Home / Urban / Kasur Lapuk Untuk Ibu / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Kasur Lapuk Untuk Ibu: Chapter 51 - Chapter 60

103 Chapters

Bab 51

Segera ku bereskan pekerjaanku mencuci peralatan bekas makanku juga Abang dan Ibu. Lalu ku buatkan kopi dan segelas teh hangat untuk Bu Arum dan Pak Wahyu, biarlah kali ini aku mengalah kepada orang tua, sedikit berbakti walaupun kebanyakan mereka ini menyebalkan tapi tetap mereka harus dihormati."Ini kopi hitam untuk Bapak, dan secangkir teh hangat untuk Bu Arum. Silahkan dinikmati mumpung masih panas, kalau sudah dingin tidak enak nanti. Nah ini juga ada bakwan barusan Dina goreng lagi biar lebih krispi." Silahkan dinikmati ya Pak, Bu. Dina mandi dulu mau kuliah." Kusodorkan satu nampan berisi kopi, teh dan bakwan yang masih terlihat mengepul asapnya, 'ah semoga kalian suka sesajen pagi dariku,' batinku.Bergegas aku pun naik ke lantai atas berniat untuk mandi lalu bersiap hendak berangkat ke kampus. Namun sebelum masuk ke kamar, diam-diam ku intip pasangan tua yang kini tengah saling tatap di meja makan, seolah ragu untuk menyentuh apa yang telah kusajikan untuk mereka barusan.K
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 52

"Sini cepat berikan kunci motornya! Enak saja kamu mau pakai motor orang, pasti kamu ambil kunci motor ini diam-diam ya, dasar maling!" Hardik Bu Arum pedas dengan mulut julidh nya."Siapa yang Ibu sebut maling? Dia adik saya, tidak ada dari sananya turunan keluarga kami menjadi maling." Teriak Bang Gagas yang datang dari dalam, sepertinya abangku ini juga bersiap hendak pergi ke kantor."Tapi itu kan motor bapak, Gas. Kok bisa sampai dia yang pakai, pasti dia itu diam-diam ambil kunci motor buat dia gaya-gayaan, diperlihatkan ke teman-teman kuliahnya di kampus." Tuduh Bu Arum seenaknya."Sudah kukatakan dia ini adik saya, bukan maling seperti yang Ibu bilang. Dan asal Ibu tahu kunci motor itu memang sengaja saya kasih ke Dina, mulai sekarang motor ini adalah milik adik saya, tak bisa diganggu gugat!""Tapi kan, Gas—" Bu Arum tampak begitu shock mendengar perkataan Bang Gagas, "Bagaimana kamu bisa memberikan begitu saja motor milik, bapak. Bagaimana nanti kalau kami mau pergi keluar j
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 53

"Begini, Dek. Setelah sepulang berlayar, abang merintis 2 usaha dibidang percetakan dan juga dibidang textile, Alhamdulillah nya kedua bisnis abang ini walaupun baru merintis, tapi perkembangannya sudah sangat bagus bahkan sekarang kami berencana mau membuka cabang di tempat lain, Dek.""Wah Alhamdulillah, Bang. Lalu hubungannya sama Dina apa, Bang?" tanyaku masih penasaran."Saat ini perusahaan abang titip dulu pada Yaseer teman sekaligus partner bisnis abang itu. Abang bilang pada Inggit kalau abang bangkrut, abang ingin melihat apa yang akan dia lakukan jika abang tidak punya apapun." Ucapnya "Dan juga abang mau kamu ikut membantu bisnis abang, Dek. Jadi tidak perlu lagi kamu bekerja di apotek atau di minimarket itu.""Tapi, Bang—" aku terdiam. Tak meneruskan perkataanku, sebenarnya tidak masalah jika Bang Gagas ingin aku membantu usahanya. Namun yang memberatkanku saat ini, aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku diapotek. Selain sudah nyaman, disana juga ada sang tambatan hati y
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 54

"Din, Dina kamu bisa bantu ibu sebentar, Nak?" saat tengah terlelap, samar-samar kudengar suara orang mengetuk-ngetuk pintu kamarku, kupikir itu hanyalah mimpi sampai tak terasa mataku kembali hendak menutup saking beratnya kantuk yang kurasa."Din ...! Di ... na...."Begitu mata ini nyaris menutup, kembali kudengar panggilan yang terasa kian melemah, begitu tersadar jika itu adalah suara ibu aku terperanjat, langsung bangun dari tidurku. Aku tergopoh-gopoh menuju ambang pintu, untuk segera melihat apa yang terjadi."Aaaa ... Ibu ... Bang! Bang Gagas, Ibu, Bang ...!" Begitu pintu kubuka aku begitu sangat shock, kudapati Ibu tergolek lemah tak berdaya di depan pintu masuk kamarku.Segera ku ambil kepalanya, lalu ku taruh di lahunan. Denyut nadinya begitu lemah, nafasnya tidak beraturan seolah terasa sesak, sekuat tenaga aku kembali berteriak memanggil Bang Gagas yang tidak kunjung keluar dari dalam kamar."Abang ...! Tolong Dina, Bang...!" Teriakku lagi melengking, tak perduli itu suda
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 55

"Assalamualaikum, Din." Tak lama Aisyah datang menucap salam. "Bagaimana keadaan Ibu sekarang, Din?" tanya Aisyah terlihat khawatir."Alhamdulillah sudah lebih baik, Aish. Saat ini Ibu masih istirahat, Aish yuk sini!" Ku gamit lengan Aisyah untuk melihat keadaan Ibuku lebih dekat.Dari rona wajahnya tersirat rasa khawatir, namun kulihat juga ada kecemasan lain yang Aisyah sembunyikan dariku, entah apa itu tapi sepertinya aku harus mencari tahu."Aish yuk kita keluar dulu, temani aku cari sarapan. Kamu sudah sarapan belum?" ku ajak Aish keluar, sengaja agar obrolanku dengan Aish tidak didengar Ibu, lagipula biar Ibu juga bisa istirahat, supaya bisa cepat pulih seperti sedia kala.Aku dan Aish akhirnya di sini, di kantin rumah sakit. Kebetulan memang cacing-cacing di perutku sudah berdemo minta di isi. Aku memesan bubur ayam, sedangkan Aisyah hanya memesan teh hangat dan roti lapis saja, untuk sarapannya."Aish, tadi Bang Gagas menghubungiku, katanya mendadak banyak orang-orang yang dat
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 56

"Beres, Nak." Jawab Bu Arum mengacungkan kedua jempolnya ke arah kak Inggit saat ku intip dari balik jendela. Karena takut ketahuan, aku kembali merunduk dan hanya merekam saja dengan gawai, apa yang tengah mereka lakukan di gudang itu.Ya Allah apa yang mereka maksud itu? apanya yang beres, lalu barang apa yang Kak Inggit maksudkan? begitu banyak pertanyaan yang harus kucari tahu jawabannya. 'Ya Rabb berilah hamba petunjuk-Mu untuk menguak peristiwa ganjil ini.' batinku.Aku masih diam membisu dibawah jendela, sedangkan gawaiku masih ku sorotkan kepada duo Ibu dan anak tak ada akhlak itu. Aku tidak tahu apa yang mereka lakukan karena kepalaku tak bisa melongok kedalam jendela, lubangnya hanya bisa masuk ukuran tanganku saja, sedangkan jika mengintip sambil berdiri aku takut mereka menyadari keberadaan ku di sana.Biarlah nanti kulihat dari rekaman vidio nya saja, yang penting saat ini rekam dulu dan aku harus menyiapkan pendengaranku dengan sangat awas, agar bisa dengan jelas menden
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 57

Mereka menatapku serempak, seolah penuh tanya. Namun lain lagi dengan tiga benalu yang kini ada di hadapanku, mereka menatapku sinis tersungging cibiran dari bibir mereka dan aku tak perduli itu.Ku tegakkan langkahku dengan pasti, menuju kerumunan para korban yang meminta pertanggung jawaban, buntut dari musibah yang direkayasa oleh trio benalu tak berakhlak tersebut."Kalian ingin menuntut keadilan, kan? tadi kudengar kalian akan mengadukan pelakunya kepolisi, begitu?" tanyaku lantang pada para korban itu penuh penekanan.Mereka diam tak bersuara seperti tadi yang kudengar ramai meneriaki Bang gagas dengan segala cacian didalamnya. "Kenapa kalian malah diam sekarang? saya tanya sekali lagi, bukankah tadi kalian bersikeras akan menuntut kami, jika tak ada ganti rugi yang kami keluarkan untuk membayar pengobatan, karena musibah yang terjadi sekarang ini?"Ku ulang kembali perkataanku dengan sedikit berteriak, kutatap tajam setiap manik mata yang saat ini menatap kearahku penuh tanda t
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 58

"Wah kamu sudah pulang, Bu Siti. Saya kira kamu masih akan tinggal beberapa hari lagi di rumah sakit, atau malah saya kira kamu langsung pulang ke rumah Tuhan di surga." Sarkas Bu Arum, nyelekit seperti biasa.Du, kenapa gitu pas pulang tuh malah disambut dengan mulut julidh wanita tua yang tak ingat umur ini. Inginnya pas pulang tuh memberikan ketenangan untuk ibuku, agar beliau bisa istirahat total untu penyembuhannya, tapi ini malah disambut mulut nyinyir induknya benalu. Ya Allah maafkan aku yang selalu berbicara kasar kepada kedua orang tua Kak Inggit, habisnya mereka selalu menggerus kesabaranku yang setipis kulit ari ini, membuatku seperti emak-emak senggol bacok yang langsung tersulut emosi melihat tingkah ajaib mereka. Padahal aku ini masih gadis, belumlah menikah sama sekali tapi lama-lama menghadapi perangai trio semprul ini, tabiatku sudah makin mirip emak-emak yang bersiap geludh di mamang sayur.Ah sabar Dina, kan dibelakang sudah ada personel yang akan membuat kejutan
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 59

"Kebetulan sekali Bapak-bapak ini datang, ini Bu Siti tersangka pembuat kue beracun itu juga baru pulang dari rumah sakit, jadi kalian bisa dengan leluasa membawanya dari rumah ini sekarang juga, Bapak-bapak." Ucap Bu Arum penuh percaya diri.Bang Gagas senyum mengejek ke arah Bu Arum ibu mertuanya, namun tak ada kata yang keluar dari mulutnya sama sekali, mungkin Abangku sudah lelah meladeni drama yang selalu dibuat oleh kedua mertua serta istri nya itu."Sebentar saya ambilkan minum ya, Pak," ucapku kemudian bergegas berdiri, berniat untuk mengambilkan air minum bagi tamu-tamu terhormat itu."Tidak perlu, Dina! Sebentar lagi juga mereka berangkat lagi dengan membawa ibumu, iya kan Pak polisi? jangan repot-repot, Din nanti siapa yang mau mencuci gelasnya, kalau kamu mau mencucinya ya udah sana buatkan untuk kami juga, ya. Tapi ingat jangan sampai ada minuman asin seperti tempo hari, kalau tidak akan kusiramkan ke wajahmu yang sok alim itu!" Ucap Bu Arum tak tahu malu.Apakah otak Bu
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 60

"lepaskan aku, kalian salah tangkap bukan aku yang seharusnya memakai gelang besi ini tapi dia, wanita tua itu yang harus kalian bawa! Lepaskan aku, lepaskan ...!" Teriak Bu Arum menunjuk ibu dengan dagunya, wanita tua itu meronta minta dilepaskan. Segala perkataan kasar ia lontarkan kepada ibuku, musibah atau malah bisa dibilang karma yang saat ini tengah menimpanya tak lantas menjadikannya wanita yang bisa menjaga sikap. Orang tua yang tidak pantas menjadi contoh untuk anaknya, sikapnya tidak mencerminkan sikap seorang ibu yang mengayomi anaknya, malah sebaliknya kejahatan yang ia ajarkan untuk ditiru keturunannya. Nauzubillah semoga Allah menjauhkan aku dari orang-orang seperti mereka dikemudian hari. Cukup benalu-benalu itu saja, jangan ada lagi benalu lain yang akan bersinggungan denganku, entah bagaimana aku jadinya jika kembali dipertemukan dengan para benalu-benalu baru dalam hidup ini."Sudah terima saja, Bu Arum. Semua bukti kejahatan itu sudah mengarah pada kalian, Ibuku
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status