Home / Rumah Tangga / Setelah Kau Mendua / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Setelah Kau Mendua: Chapter 81 - Chapter 90

121 Chapters

Omong Kosong

Pandangan mata Aira beralih ke ponsel. [Jangan takut, Mbak. Ini kemauanku sendiri bukan disuruh Mama. Aku janji nggak akan memberi tahu tempat tinggal Mbak Aira. Aku hanya ingin ngobrol-ngobrol.]Aira menghela nafas panjang membaca pesan dari Dwita.[Ok. Nanti pas libur ya?] Aira membalas pesan itu.Tak butuh waktu lama, Dwita langsung membalas pesan Aira.[Terima kasih, Mbak.]Aira pun meletakkan ponselnya di meja lagi.Vani yang dari tadi memperhatikan Aira, tidak berani bertanya. Padahal banyak pertanyaan yang ada di kepalanya. Ia ingin menghargai privasi Aira.Aira melanjutkan pekerjaannya, walaupun pikirannya menerawang kemana-mana. Tapi ia tetap berusaha untuk berkonsentrasi mengerjakan semuanya. Ia sedih karena hubungannya dengan Dwita sudah membaik, tapi malah hubungan perkawinannya dengan Alan sudah bubar. Aira hanya berharap semoga hubungannya dengan Dwita tetap baik. Apalagi ada Kenzo yang merupakan keponakan Dwita. Dwita juga terlihat sayang dengan Kenzo. Vani masih saj
last updateLast Updated : 2024-05-11
Read more

Sudahi Permainanmu

“Betul katamu itu Malvin, tidak ada cinta sejati antara laki-laki beristri dan perempuan bersuami.” Terdengar suara seseorang yang tiba-tiba datang di hadapan mereka.Malvin dan Gita kaget melihat siapa yang datang.“Mas Bara?” Suara Malvin terdengar bergetar karena kaget. Orang yang dari tadi ia bicarakan sekarang berada di hadapannya.“Halo Gita! Aku sudah mendengar semua pembicaraan kalian.”Malvin dan Gita semakin gugup saja. “Kamu tahu Malvin, kenapa Gita sampai sekarang belum menikah?” tanya Bara.“Terlalu pilih-pilih laki-laki, Mas.” Malvin menjawab pertanyaan Bara.“Salah, bukan itu sebabnya. Gita itu pacaran dengan suami orang. Makanya ia tidak menikah. Dan Firda ikut-ikutan Gita, berpacaran dengan suami orang.” Wajah Bara tampak sinis memandang Gita.“Nggak mungkin Gita mau mengingatkan Firda, kelakuannya sama kok. Kamu masih berhubungan dengan Derry kan? Sadarlah, Gita, Derry itu punya istri dan dua anak. Apa kamu nggak kasihan melihat anak istri Derry?” Bara menceramahi G
last updateLast Updated : 2024-05-12
Read more

Takdir Allah

Sebenarnya Dwita tidak berhak membuka amplop besar yang ada di atas bakas itu. Tapi rasa penasaran membuatnya ragu antara membukanya atau mengacuhkannya. Apalagi ketika ia melihat tulisan di atas amplop itu tertera pengadilan agama.“Kenzo lelap kan tidurnya,” kata Aira yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar.“I-iya, lelap sekali. Ternyata ia sudah besar ya?” sahut Dwita dengan gugup, tapi ia berusaha untuk menutupi kegugupannya.“Ayo kita ngobrol di ruang tamu saja,” ajak Aira.“Oke, Mbak.” Dwita mengikuti langkah kaki Aira keluar dari kamar dan menuju ke ruang tamu.“Kamu pamit apa sama Mama?” tanya Aira sambil mencomot martabak yang tadi dibawa Dwita.“Pamit ke rumah teman, tapi Papa tahu aku pergi kesini. Ini ada titipan untuk Kenzo dari Papa.” Dwita membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah amplop putih dari dalam tas.“Apa ini?” tanya Aira ketika menerima amplop itu.“Kayaknya uang sih, Mbak. Kata Papa untuk Kenzo dan Mbak Aira.”Mata Aira berkaca-kaca, ia sangat terharu dengan perhat
last updateLast Updated : 2024-05-13
Read more

Menolak Tua

Bara beranjak dari duduknya dan menyambut yang datang.“Papa dengan siapa kesini?” tanya Bara sambil menyalami papanya, Ardi Nugraha.“Sama Hilman, ia ada diluar.” Papanya Bara mendekati sang besan dan bersalaman dengannya. Hilman adalah asisten yang juga merangkap orang kepercayaan Ardi.“Bagaimana kondisinya Pak Hendra?” tanya Ardi.“Seperti inilah, sudah mulai membaik,” sahut Hendrawan dengan pelan.“Waktu Bara memberi kabar ini, saya sedang di luar negeri. Jadi baru sekarang saya sempat menjenguk kesini.” Ardi memberikan penjelasannya.“Nggak apa-apa, ini juga sudah mau sembuh kok.”“Nggak usah banyak pikiran, Pak. Kita ini sudah tua, biarkan yang muda-muda saja yang menyelesaikan semua pekerjaan. Kita hanya perlu memantaunya saja. Seperti saya, semua pekerjaan saya serahkan dengan Bintang dan Bara, sesekali saya mengeceknya,” kata Ardi.Bintang adalah kakak pertama Bara. Mereka tiga bersaudara, Bintang, Bara dan Kinanti. Kinanti masih kuliah, Bintang dan Bara masing-masing memega
last updateLast Updated : 2024-05-14
Read more

Teman Sefrekuensi

Dwita segera membuka tasnya, karena itu adalah suara dering ponselnya.“Halo, Ma,” sapa Dwita.“Kamu dimana?” tanya sang mama.“Lagi di mall.”“Sama siapa?”“Teman. Ada apa, Ma?” Dwita penasaran.“Kamu tahu nggak kalau Alan sudah resmi bercerai dengan perempuan tidak tahu diri itu. Tadi waktu Mama masuk ke kamar Alan, Mama melihat surat perceraian mereka. Yang Mama heran, kenapa Alan nggak cerita sama Mama ya? Alan cerita sama kamu nggak? Tapi entah kenapa Mama merasa sangat senang…” Dewi nyerocos tanpa memberi kesempatan Dwita untuk berbicara.“Ma, aku sudah tahu. Sudah ya, aku mau jalan lagi, nih.” Dwita langsung menutup panggilan itu. Wajahnya tampak sangat kesal. Ia kesal dengan Dewi, karena selalu membenci Aira dan sering menyebutnya dengan kata-kata yang tidak pantas untuk diucapkan.Aira ikut mendengarkan Dwita berbicara dengan seseorang di telepon. Tapi ia yakin kalau yang menelpon Dwita tadi itu mamanya. Soalnya Aira mendengar Dwita menyebut mamanya. Hati Aira berdenyut nyeri
last updateLast Updated : 2024-05-16
Read more

Pengecut

Tok! Tok! Pintu kamar Dwita diketuk dari luar.“Boleh aku masuk?” tanya Alan dari balik pintu.“Boleh.” Dwita menjawab dengan singkat.Alan masuk ke dalam kamar Dwita, kemudian duduk di tepi tempat tidur.“Pasti Mas Alan mau nanyain tentang Mbak Aira,” cetus Dwita.Alan hanya tersenyum.“Apa yang mau Mas Alan tanyakan?” Dwita langsung to the point.“Aku penasaran, kok kamu bisa pergi sama Aira? Bukankah selama ini hubungan kalian kurang baik?”“Manusia itu bisa berubah, Mas. Aku bisa berubah menjadi baik. Dulu memang kurang baik, sekarang sudah baik dan dekat. Beda dengan Mas, dulu baik dengan Mbak Aira sekarang beda.”“Nggak usah menyindirku, kok bisa berubah? Sedangkan Mama dan Trisa masih kayak dulu.” Alan semakin penasaran.“Setelah apa yang aku alami, aku banyak merenung dan berpikir. Ujianku belum sebesar Mbak Aira, tapi aku sudah merasa paling menderita. Aku tidak bisa membayangkan seandainya aku ada di posisi Mbak Aira. Akhirnya aku putuskan untuk minta maaf sama Mbak Aira ata
last updateLast Updated : 2024-05-17
Read more

Menyerah

Firda masih tersenyum seperti orang yang sedang jatuh cinta. Ketika ia secara refleks melihat ke belakang, ia sangat terkejut dengan sosok seseorang yang tidak jauh dengannya.“Sudah ya? Ada yang mengawasiku,” bisik Firda sambil mengakhiri pembicaraan.Firda menjadi salah tingkah, ia pun berusaha untuk menguasai keadannya.“Baru datang ya? Sama siapa?” tanya Firda dengan gugup.“Sudah dari tadi, sampai aku bisa mendengarkan semua pembicaraanmu,” sahut Malvin dengan ketus. Ia masih syok dengan apa yang ia dengar dari tadi. Ia tidak menyangka jika kakaknya itu sudah melakukan hal-hal yang diluar kenormalan.“Pantas saja kalau Papa sampai syok melihat kelakuan Mbak Firda. Aku saja jijik mendengarnya, benar-benar memalukan!” lanjut Malvin.“Kamu nggak usah ikut campur urusanku!” Firda menjawab dengan ketus.“Aku tidak mencampuri urusanmu. Tapi kalau sudah berhubungan dengan Papa, berarti aku perlu ikut campur! Coba pikirkan, Mbak, bagaimana dampaknya ke perusahaan Papa. Jangan hanya memik
last updateLast Updated : 2024-05-18
Read more

Mokondo

Ceklek! Pintu ruangan terbuka. Seorang dokter dan dua orang perawat masuk ke ruangan.“Selamat siang, Pak Hendrawan. Bagaimana kondisinya?” tanya dokter itu.“Saya sudah sehat, Dok. Kapan saya bisa pulang?” sahut Hendrawan.Dokter yang sedang memeriksa kondisi Hendrawan, tersenyum mendengar ucapan Hendrawan. Dengan telaten dokter itu memeriksa secara detail.“Semangat sehat ya, Pak? Sepertinya kondisi Bapak sudah stabil. Apakah Bapak memang sudah ingin pulang?”“Tentu saja, Dok! Sudah bosan di rumah sakit.”“Haha, saya juga sudah tidak mau bertemu dengan Bapak di ruang perawatan ini. Saya harap nanti kita bertemu di luar sana dan Bapak dalam keadaan sehat.” Dokter tersenyum.“Baiklah, Bapak bisa pulang hari ini, tapi tetap harus menjaga makanan dan pikiran Bapak. Jangan terlalu banyak memikirkan yang berat-berat. Nanti konsultasikan kesehatan dengan dokter Ilham. Silahkan urus administrasi dan ambil obat di apotik.” Perawat memberikan sebuah buku kecil pada dokter. Dokter menuliskan
last updateLast Updated : 2024-05-19
Read more

Harus Kuat

Drtt…drtt..suara ponsel berdering. Vani dan Aira saling berpandangan.“Ponselku yang bunyi,” kata Aira sambil tersenyum, kemudian ia mengambil ponsel yang masih berada di dalam tasnya.Aira kaget melihat nama yang tertera di ponselnya. Dengan ragu-ragu, ia menerima panggilan itu.“Assalamualaikum.” Aira menyapa sang penelepon.“Waalaikumsalam, Aira. Apa kabar?”“Alhamdulillah, kabar baik, Mas. Mas sendiri gimana kabarnya?”“Kabar baik juga. Bagaimana Kenzo, sehat kan?”“Kenzo sehat, Alhamdulillah.”“Syukurlah kalau begitu. Begini, Aira, boleh aku minta nomor rekening mu?”“Untuk apa, Mas?” Aira mengernyitkan dahinya.“Aku ada sedikit rezeki untuk Kenzo. Nggak banyak, sih.”“Apa Mbak Amel tahu?” tanya Aira lagi, terdengar nada kekhawatiran dari suara Aira.“Kamu nggak usah mikirin itu. Semua itu urusanku dengan Amel. Kirim sekarang ya, aku tunggu.” Fariz langsung mengakhiri pembicaraan.Tanpa pikir panjang Aira langsung mengirimkan nomor rekeningnya.“Siapa Mbak?” tanya Vani.“Mas Fari
last updateLast Updated : 2024-05-20
Read more

Bangkai Pasti Tercium

Drtt…drtt… Ponsel Gita berdering, ia melihat ke layar ponsel itu. Wajahnya menjadi berbinar melihat nama yang tertera di layar ponsel.“Halo Mas,” sapa Gita dengan suara manjanya.“Dimana sekarang?” Gita heran dengan suara Derry yang terdengar datar dan kaku.“Makan diluar bersama Firda.”“Bisa pulang sekarang?”“Sebentar lagi ya, Mas. Menyelesaikan makan dulu. Kenapa? Sudah kangen ya? Sama, aku juga sudah sangat kangen.” Gita berkata dengan suara yang mendesah, mencoba menggoda Derry.Firda hanya tersenyum melihat Gita yang seperti ABG sedang jatuh cinta. “Iya, buruan pulang ya?” lanjut Derry.“Oke, Mas.” Derry langsung mengakhiri pembicaraan.“Aneh,” kata Gita dengan agak kesal, wajahnya terlihat cemberut.“Kenapa?” tanya Firda.“Suara Mas Derry kok aneh, tidak seperti biasanya. Datar dan kaku, nggak ada mesra-mesranya. Atau hanya perasaanku saja, ya?” “Siapa tahu ia bicara seperti itu karena disuruh istrinya. Mungkin saja istrinya sudah tahu tentang hubungan kalian. Makanya ia
last updateLast Updated : 2024-05-21
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status