Home / Urban / Kasur Lapuk Untuk Ibu / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Kasur Lapuk Untuk Ibu: Chapter 71 - Chapter 80

103 Chapters

Bab 71

Pukul tiga sore akhirnya kami bisa pulang juga, setelah kejadian tadi rasaku terhadap lelaki bernama Boimo seolah menguap begitu saja. Rasa itu berubah menjadi rasa muak, pada tingkahnya yang seperti laki-laki kebanyakan, yang hanya menilai wanita itu semua mata duitan atau gila harta.Tidak bisa dipungkiri memang hidup ini butuh uang, namun tidak harus sampai menggadaikan harga diri, merusak rumah tangga orang lain atau memanfaatkan kekayaan laki-laki yang menikahi kita, semua bisa diatur sedemikian rupa agar rejeki yang didapat itu mencukupi dan berkah itu saja, tidak perlu yang berlebihan apalagi sampai melebih-lebihkan.Bang Gagas melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang, suasana didalam mobil begitu hening, hanya terdengar deru suara mesin mobil yang kami tumpangi, juga suara-suara kendaraan yang hilir mudik di jalanan.Jingga tertidur pulas dalam pangkuanku, itulah makanya tak ada tawa atau rengekan bayi mungil itu yang biasanya memecah kesunyian.Beberapa saat kemudian ka
last updateLast Updated : 2024-04-09
Read more

Bab 72

"Katakan sekarang, apa yang mau kamu bicarakan lagi dengan kami!" Ucap Bang Gagas sedikit menyentak Kak Inggit."Sabar, Mas. Tidak usah meninggikan suaramu padaku, sudah kukatakan pendengaranku ini masih normal, belum pikun seperti ibumu!" Jawabnya seenak jidat.Apa tidak salah dia bilang ibuku pikun? pikun dari mananya, bahkan ibuku lebih terlihat segar darinya, pendengarnya masih bagus, matanya juga masih awas masih bisa dipakai untuk membaca huruf Alquran yang begitu kecil, tanpa memakai kacamata sekalipun. Malah harusnya kak Inggit lah yang dibilang pikun, dia yang lupa jika Bang Gagas tidak menerima lagi dirinya dirumah ini tapi masih nekat untuk datang, dia pasti pikun atau tepatnya pura-pura pikun, telah menyakitiku sedemikian rupa waktu itu tapi masih bisa tersenyum angkuh dihadapanku saat ini. Benar-benar devinisi wanita tidak tahu diri, wanita ja*ang tak punya malu, sudah di usir secara halus pun masih saja bersikeras datang kerumah kami."Ck ... tidak usah banyak basa-bas
last updateLast Updated : 2024-04-09
Read more

Bab 73

"Aku tidak mau tidur dikamar itu, Mas. Disana kamarnya sempit lagipula hanya ada kasur bekas ibu, aku tidak ingin kulitku nanti terkontaminasi kuman penyakit darinya." Sanggah Kak Inggit, bersikeras mau kembali masuk kedalam kamar Bang Gagas."Aku tidak perduli, sekarang rasakan bagaimana rasanya seperti ibuku waktu itu, tidur beerdempetan di kamar sempit, beralaskan kasur lusuh bekas pakai puluhan tahun lalu."Kak Inggit memutar bola mata malas mendengar bentakan Bang Gagas, dia masih tetap bertahan di depan kamar Abangku tidak mau menuruti kata-kata Bang Gagas, untuk turun ke lantai bawah dan tidur dikamar belakang. Kak Inggit masih setia berdiri bahkan saat ini dia malah sengaja duduk didepan kamar Bang Gagas, entah apa yang diinginkan seorang Inggit, sudah ketahuan selingkuh, sudah ketahuan mencelakakan Ibu mertua bahkan sampai mencelakai ku adik iparnya, namun rasa malunya seolah tak pernah ada, kulit wajahnya sudah tebal, sudah begitu kuat menghadapi cemooh juga caci maki orang
last updateLast Updated : 2024-04-09
Read more

Bab 74

"Bagaimana keadaan Kakak ipar saya, Dokter?" tanyaku begitu dokter selesai memeriksa Kak Inggit.Setelah kulihat Kak Inggit tergeletak di lantai kamar, aku meminta Bang Gagas mengantar ke rumah sakit, namun Abangku itu tidak menggubris sama sekali. Dia sudah benar-benar tidak perduli lagi dengan apa yang akan terjadi pada wanita yang masih sah menjadi istrinya itu.Jadi terpaksa aku yang membawanya ke rumah sakit bersama Ibu yang membawa Jingga, karena tak ada yang bisa menjaganya di rumah."Untuk saat ini kami belum bisa menyimpulkan apapun, kita akan menunggu hasil tesnya nanti ya, Mbak,"Setelah mendengar jawaban dokter aku masuk ke dalam ruang rawat Kak Inggit, sedangkan Ibu menjaga Jingga di luar karena takut anakku tertular penyakit dari orang-orang yang sakit di dalam sana, karena notabenenya Jingga masih bayi yang daya tubuhnya belum sekuat kami orang dewasa."Bagaimana keadaan Kakak, apa sudah enakan?" tanyaku ketika melihat Kak Inggit sudah siuman, wanita itu terlihat pucat
last updateLast Updated : 2024-04-09
Read more

Bab 75

Aisyah sama sekali tidak menggubris ku, dia bahkan pergi begitu saja tanpa menoleh ataupun pamit padaku. Ya Rabb apa lagi ini, apa kesalahanku padanya? karena seingat ku kemarin saja waktu pernikahannya kami masih baik-baik saja, bahkan waktu aku mau pamit pulang saja Aisyah seolah keberatan dan memintaku untuk mengajak Ibu juga Bang Gagas sekalian menginap di hotel tempat dia dan keluarga besar suaminya mengadakan acara.Tapi dalam jeda waktu beberapa jam saja dia langsung berubah seolah tak mengenalku, aku bahkan serasa asing dengannya. Aisyah yang paling perhatian, Aisyah yang paling manja padaku, sahabat dalam suka dan duka kini memalingkan muka dariku, entah karena apa.Apakah mungkin ini ada hubungannya dengan, Mas Bimo? atau mungkin Aisyah tahu sesuatu tentang hubunganku dengan Mas Bimo dulu dan dia akhirnya cemburu saat ini? Ya Allah aku harus meluruskan ini, tidak bisa kubiarkan persahabatanku hancur begitu saja dengan Aisyah, dia bukan hanya sahabat bagiku tapi juga seoran
last updateLast Updated : 2024-04-09
Read more

Bab 76

""Maaf saya tidak sengaja menabrak An—"Mulutku langsung tertutup tiba-tiba terkunci rapat seolah tidak dapat melanjutkan perkataan, ketika kulihat orang yang baru saja ku tabrak ..."Dina? kenapa kamu berada di rumah sakit, Din? siapa yang sakit, keluargamu atau malah kamu sendiri yang sakit? sakit apa, Dina?"Rentetan pertanyaan keluar dari mulut laki-laki yang saat ini telah menjadi manusia yang ku blacklist dari hatiku, dia Mas Bimo yang kulihat kini tengah menatapku, mencari jawaban untuk setiap pertanyaan yang dilontarkannya barusan.Ku alihkan pandangan pada wanita yang berdiri mematung disebelahnya, tanpa ingin menyapa atau menoleh kearahku Aisyah berdiri mematung menatap kearah lain, seolah menolak bersitatap denganku saat ini.Menyadari keadaan yang terasa canggung, Mas Bimo kemudian berdiri dari jongkoknya setelah mungkin teringat bahwa kini kami bukanlah siapa-siapa, bahwa kini ada seseorang di sisinya yang harus ia hargai keberadaannya, sebagai satu-satunya wanita yang b
last updateLast Updated : 2024-04-15
Read more

Bab 77

"Mas! Cepat bawa wanita itu dari rumah ini, buang saja di jalanan sana!" Bentak wanita yang tadi kudengar bernama Lisa."Halah biarkan saja dia tergeletak disitu,Lis. Aku malas harus mengangkat tubuhnya!" jawab Denis terdengar seperti menjauh, mungkin laki-laki itu pergi menuju ruangan lain di rumahnnya.'Ck ... dasar wanita penyakitan, sudah mau mati saja masih menyusahkan orang lain!' Lisa berdecak sendiri kesal, kuintip dari jendela wanita itu menendang bagian perut Kak Inggit cukup keras, namun yang aku heran tak ada respon sama sekali dari kakak iparku itu.Apakah Kak Inggit pingsan atau bahkan sudah lewat? Ya Allah pikran buruk terus berputar di benakku, entah kejadian apa yang akan Kak Inggit alami sekarang.Bergegas aku kembali ke halaman depan rumah, aku takut Denis memergoki aku karena motorku sudah bertengger di halaman depan rumah mereka.Ku ulangi mengucap salam setelah tahu jika dirumah itu ternyata berpenghuni, namun aku tetap berjaga-jaga menyalakan rekaman vidio didal
last updateLast Updated : 2024-04-15
Read more

Bab 78

"Lalu sekarang bagaimana, Dok?" tanyaku pada dokter sepuh, yang kulihat begitu berwibawa."Saat ini kita hanya bisa berusaha memberikan obat, untuk menekan agar virus-virus itu tidak cepat menyebar. Kita juga bisa memberikan support kepada pasien, agar bisa bersemangat untuk sembuh walaupun kemungkinannya kecil, tapi tak ada yang tidak mungkin bagi Allah Azawajala." Tutur Dokter yang menangani kak Inggit.Setelah melihat kondisi Kak Inggit sebentar tadi, aku langsung berbalik pulang. Namun perhatianku teralihkan ketika kembali melihat pasangan sahabatku yang masih setia dirumah sakit ini. Sedang apa sebenarnya Aisyah juga Mas Bimo di sini? apakah mereka menemani kerabatnya yang sedang sakit, kenapa bisa selama ini mereka disini jika hanya untuk berobat. Lagi pula jika mereka berobat siapa yang sakit, Mas Bimo atau Aisyah? karena kulihat keduanya seperti baik-baik saja, tak terlihat tengah mengidap suatu penyakit apapun.Kupalingkan muka, ketika tak sengaja aku terpergok oleh Mas Bim
last updateLast Updated : 2024-04-15
Read more

Bab 79

"Abang? sedang apa, Abang dikamarku?" Ku alihkan pertanyaan Bang Gagas padaku barusan, sambil ku rebut secarik kertas hasil tes yang diberikan dokter tadi, semoga saja perhatian Bang Gagas berhasil teralihkan."Tadinya ada yang mau abang bicarakan denganmu, Dek. Tapi tidak sengaja abang melihat kertas ini di atas anakas, jelaskan padaku hasil tes siapa itu!" tanya Bang Gagas penuh selidik. Ternyata aku tak bisa mengalihkan perhatiannya, Abangku sudah tertuju pada isi kertas itu, pasti sekarang dalam pikirannya tengah bertanya-tanya siapa yang dimaksud dalam kertas itu. Kelihatannya, dia tidak membaca ada nama pasiennya tertulis disana, sepertinya bang gagas hanya tertuju pada hasil tes tanpa melihat nama pasien didalamnya."Jawab, Dek! Punya siapa itu?""I-itu milik Kak Inggit, Bang." Akhirnya mau tak mau aku pun harus jujur pada Bang Gagas. Tidak bisa aku menyembunyikan terlalu lama darinya, karena cepat atau lambat nanti dia pun akan mengetahuinya juga.Seketika Bang Gagas terdiam
last updateLast Updated : 2024-04-15
Read more

Bab 80

"Oalah kamu, Uti! Sedang apa di sini, periksa atau jenguk yang sakit?" tanyaku, ketika aku menoleh pada sosok wanita yang menawarkan diri menjaga Jingga, sementara aku dan ibu masuk menjenguk Kak Inggit.Uti tidak langsung menjawab pertanyaanku, dia hanya memberikan senyum simpul padaku lalu mengulurkan tangannya untuk menyalami ibu takzim.Kemudian Uti berbalik pada Bang Gagas lalu mengatupkan kedua tangannya didada, sedetik kemudian ia tundukan kembali pandangannya dari kakak laki-lakiku."Siapa to, Nduk?" tanya Ibu penasaran, sambil mengelus lembut lengan Uti temanku."Saya Putry Yasmin, Bu'e. Temannya Dina di kampus." Jawab Uti hangat."Oalah pantesan, kok tidak segan-segan menawarkan diri menjaga cucu ibu. Rupanya kalian saling kenal, Nduk."Uti tersenyum seraya menganggukkan kepalanya hormat, diraihnya Jingga dari stroller bayi, lalu ditimang penuh kasih. Anakku itu terlihat sangat nyaman dalam gendongan wanita yang baru kali ini ditemuinya, seolah tengah berada dalam dekapan ha
last updateLast Updated : 2024-04-15
Read more
PREV
1
...
67891011
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status