untuk mengakui semua kebaikannya.Lain halnya dengan Dina adik iparku, gadis itu terkadang bermuka masam. Walau dia selalu menuruti perintah ibu untuk selalu menghormati ku sebagai kakak iparnya, namun karena keangkuhanku yang kadang selalu melontarkan kata kasar pada mereka, membuatnya geram dan tak jarang juga dia bersikap ketus karena tidak suka dengan perlakuan burukku. Sore itu hujan deras mengguyur kota tempat tinggal ku, tak terasa tiba-tiba saja cairan bening merembes dari sudut mata, teringat kedua orang tua yang kini tinggal dibalik jeruji besi karena ulahku, juga teringat Jingga anak tak berdosa yang aku sia-siakan keberadaa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 84

Cuih ... Kuludahi wajah menornya yang bagaikan badut ancol itu. Kutatap nyalang tanpa rasa takut sedikitpun."Kurang a*ar, dasar wanita penyakitan! Berani sekali kamu meludahi ku, bre*gsek!" Teriaknya murka ketika salivaku mendarat mulus di wajah menjijikkannya.Tanpa aba-aba wanita itu menarik rambut lepek ku, yang tadi terkena air hujan dan belum sempat ku keringkan, rasanya panas, sakit bagai ditusuk ribuan jarum menjalar di area batok kepala.Aku hanya bisa menahan agar cengkraman tangan kotor wanita itu tidak terlalu kencang saat menyeretku, terseok-seok aku mengikuti langkah kakinya, yang tanpa ampun terus menarik rambutku kencang sampai tercabut berhelai-helai rambutku oleh tangannya.Sia-sia ku kerahkan tenaga untuk menahan cengkeramannya, karena tenagaku kalah kuat dengan wanita jal*ang itu. Dengan sekuat tenaga dia menghempaskan tubuhku, hingga aku terhuyung jatuh menabrak ujung sofa ruang tamu.Rasanya tulang igaku seolah patah, sakit tak terkira menyerang seluruh bagian pu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 85

POV DinaDua minggu sudah Kak Inggit dirawat di rumah sakit, selama itu pula Ibu tidak pernah bosan mengajakku atau Bang Gagas untuk menjenguknya, walaupun kerapkali hanya penolakan dan kata-kata kasar yang keluar dari mulut wanita itu.Terkadang aku malas untuk menemani ibu menjenguknya karena sikap kasar yang tak pernah luntur dari Kak Inggit walaupun badannya kini sudah ringkih digerogoti penyakit mematikan itu, malah seolah keangkuhan itu semakin bertambah dalam dirinya.Kalau aku masih mau diajak karena tidak tega jika membiarkan Ibu pergi seorang diri, lain lagi halnya dengan Bang Gagas yang benar-benar tidak mau sama sekali diajak menjenguk wanita yang masih berstatus istri baginya itu, pintu hatinya benar-benar sudah tertutup untuk wanita bernama Inggit yang kini terbaring lemah di rumah sakit.Namun siang itu kami semua pergi ke rumah sakit, Ibu dan aku sekalian akan menjenguk Kak Inggit seperti biasa, namun tidak dengan Bang Gagas, kakak ku itu hanya akan mengambil hasil tes
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 86

Begitu turun dari mobil, kulihat teronggok tiga orang dalam tandu yang siap di masukan kedalam mobil ambulance dan salah satunya adalah Kak Inggit.Badan Kak Inggit basah kuyup, mungkin karena terguyur hujan atau apa itu aku tidak tahu, tapi yang kulihat dua orang lainnya hanya terdapat luka-luka tidak basah seperti kakak iparku."Tolong minggir ya, kami akan membawa para korban ke rumah sakit." Tegur petugas yang membawa tandu korban, hendak dimasukna kdalam mobil.Aku mundur teratur, kembali kedalam mobil dimana Bang Gagas menungguku, ah kesal juga aku sama Abangku ini, sekedar turun dari mobil saja dia tidak mau, benar-benar menyebalkan. Kenapa sejak diperbudak Kak Inggit hati Abangku ini seolah menjadi mengeras bak es batu, dingin tak terkira."Ayok Bang kita kembali ke rumah sakit, ikuti saja mobil ambulance nya dari belakang," pintaku berharap Bang Gagas mau menuruti."Ck ... menyusahkan saja wanita, itu. Kenapa mau mati saja masih harus melibatkan kita. Kamu juga, Dek buat apa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 87

Sejak hari itu aku selalu kepikiran dengan perkataan Aisyah yang menyebutku sebagai seorang pelakor, aku tak terima karena itu tidaklah benar adanya. Namun bagaimana aku harus menjelaskannya karena untuk berbicara dengannya saja sekarang ini sangatlah sulit. Jangankan untuk mengobrol, sekarang Aisyah malah semakin menjaga jarak, dia seolah jijik berdekatan denganku saat ini. Entah darimana dia bisa punya pemikiran picik seperti itu, menganggap ku seorang pelakor tanpa ada bukti, atau pun menanyakannya terlebih dahulu kebenarannya padaku.******Setelah banyak drama ku lalui, akhirnya sampailah aku dititik dimana merasa bangga atas pencapaian ku dalam mencari ilmu, kurang lebih satu minggu lagi acara wisudaku di gelar, ibu begitu antusias menyambutnya, begitu pula dengan Bang Gagas yang masih saja terus merayuku untuk membantunya dikantor. Namun aku masih belum bersedia karena masih ingin membantu ibu di rumah dengan usaha kuenya, walaupun kini sudah ada tiga pekerja yang membantun
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 88

"Apakah kalian sedang mengghibahkan, aku?" tegur seseorang dari belakang."Aisyah ...?" ucapku begitu menengok ke arah belakang, dimana suara teguran itu berasal."Iya ini aku, kenapa kamu terkejut? apakah karena ketahuan tengah menggunjingku, Dina!" Sahut Aisyah sinis."Tidak seperti itu, Aish. Tadi aku bertanya kepada Dina, kenapa akhir-akhir ini kalian tidak seperti dulu yang selalu bersama-bersama, padahal yang kutahu kamu dan Dina itu sudah seperti saudari kandung." Ucap Putri meluruskan.Aisyah memutar bola mata malas mendengar pembelaan yang Uti lontarkan, seolah apa yang baru saja didengarnya hanyalah omong kosong belaka. "Apakabar, Din? mana ibu, dan abangmu?" tiba-tiba saja, Mas Bimo datang menghampiri, lalu menanyakan keberadaan keluargaku.Sontak saja aku langsung melirik Aisyah, takut malah salah paham nya bertambah parah padaku. Masalahnya saja belum sempat aku luruskan, belum sempat juga untuk mengklarifikasi apa yang Aisyah tuduhkan padaku. Kini malah laki-laki ini da
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 89

"Bukannya ini anak kakak iparmu, Din? Kok mau-maunya sih kamu mengurus bayi dari orang berpenyakit kotor itu, jangan-jangan anak ini juga penyakitan lagi." tak ada angin tak ada hujan, Bu Lela tetangga sebrang rumah tiba-tiba menyapa pagiku dan Jingga dengan mulut nyinyirnya."Apa maksud perkataan ibu pada anak saya, siapa yang ibu bilang anak penyakitan?" Jawabku meradang tak terima dengan perkataannya."Jangan pura-pura bodoh, Dina! Bukankah si Inggit itu terkena penyakit HIV, bisa saja kan penyakit itu juga menular pada Kakak laki-lakimu dan juga anaknya ini. Eh dengar-dengar dia ini juga bukan anaknya kakak mu, kan?" Kekeh Bu Lela terdengar mengejek."Jaga bicara ibu, Ya jangan asal jeplak saja tu mulut, Jingga anak saya ini bersih dari segala penyakit, termasuk abang saya Gagas. Lagipula apa urusannya dengan ibu jika Jingga ini anak abang saya atau bukan, kan kami juga tidak merepotkan, Ibu, tidak juga meminta makan dari Bu Lela." Cerocosku tidak mau kalah.Lagian jadi orang kok
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 90

"Bagaimana, sudah janjiannya dengan suamiku? apa yang kamu minta darinya, menceraikan aku lalu secepatnya menikahimu?" todong Aisyah, ketika baru saja aku sampai didepannya."Ayok masuk dulu, Aish kita bicarakan di dalam. Jangan di sini tidak enak dilihat orang!" Aku menggamit jemari Aisyah, berusaha mengajaknya masuk kedalam rumah. Namun dengan kasar dia menepis genggaman tanganku, matanya nyalang menatap kearahku tajam."Kenapa? kamu malu jika sampai orang-orang dilingkungan ini tahu jika kamu ini adalah wanita murahan? wanita pelakor berkedok seorang sahabat!" Teriaknya emosi, sambil menunjuk-nunjuk wajahku dengan jari telunjuknya."Pelankan suaramu, Aisyah! Apa yang kamu tuduhkan padaku itu tidak benar, itu fitnah. Bagaimana mungkin aku sampai merebut suamimu, Aish kamu pasti tahu kan aku seperti apa, itu bukanlah gayaku, Aish!""Dasar wanita munafik ...! Berapa bayaran yang kamu mau untuk meninggalkan suamiku, hah? seratus, duaratus atau mungkin limaratus juta? sebutkan saja, aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status