Semua Bab Kasur Lapuk Untuk Ibu: Bab 41 - Bab 50

103 Bab

Bab 41

"Jaga bicaramu, Mas! Walau bagaimanapun dia itu ibuku, ibu mertuamu sendiri apa harus kamu bicara sekasar itu padanya?!"Aku tertawa sinis mendengar apa yang Inggit katakan barusan, apa dia tidak berpikir bagaimana kasarnya dia memperlakukan ibuku selama ini. "Kenapa kamu tertawa seperti itu, Mas? aku serius, aku tidak sedang bercanda atau melawak saat ini!" Bentaknya semakin emosi.Brak ...Ku gebrak meja makan yang ada di depanku, sampai nasi dalam piring itu tumpah, tak luput juga gelas kopiku menggelinding terkena imbasnya."Memangnya yang bilang kamu sedang bercanda atau melawak itu siapa? bukankah aku diam saja, apa salah jika aku ingin tersenyum? Ini mulutku, kupakai senyum atau pun membentak mu itu adalah hak ku bukan urusanmu, mengerti!"Inggit kembali terperanjat, mendengar aku membentaknya balik. Dia pikir aku akan diam saja, setelah dibentak-bentak olehnya seperti waktu kemarin? Oh tentu tidak akan semudah itu sekarang Inggit, hidupmu akan serasa di neraka, kamu akan mera
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 42

"Gagas ...? kamu datang, Nak."Ibuku keluar diikuti Aisyah yang mengekor dibelakangnya. Wanita pemegang surgaku itu langsung menghampiri lalu memelukku erat, sangat erat seolah tengah menyalurkan kerinduan yang teramat sangat padaku.Kurasakan bahunya bergetar, kemejaku juga terasa basah oleh cairan bening yang keluar dari mata ibuku.Aisyah juga Dina hanya memandang kami dengan tatapan penuh haru. Ya Allah ya Rabb betapa mulianya hati ibuku, setelah ku sakiti beliau dengan sangat dalam tapi tak sedikitpun terucap kata buruk dari mulutnya, wanita ini malah memelukku erat merentangkan tangannya menyambutku kedatanganku. Ya Rabb ampuni segala dosaku, yang telah berani menyia-nyiakan kasih sayang serta ketulusan hati wanita yang bergelar ibu bagiku ini, maafkan segala dosa hamba ya Rabb. Hatiku tercubit mendapati sambutan ibu begitu hangat, jauh dengan apa yang kubayangkan sebelumnya, jika ibu akan menolak kedatanganku dan kemudian mengusir aku karena tak sudi memiliki anak durhaka sep
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 43

Aisyah menggeleng, lalu memberikan senyum lebar untuk kedua wanita yang kini memeluknya. "Bukan aku tidak ingin ikut dengan kalian, tapi disinilah rumahku, rumah peninggalan kedua orang tuaku yang tidak akan pernah aku tinggalkan sampai kapanpun. Ibu dan Dina pulanglah jika kalian memang mau ikut dengan Bang Gagas, aku tidak akan melarang. Aku ikut bahagia jika kalian pun merasakan hal yang sama." jawab Aisyah tulus.Aku kagum mendengar kebesaran hati Aisyah, untuk mempersilahkan Ibu Dan juga Dina ikut, denganku jika memang mereka ingin kembali. Tidak ada raut masam kulihat dari wajahnya atau merasa diabaikan, setelah semua pertolongannya kepada adik dan Ibuku dengan menampung mereka di rumahnya selama ini.Aisyah benar-benar gadis yang baik, dia juga sangat cantik bukan hanya parasnya tapi juga hatinya. Seandainya istriku memiliki sifat setulus Aisyah, pasti keadaan dirumahku tidak akan pernah mengalami masalah berarti seperti sekarang ini."Terima kasih untuk semua pertolongamu sel
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 44

"K-kamu ... kamu sudah berani memukulku, Mas?" Ucapnya dengan mata berkaca-kaca, sambil memegang pipinya yang tadi terkena tamparanku."Makanya kalau aku bicara didengar jangan dianggap hanya angin lalu, aku ini suamimu bukan benda tembus pandang yang bisa kamu lewati begitu saja, tanpa kamu hiraukan sama sekali!" Bentakku tak iba melihat air mata buaya nya yang mulai menetes."Ada apa ini, kenapa kalian malah berlanjut ribut-ribut? ya ampun, Nak, Pipimu memerah apakah ...," Bu Arum menghambur menghampiri kami, mungkin karena mendengar keributan antara aku dan Inggit yang malah semakin menjadi.Sebelah tangan wanita yang bergelar ibu mertuaku itu, mengelus pipi Inggit tanpa meneruskan perkataannya dan sebelah tangannya lagi menutup mulutnya yang terbuka, mungkin merasa tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Aku yang biasanya terlihat begitu mencintai Inggit, aku yang begitu bucin terhadap anaknya ini, tidak ia duga berani melakukan hal kasar kepada putri kesayangannya."K-k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 45

POV DinaBetapa terkejutnya aku ketika mendapati Bang Gagas lah yang ternyata sedang mengobrol dengan Aisyah, sejenak aku bergeming menatapnya penuh tanya, mau apa dia datang kesini, apakah masih belum puas menyakiti aku juga ibu, atau mungkin Abangku ini sudah sadar dari kesalahannya?Suara Bang Gagas yang menyapaku membuyarkan lamunanku seketika, dia memohon maaf untuk semua kesalahan yang pernah dia lakukan padaku dan juga ibu. Bang Gagas juga meminta kami untuk kembali pulang ke rumah, serasa tak percaya mendengarnya tapi itulah kuasa Allah yang maha membolak-balikkan hati manusia. Akhirnya kakak laki-laki ku yang kemarin sempat tersesat itu kembali pulang, dia memohon ampun padaku juga pada ibu yang telah sedemikian rupa ia sakiti hatinya.Singkat kata ibu dan aku menyetujui untuk kembali pulang bersamanya, karena walau bagaimanapun kami tidak akan bisa terus-terusan tinggal dirumah Aisyah, apalagi minggu depan Aisyah akan melangsungkan pernikahan, setelah beberapa hari kedepan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 46

"Kamu tega sama orang tuaku, Mas! Masa ibu sama bapak harus dempet-dempetan di kamar belkang? lagipula disana kasurnya tidak ada, hanya ada kasur lapuk yang waktu itu dipakai ibu. Nanti gimana kalau orang tuaku ketularan pemyakit gatal-gatal dari ibumu itu, Mas."Dengan lantang Kak Inggit memprotes keputusan Bang Gagas, rasanya dia tidak ingat apa yang sudah dia lakukan pada ibuku satu tahun yang lalu, ketika dia dengan masa bodohnya menempatkan kami di kamar belakang, dengan kasur lapuk yang dia mabil dari gudang untuk kami pakai, sampai ibuku akhirnya terkena penyakit kulit karena kasur itu yang sudah tidak layak pakai.Namun saat ini lantang sekali mulutnya tak menerima keputusan Bang Gagas, mentang-mentang menyangkut orang tuanya. Dia tak perduli dengan apa yang dilakukan pada ibuku dan juga aku dulu, tapi sangat perduli begitu itu menyangkut kehidupan kedua orang tuanya sendiri.Aku hanya menyunggingkan senyum mengejek ke arahnya, maaf ya Rabb jika aku berbahagia diatas penderita
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 47

"Anda sedang apa di situ, Pak Wahyu?" teriakku karena terkejut sekaligus geram mendapati mata tuanya menatap penuh na*su padaku."E-eh sabar, Nak Dina. Jangan berteriak-teriak seperti itu, bapak hanya sedang membereskan kamar ini, tapi tiba-tiba Nak Dina masuk begitu saja tanpa permisi, jadi saya tidak sempat untuk keluar malah keburu terlihat." Kilahnya tanpa rasa bersalah sama sekali."Maksud Anda bagaimana, Pak. Jadi kalau saya tidak keburu melihat Anda di situ Anda akan diam saja begitu, atau malah Anda bermaksud melakukan hal yang—" tak ku lanjutkan lagi perkataanku, rasanya begitu sesak saking kesalnya dengan tingkah lelaki tua yang bergelar ayah mertua kakak laki-laki ku ini."Sekarang keluarlah dari kamar ini, Pak. Saya akan kembali menempatinya, jangan pernah sekali-kali Bapak berani lagi masuk tanpa seijin saya!" Usirku geram.Alih-alih mematuhi perkataanku Pak Wahyu malah bergeming mematung ditempatnya berdiri, jak*nnya naik turun menelan salivanya sendiri. Matanya nyalang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 48

"Apa sih, Mas teriak-teriak? telingaku masih normal belum bud*k, jadi tidak usah terus-terusan mengeraskan suaramu padaku!" Bentak Kak Inggit ketika pintu kamar itu dibukanya."Kamu, bukannya sadar diri tapi malah makin menjadi, Inggit! Kalau memang telingamu itu masih normal, kenapa tidak keluar saat anak itu menangis dia pasti haus, atau kamu memang sengaja berpura-pura tidak mendengarnya, iya?" Bentak balik Bang Gagas tidak mau kalah."Ya tinggal di buatin susu saja, Mas. Begitu saja kok repot!" Balas Kak Inggit, kemudian ia berbalik hendak masuk lagi ke dalam kamar.Bang Gagas dengan cekatan menahan pintu yang akan Kak Inggit tutup dengan ujung kakinya, ia lalu ikut menerobos masuk ke dalam kamar. Takut terjadi hal yang tidak diinginkan aku ikut menyusulnya ke dalam kamar, betapa terkejutnya aku ketika mendapati tas yang berisi baju Ibu, sudah berantakan dengan isinya yang berserakan dilantai kamar.Benar-benar kurang ajar, tidak sopan sekali mereka. Bahkan kini dengan terang-tera
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bab 49

"Katakan, Nak! Apa maksud dari kata-katamu barusan, kalau Jingga bukanlah anakmu?" Ibu merangsek masuk lalu memberondong Bang Gagas dengan pertanyaan.Bang Gagas diam tak menjawab pertanyaan ibu, kakak laki-lakiku itu malah menoleh padaku memberi isyarat, agar aku membawa ibu menjauh dari mereka."Bu, yuk kita kesana saja, biarkan Abang menyekesaikan urusan rumah tangganya, sebaiknya kita jangan ikut campur." Ucapku sambil menggamit pinggang ibu, agar mau mengikutiku keluar dari kamar itu.Ibu menggeleng, lalu menatap Bang Gagas penuh selidik. "Katakan pada ibu, Nak. Bicaralah dengan jujur jangan ada yang disembunyikan."Bang Gagas malah tertunduk, dia tak berani sama sekali mengangkat wajahnya untuk menatap wanita yang telah melahirkan kami berdua itu."Lihatlah anakmu itu, Bu! Dia memfitnahku dengan mengatakan anak ini bukanlah anaknya, dia bahkan tidak sanggup menatap wajahmu, untuk sekedar menjelaskan apa yang barus aja dikatakannya." Ejek Kak Inggit, menunjuk-nunjuk wajah Bang Ga
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

Bagian 50

Pukul 3 pagi aku terjaga, gegas ke kamar mandi lalu membersihkan diri dan mengambil air wudhu. Kutunaikan dua rakaat, menikung seseorang disepertiga malam kusebut namanya dalam doa dan hajatku, meminta diberikan yang terbaik untuk sebuah hubungan yang baru saja berbenih, agar bisa tumbuh subur.Setah selesai berdoa juga berdzikir kuambil ponsel yang sejak kemarin sengaja ku matikan, barangkali ada pesan penting dari Mbak Dina di apotek atau dari rekan kerjaku di minimarket, karena memang kebetulan kemarin adalah jatahku libur dari dua pekerjaan part time yang kujalani.Ku scroll tak ada yang penting, hanya beberapa pesan dari group kampus. Namun aku terlonjak kaget ketika tiba-tiba ponselku malah berkedip sesaat setelah kumatikan dan hendak kusimpan.Segera kuraih kembali dan ku usap layar pipih itu, ternyata itu adalah pesan dari Mas Bimo laki-laki yang baru saja kusebut namanya dalam sujudku.("Assalamualaikum, calon bidadari surgaku. Kamu pasti sudah bangun dan sedang memintaku pad
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status