Home / Urban / Kasur Lapuk Untuk Ibu / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Kasur Lapuk Untuk Ibu: Chapter 21 - Chapter 30

103 Chapters

Bab 21

Sejak kejadian itu, tak pernah lagi kami berhubungan dengan Bang Gagas dan keluarga barunya, biarlah mereka bahagia dengan jalan yang dipilihnya.Kini kami hidup bertiga masih dirumah Aisyah, sebetulnya aku merasa tidak enak terus-terusan menumpang dirumahnya, karena kini aku sudah bisa menyewa kamar kost jika hanya untuk hidup berdua dengan Ibu dan membayar biaya kuliahku sendiri insyaAllah aku sudah sanggup, tapi Aisyah bersikeras jika sekarang kami adalah keluarganya dan tidak diperbolehkan pindah dari rumahnya kemanapun sampaikapanpun.Sekarang aku kerja paruh waktu di dua tempat, kegiatanku padat dari mulai bangun pagi hingga pulang malam hari, bagiku kini rumah hanyalah tempat persinggahan untuk sekedar merebahkan badan dari rasa lelah. "Jangan terlalu di forsir kerjanya, Din. Nanti malah drop, badanmu juga harus dirawat, diajak istirahat, diajak jalan-jalan sesekali, ini kok kamu tuh sibuknya melebihi pekerja kantoran." Seloroh Ibu yang tengah sibuk membuat kue pesanan tetangg
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 22

"Tunggu ! Ada apa ini, kenapa wanita ini kalian seret seenaknya, apakah kalian tidak tahu cara menghormati seorang wanita?" Bentak Pak Bimo anak bosku di apotek."Wanita ini maling, dia sudah mencuri ponsel milik ibu hamil itu, Pak!" Jawab salah satu laki-laki yang sedari tadi memegangi erat lenganku lalu menunjuk ke arah Kak Inggit."Benarkah? apakah ada buktinya kalau wanita ini seorang pencuri? apakah kalian melihat sendiri dia mencuri ponsel wanita itu? kenapa harus main hakim sendiri, kalian tidak tahu kah kalau negara kita ini negara hukum?!"Mereka semua mendadak terdiam membisu, tak ada lagi suara lantang yang mereka ucapkan seperti tadi, sebelum pak Bimo datang membelaku."Kenapa kalian semua diam, padahal tadi kudengar kalian begitu rusuh untuk menghakimi wanita ini. Dan Anda Nyonya, apakah benar ponsel ini, milik Anda?" Pak Bimo menunjukan ponsel yang kini berada ditangannya, dan orang-orang yang tadi terlihat garang padaku kini hanya bisa menatap apa yang Pak Bimo tunjuka
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 23

Tak kuhiraukan lagi tatapan nyalang Kak Inggit yang seolah hendak menerkam ku, langsung kubalikkan badan bergegas pergi dari tempat itu, tak sabar rasanya membongkar kelicikan serta pengkhianatnya selama ini pada Abangku."Din, Dina tunggu!" Teriaknya tak lagi kugubris. "Dina jangan gegabah, Din! Tunggu! Awww ...."Tiba-tiba suara teriakan Kak Dina yang memanggil-manggil namaku, berubah jadi pekikkan kesakitan yang kudengar dari mulutnya bersamaan dengan bunyi gedebum yang sangat kencang.Suasana di belakangku kudengar menjadi ricuh, dan terdengar juga semakin gaduh. Kulihat orang-orang berlarian kembali mengerumuni wanita hamil yang terjatuh entah karena apa aku tak tahu pasti, karena tak menyaksikannya sendiri. Lamat-lamat masih kudengar suara rintihan Kak Inggit, sambil sesekali menyebut namaku keluar dari mulutnya. Sontak saja aku kembali membalikkan badan, menoleh ke arah belakang dimana suara Kak Inggit kini terdengar lirih mengaduh. Sejenak aku diam terpaku menyaksikan apa yan
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 24

"Hentikan Gagas! Kenapa kamu malah menampar adikmu, Nak? seharusnya kamu berterima kasih karena Dina mau membawa Inggit ke rumah sakit." Kata Ibu mencoba menjelaskan pada Bang Gagas, Ibu juga terlihat menangis kemudian menyusut air matanya itu dengan ujung jilbab instan lusuhnya"Apa harus, ku ucapkan terima kasih kepada anak tak tahu di*i, yang sudah membuat nyawa istri dan anakku dalam bahaya, Bu? jangan harap aku akan tinggal diam. Jika sampai terjadi apa-apa pada anak dan istriku, akan kupastikan kamu masuk penjara, Dina!" Bentaknya menunjuk wajahku dengan ujung telunjuknya penuh penekanan."Tenanglah, ini di rumah sakit, jangan bertindak anarkis! Lagipula Anda belum mengetahui titik permasalahannya seperti apa, kenapa Anda bisa menuduh adik Anda yang telah mencelakakan istri Anda, Pak Gagas!"Bang Gagas menatap nyalang pada Pak Bimo yang memberikan pembelaannya padaku. "Diamlah, tutup mulutmu, jangan ikut campur dalam permasalahan keluargku! Kamu hanya orang luar yang tidak tahu
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 25

"Ini, obati luka pada bibirmu," sebuah tangan mengulurkan obat merah serta salep padakuAku mendongak sejenak menatap manik coklat yang kini menatapku dengan sinar matanya yang sempurna, "Ini cepat ambilah, dan obati lukamu! Jangan malah terkesima dengan ketampananku."Ku putar bola mata jengah mendengar ocehannya, geer sekali dia mengatakan kalau aku terkesima dengan ketampanannya yang memang kuakui dia selalu terlihat tampan hi hi hi. Duh sakit sekali bibirku ketika tidak terasa aku malah menyunggingkan senyum dari sudut bibir ini.Ku ambil obat yang diasongkannya barusan, lalu kuminta Ibu untuk membantu mengobati lukaku."Bu, Din, ini makanlah dulu kubelikan roti di minimarket sebrang rumah sakit, aku tahu pasti kamu lapar, Din. Dan kasihan Ibu juga tadi belum sempat makan dan istirahat, karena hari ini pesanan kue sedang banyak." Aisyah mengulurkan tangannya memberikan sekantung plastik makanan serta minuman, untuk aku dan Ibu."Ayok Bu makanlah dulu, jangan sampai ibu malah jatuh
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 26

"Sudah diamlah, Bu. Jangan berpura-pura lagi bersedih dihadapanku, air mata Ibu tak akan pernah mengembalikan keadaan menjadi seperti sebelumnya. Air matamu juga tak akan menjadikan anak dan istriku kembali sehat sekejap mata, lebih baik kalian pergi saja dari sini, aku tak butuh simpatik palsu dari kalian semua!""Bang, jaga bicaramu! Apakah kamu sudah tidak waras, Bang? kamu tidak sadar berbicara kasar seperti itu pada siapa?" Bentak Ku emosi, mendengar cercaan Bang Gagas pada Ibu."Justru kamu yang harus diam, Dina! Bawa ibumu pergi dari sini, aku tak sudi melihat kalian ada di sini, aku muak melihat kalian semua!" Cetus Bang Gagas tambah emosi, sorot manik hitam itu tak pernah kulihat sebelumnya. Sorot penuh kebencian dan dendam mendalam padaku juga Ibu.Sebetulnya apa yang sudah terjadi pada hatimu, Bang? hasutan apa yang telah mereka bisikan di telingamu sehingga sebenci itu kamu melihatku dan ibu saat ini, kesalahan terbesar apa yang telah kami lakukan padamu sehingga kamu men
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 27

Sudah kurang lebih satu minggu sejak kejadian itu, aku belum kembali mendapat kabar bagaimana keadaan kak inggit dan bayi yang dilahirkannya. Rasanya malas mau bertanya pada Bang Gagas pasti jawabannya tidak akan seperti apa yang diharapkan.Bukan aku tak perduli dengan musibah yang menimpa saudaraku, namun kesibukan kuliah serta kerja part time ku pun begitu menyita waktu akhir-akhir ini, jadi memang belum sempat juga untuk kembali berkunjung ke rumah sakit.Sebenarnya Ibu juga sudah seringkali memintaku untuk menanyakan keadaan kakak ipar, hanya saja belum sempat ku turuti permintaan beliau, entahlah rasanya malas juga mau bertanya macam-macam lewat saluran telpon dengan abangku yang perangainya tak seramah dulu.Ponselku msih belum kuambil ditempat service karena rusak saat jatuh tempo hari, padahal didalamnya ada bukti kuat perselingkuhan kak Inggit dan laki-laki bernama Denis yang katanya hanya teman itu."Loh ini kue pesanan siapa, Bu, kok masih di meja? biar Dina saja yang anta
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 28

Kami berbalik berniat untuk meninggalkan ruang rawat Kak Inggit tanpa menggubris perkataan Bu Arum yang meminta kami membawa kembali dua boks makanan yang kami bawa dari rumah tadi."Apa kalian tidak mendengar perkataanku, tadi. Nih bawa lagi makanan murahan ini, tak sudi kami memakan makanan murahan seperti ini!"Bu Arum beranjak dari duduknya lalu mengambil dua boks kue di paperbag yang ibu simpan diatas meja tadi lalu melemparkannya kebawah kaki kami.Kudengar ibu menghela nafas kasar kemudian berjongkok untuk memunguti kue-kue yang kini sudah tak ditempatnya lagi karena dilempar Bu Arum tadi.Aisyah membantu ibu membereskan makanan yang jatuh tercecer di lantai, sedangkan aku kembali berbalik menghampiri Bu Arum yang sudah kurang kurang ajar dengan tidak sopannya melempar makanan yang ibuku bawakan, setidaknya jika dia tidak menyukainya tidak perlu dilempar seperti itu, dia bisa membiarkannya atau memberikannya kepada orang yang membutuhkan ketimbang harus dilempar seperti itu mak
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 29

Brak ...Kubuka pintu ruang rawat kak Inggit, seketika mereka menoleh padaku.Kuambil sandal yang kulihat tergeletak di dekat sofa, lalu buk ....Ku lempar sebelah sandalku ke punggung gempal Bu Arum, wanita itu terkejut sampai berjingkat, matanya nyalang menatapku penuh kebencian. "Kamu itu apa tidak pernah diajari sopan santun oleh ibumu yang penyakitan itu, hah! Berani sekali kamu melemparkan sandal butut mu ini padaku, Dina!""Jangn membahas tentang sopan santun dengan saya jika kelakuan Anda saja tidak patut di contoh, Bu Arum! Ibu saya tak pernah mengajarkan anak-anaknya untuk kurang ajar terhadap orang lain, terlebih itu adalah orang tua. Berbeda dengan Anda yang melihat tingkah buruk anak saja hanya membiarkan tanpa mau menegurnya, bahkan malah mendukung perbuatan buruk yang dilakukannya!" Tunjukku penuh emosi."Dan kamu, Bang! Dimana hati nurani mu melihat ibu terluka karena dia, kamu hanya diam saja bahkan tak ada sedikitpun terlihat kekhawatiran dalam wajahmu!" Bentak ku k
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 30

Ya disana berdiri seorang lelaki dengan manik hitamnya menatap iba padaku, anak atasanku Pak Bimo. Entah sedang apa dia di rumah sakit ini, kenapa bisa kebetulan pas aku terkena musibah dia selalu datang bak seorang pahlawan, seperti saat ini dia menghampiriku lalu membantuku untuk berdiri, sebetulnya aku sangatlah malu tapi apa boleh buat biarlah sudah terlanjur basah diguyur aja sekalian.Kupakai sebelah sandalku yang dari tadi kutenteng, lalu bergegas menuju ruangan ibu dirawat tadi. "Assalamualaikum, Bu, Aish."Keduanya menoleh menatapku penuh tanya."Wa'alaikumussalam, darimana saja, Nduk kok lama sekali? ibu sudah mau pulang, tidak betah rasanya di rumah sakit terus.""Kok mau pulang, Bu? kan Ibu baru saja di operasi istirahat dulu saja di sini barang sehari atau dua hari, biar ibu bisa lebih terpantau.""Oalah operasi apa to, Nduk. Wong cuma luka kecil saja, istirahat di rumah malah bisa lebih cepat sembuhnya, kalau disini ibu tidak betah bau obat-obatan." Keluh ibu beralasan.
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status