Semua Bab TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN: Bab 41 - Bab 50

83 Bab

41. ADA YANG MENEMANI DALAM PERJALANAN

Setelah puas menangis, Virgolin dan Airin mencari tempat duduk yang aman dibawah pohon yang tidak terlalu besar."Bagaimana ceritanya, kamu bisa ada di hutan ini?!" tanya Airin masih diselimuti kebingungan. "Ceritanya panjang," jawab Virgolin serak. "Aku tersesat dikejar tiga orang gila.""Dikejar orang?!" tanya Airin was-was melihat ke sekitarnya yang gelap."Mereka sudah pergi!" Airin bernapas lega. "Aku lebih takut bertemu manusia dibanding bertemu dengan binatang. Manusia lebih buas daripada binatang."Virgolin menghapus sisa-sisa air mata yang yang masih menggenang di kelopak mata. "Lalu kamu sendiri, kenapa ada di sini?!" "Ceritanya panjang," jawab Airin setelah menghela napas, wajahnya menyiratkan kesedihan. "Kenapa?!" tanya Virgolin. "Aku difitnah, diusir dari rumahku sendiri." jawab Airin sedih. "Sekarang aku tidak punya tempat tinggal lagi.""Difitnah?!" Airin mengangguk. "Fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Temanku sendiri tega fitnah aku dengan menyebarkan cerita aku
Baca selengkapnya

42. PENCARIAN TABIB CANTIK

Walau kesadaran Airin belum sempurna, tapi tangannya refleks menarik tangan kanan Virgolin agar cepat bersembunyi di balik pohon."Ssstttt!" Airin menempelkan jari telunjuknya di bibir.Terlihat seorang pria dewasa ke luar dari rimbunnya ilalang dengan tangan membawa beberapa ekor ayam hutan.Airin dan Virgolin bernapas lega, ternyata orang tersebut hanya numpang lewat. Setelah orang itu pergi menjauh, keduanya ke luar lagi dari tempat persembunyian. "Aku ingin mandi," ucap Virgolin. "Tubuhku kotor dan lengket.""Kita cari sungai. Kalau tidak salah, ke arah sana ada sungai kecil," tunjuk Airin ke sebelah kiri. Setelah mengambil bawaannya masing-masing, Virgolin dan Airin pergi mencari sungai untuk membersihkan diri setelah semalaman berpetualang di antara rimbunnya pohon bambu dan beceknya tanah sisa-sisa air hujan.Samar-samar terdengar suara gemericik air dari kejauhan. Virgolin dan Airin semakin mempercepat langkahnya berharap cepat sampai ke sungai. "Wow! Indah banget!" seru Vi
Baca selengkapnya

43. PEDANG YANG BICARA

"Ambil saja!" Pisceso bangun dari duduk. "Te-terima kasih tuan. Terima kasih banyak!" Pemilik warung tak hentinya mengucapkan terima kasih.Si Codet mencari akal untuk menghalangi Pisceso pergi, di ambilnya golok besar yang ada di atas meja. "Kau tidak sekalian membayar makananku?!" tanyanya tegas sambil memperlihatkan golok besarnya."Bukan kewajibanku membayar makananmu, tapi kalau kau memang kelaparan dan tidak punya uang serta minta dengan cara baik-baik, dengan senang hati akan ku bayar makanan mu.""Kurang ajar! Kau menghinaku!" bentak si Codet tersinggung. "Siapa bilang aku tidak punya uang, hah?!""Lho, bukannya tadi minta makanan mu dibayar, berarti kau tidak punya uang," Pisceso masih menjawab dengan kepala dingin. "Kurang ajar kau!" Si Codet mengayunkan goloknya ke tubuh Pisceso, tapi dengan gerakkan manis Pisceso bisa menghindar sehingga semakin menyulut emosi si Codet."Rupanya ini orang mencari masalah, lihat saja apa yang akan aku lakukan," bisik hati kecil Pisceso.
Baca selengkapnya

44. DIKEJAR ORANG GILA

Tak jauh berbeda dengan Virgolin, Kamal pun tertegun melihat wanita yang kemarin dikejarnya bersama Ableh dan Jabrig sekarang malah berada di rumahnya bersama dengan kakaknya, Sima. Airin hampir saja menumpahkan wadah air yang ada di tangannya begitu melihat Kamal. "Astaga, bukankah ini laki-laki yang hampir saja membuat Virgolin celaka? Kenapa dia ada di sini?!" gumamnya bertanya-tanya sendiri. Kamal tersadar dari raa terkejutnya langsung berpura-pura menanyakan keadaan Sima. "Kenapa kakimu?!""Tadi terpeleset di jalan. Untung ada dua wanita ini yang menolongku," jawab Sima."Ini airnya," Airin menaruh wadah berisi air di samping kaki Sima yang bengkak. "Bantu aku membersihkan tanah yang menempel di kakinya," pinta Virgolin pada Airin. Tak ada yang bersuara lagi, Virgolin dan Airin fokus dengan apa yang sedang dikerjakannya sedangkan Kamal hanya berdiri mematung sibuk dengan pikirannya."Kakimu terkilir," ucap Virgolin. "Cari orang yang bisa menyembuhkan patah tulang."Sima merin
Baca selengkapnya

45. AKHIRNYA, KAMU KU TEMUKAN

"Sialan, kenapa aku harus bertemu dengan orang seperti ini?!" gerutu Virgolin. "Lebih baik kita cepat bertindak sebelum ada orang datang," ucap si Kamal menatap mesum pada Virgolin. "Aku sudah tidak tahan melihat kulitnya yang putih mulus itu!"Melihat pergerakan dari kedua pria jahat yang ada di depannya, Virgolin segera ambil ancang-ancang untuk berlari. "Ya Tuhan, tolong aku."Dengan sisa-sisa tenaga yang masih ada, Virgolin berusaha lari menjauhi Kamal dan Jabrig. "Wanita itu kabur!" "Cepat! Cepat kejar!" seru si Jabrig. Drama kejar-kejaran pun dimulai lagi. Virgolin pontang panting berlari sekuat tenaga menghindari dua orang yang otaknya telah terbalut mesum melihat kecantikan tubuhnya. Bluuugh!Sial sungguh sial. Virgolin jatuh. Kakinya terantuk akar pohon yang melintang timbul di atas tanah. Tubuhnya telungkup menghadap tanah lembab. Tawa berderai ke luar dari bibir Jabrig dan Kamal melihat Virgolin tak berdaya di atas tanah. "Sudah ku bilang, jangan kau sia-siakan tena
Baca selengkapnya

46. PUTRA MAHKOTA BERTEMU DENGAN PIMPINAN TOPENG PERAK

"Ada apa?!" tanya Pisceso melihat Virgolin nampak tercengang. "I-itu," tunjuk Virgolin pada ular yang di dekat Airin. "U-ular," ucapnya gagap."Hah, ular?!" Airin langsung melihat ke samping. Seekor ular mendesis melihat tajam ke arahnya dengan tubuh tanpa kaki seakan mau meloncat. Sreet!Pisceso secepat kilat menarik pedang panjang kesayangannya dan menebas kepala ular sampai terpisah dari tubuhnya. Virgolin berdiri terpaku menatap ular yang tidak ada kepala dalam hitungan detik. Begitu cepat gerakkan Pisceso sampai tidak bisa melihat ular sudah tidak punya kepala."Jangan takut, ularnya sudah mati," ucap Pisceso santai seakan tidak terjadi apa-apa. "Kau menebasnya?!" "Harus ditebas sebelum ular itu menyerang temanmu," jawab Pisceso. "Kau mau temanmu yang mati dipatuk ular berbisa?!"Airin juga kaget dengan gerakkan Pisceso yang begitu cepat menebas kepala ular. "Luar biasa, gerakannya cepat sekali.""Ayo cepat, kamu harus membersihkan tanganmu itu," ucap Pisceso membuyarkan ke
Baca selengkapnya

47. HEBATNYA PUTRA MAHKOTA VORESHAM

Roxy tak kalah waspada dari Pisceso. Reputasinya dipertaruhkan, balas dendam atas kematian saudaranya yang mati diujung pedang Pisceso benar-benar harus dibalas tuntas sampai titik penghabisan. Virgolin dan Airin saling berpegangan erat. Jantung keduanya berpacu bak kereta api ekspres yang sedang meluncur menjelajahi rel, berdetak bergemuruh seakan mau ke luar dari tempatnya.Bul menyenggol lengan si Jul. "Kita taruhan siapa yang bakalan menang. Pemimpin kita atau si Pangeran Pisceso itu?!""Mereka sepertinya seimbang. Pemimpin kita jago dalam bermain pedang, tapi Pangeran Pisceso juga tak kalah mahir dalam mengayunkan pedangnya bahkan namanya terkenal karena keahliannya dalam bermain pedang.""Betul juga apa yang kau bilang. Kali ini pemimpin kita mendapat lawan yang seimbang," Bul setuju dengan penilaian Jul."Menang atau kalah, kita jangan lepaskan wanita cantik itu!" tunjuk Jul pada Virgolin dengan kedua matanya.Bul memukul kepala Jul. "Otakmu isinya perempuan saja. Pemimpin ki
Baca selengkapnya

48. SAPUTANGAN MENGALIHKAN RASA SAKIT

Mendapat kelengahan dari Putra Mahkota Pisceso karena terbuai dengan senyum manis Tabib Virgolin, Roxy tak membuang kesempatan. Secepat kilat tubuhnya meloncat ke rimbunnya ilalang dan menghilang raib dalam sekejap.Bul dan Jul melakukan hal yang sama. Berlari pontang panting masuk ke dalam rimbunnya ilalang mengikuti pemimpinnya."Mereka kabur!" teriak Virgolin kencang. "Cepat! Cepat kejar!"Tatapan Pisceso begitu tajam melihat ke arah rimbunnya ilalang, tapi ketiga orang tersebut sudah tidak terlihat lagi. "Mereka sudah pergi jauh!" Airin ikut bersuara. "Percuma dikejar juga. Mereka takkan terkejar."Apa yang dikatakan Airin benar, Pisceso juga tidak mungkin meninggalkan Virgolin demi mengejar Roxy dan kedua anak buahnya itu. Virgolin merasa lega, nyawanya tidak terancam lagi. Bergegas mendekati Pisceso untuk melihat tangannya yang terluka.Pisceso meringis, tangannya terasa perih bahkan pedang yang sedang dipegangnya jatuh."Tanganmu harus segera diobati!" Virgolin meraih tangan
Baca selengkapnya

49. IKUTI APA KATAKU

"Takdir yang membawaku ke tempatmu," jawab Pisceso. "Aku sudah lupa.""Bagaimana mungkin kau bisa lupa!" Virgolin tak percaya."Lebih baik hanya aku saja yang mengetahui tentang duniamu," ucap Pisceso pelan, semakin sedikit orang yang tahu, semakin aman kamu tinggal di dunia ini."Virgolin menghela napas, mengerti dengan apa maksud ucapan Pisceso. "Ok, baiklah!"Pisceso bangun dari duduk. "Lebih baik kita segera pulang ke istana sebelum hari berganti gelap.""Aku tidak mau pulang ke istana! Aku akan melanjutkan lagi perjalanan ku ke pintu cahaya langit bersama Airin!""Pergi ke sana sangat berbahaya jika kita hanya bertiga saja. Apa kamu lupa dengan kejadian barusan?" tanya Pisceso mencoba untuk memberi pengertian. "Iya betul tabib, saya setuju dengan pendapat Putra Mahkota Pisceso. Jika kita hanya bertiga saja pergi ke sana, itu akan sangat berbahaya. Apalagi putra mahkota tangannya terluka. Siapa yang akan melindungi kita kalau terjadi sesuatu seperti tadi?! Bertemu dengan orang-
Baca selengkapnya

50. APA TETAP INGIN PULANG KE DUNIAMU?

Putra Mahkota Pisceso berhenti dari langkahnya ketika melihat rombongan prajurit melintas tak jauh darinya."Pisceso, lihat!" tunjuk Virgolin. "Bukankah itu prajurit Voresham?""Mereka mau ke mana?!" tanya Airin. "Apa ada masalah di istana?!" duga Virgolin. Pisceso nampak berpikir lalu melihat pada Virgolin. "Kita harus segera sampai di istana! Sepertinya istana sedang ada masalah.""Masalah? Masalah apa?!" tanya Virgolin. "Entahlah!" Pisceso kemudian naik ke atas punggung kudanya, si Pigo. "Airin, lindungi tabib agung!" Setelah itu Pisceso memacu kudanya menuju ke arah rombongan prajurit yang telah pergi jauh.Hiaaat! Hiaat!Virgolin dan Airin hanya bisa berdiri menatap Pisceso yang semakin pergi menjauh tanpa sempat bertanya."Kita duduk di sana!" tunjuk Airin pada pohon rindang. Keduanya berteduh di bawah rindang pohon, duduk meluruskan kaki di atas rumput menunggu Putra Mahkota kembali lagi. "Virgolin. Dugaanku ternyata benar," ucap Airin mengawali percakapan."Dugaan apa?!"
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status