Semua Bab Ternyata Aku Orang Ketiga di Pernikahan Suamiku: Bab 391 - Bab 400

466 Bab

Malaikat Tak Bersayap

“Kayaknya untuk saat ini belum bisa, Lun. Aku masih ada kerjaan di sini. Lain waktu saja,” jawab Emran.Luna menganggukkan kepala sambil tersenyum ke arah Widuri. Entah mengapa Luna melihat Widuri hanya terdiam sedari tadi. Luna memang tidak tahu apa yang pernah terjadi di antara Widuri, Emran dan Mawar.Setelah beberapa saat, Widuri dan Emran berpamitan undur diri. Mereka sudah janji akan mengajak Alif dan Alisha jalan-jalan. Kebetulan kedatangan mereka ke kota tersebut juga untuk liburan. Sepanjang perjalanan Widuri hanya diam dan terlihat melamun menatap lalu lintas di luar sana.“Sayang … kamu kenapa? Kok diam saja dari tadi?” tanya Emran penasaran.Widuri tersenyum sambil menggelengkan kepala. Kemudian menoleh ke arah Emran.“Apa kamu tidak ingin ke makam Mawar, Mas?”Emran terdiam tidak menjawab hanya jakunnya naik turun menelan saliva. Setiap saat pembahasan Mawar membuat suasana dingin.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-10
Baca selengkapnya

Melawan Takut

“Kamu sudah siap?” tanya Nina.Hari ini saatnya Ivan pindah ke rumah sakit kanker yang sudah dirujuk. Ivan hanya diam sambil menganggukkan kepala menatap Nina dengan sendu.“Iya, sudah siap, Bu.”Nina mengulum senyum sambil menggelengkan kepala. Dari awal bertemu Ivan, Nina sudah tahu jika Ivan suka bergurau dan selalu tak pernah serius.“Ya udah, kita berangkat, ya!!”Ivan tersenyum lagi sambil mengangguk. Kemudian Nina sudah mendorong kursi roda yang diduduki Ivan. Sebenarnya Ivan sudah lebih baik dari pada beberapa hari yang lalu. Bahkan kali ini mereka berencana menggunakan pesawat untuk tiba di rumah sakit yang dituju.“Van, Nin!! Udah beres semua?” Tiba-tiba Luna muncul dari balik pintu.Nina tersenyum sambil mengangguk. “Iya, Lun.”Luna menghela napas sambil menatap Ivan dengan sendu. Ivan langsung cemberut saat melihat tatapan Luna.“Ngapain kamu s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-11
Baca selengkapnya

New Sister

“LANI!!” seru Tante Karin.Lani terdiam, mengatupkan rapat bibirnya dan menoleh ke Tante Karin. Luna hanya diam dan berangsur duduk di tempatnya. Fabian terdiam, kini tampak mengelus lembut tangan Luna.“Jangan panggil dia seperti itu!! Dia … dia juga adikmu,” lanjut Tante Karin.Seketika Lani terperangah kaget. Matanya membola dengan mulut terbuka.“Jadi Mama sudah menerimanya sekarang? Mama lupa apa yang dilakukan oleh ibunya?” Lani meninggikan suaranya sambil menunjuk ke arah Luna.“Ibunya … ibunya sudah merebut Papaku, Ma. Aku … aku kehilangan kasih sayang Papa saat aku masih membutuhkannya. Aku kehilangan sosoknya, Ma. Dan itu semua karena ulah ibunya.”Tante Karin tidak menjawab, tapi kepalanya sudah mengangguk mengiyakan semua perkataan Lani. Lani terdiam, matanya berkabut menatap tajam ke arah Tante Karin.“Iya … Mama tahu, Lani. Mama tahu. Itu s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-12
Baca selengkapnya

It's Our Honeymoon

“Fabian … ,” desis Luna.Fabian mengulum senyum sambil menggelengkan kepala melihat ekspresi Luna.“Kita sudah sampai. Aku sengaja ngebut karena tinggal beberapa meter saja tadi. Memangnya kamu pikir aku akan ngebut terus dan mencelakakan orang kesayanganku, begitu?”Luna tersenyum sambil menggelengkan kepala.“Ayo, buruan turun!! Katanya aku suruh nengokin si Kembar.”Luna memelotot saat mendengar ucapan Fabian. Fabian langsung tersenyum melihat ekspresi Luna.“Apa mau aku gendong sampai kamar?” Fabian kembali menambahkan kalimatnya.“Enggak. Aku bisa jalan sendiri. Malu, Fabian.”Luna buru-buru turun dari mobil. Wajahnya sudah bersemu merah akibat ucapan Fabian tadi. Beberapa hari ini dia memang tidak sempat menikmati kebersamaannya dengan Fabian. Mereka berdua disibukkan dengan kondisi Ivan saat itu. Jadi apa salahnya malam ini mereka nikmati dengan penuh kem
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-13
Baca selengkapnya

Jangan Pergi, Ivan!!

“IVAN!! BANGUN!! BANGUN, IVAN!!!” seru Nina.Namun, tubuh pria tampan itu tetap diam tak bergerak. Nina tidak putus asa. Dia memukul dada Ivan berulang kali, tapi sama sekali tidak ada perubahan. Nina menangis, tubuhnya merosot ke lantai. Bersamaan kedatangan suster dan dokter ke ruangan itu.Suster dan dokter tampak sibuk mencoba membantu Ivan. Sementara Nina hanya diam membisu menatap kosong ke arah Ivan. Dia menyesal tertidur lebih dulu semalam. Nina tidak menyadari kalau semalam adalah saat terakhir Ivan dengannya. Padahal ucapan Ivan dan tingkah lakunya seakan memberi isyarat padanya.Untaian air mata mengalir deras dari sudut mata Nina saat dokter dan para perawat di depannya menggeleng dengan lesu. Kemudian salah satu dari mereka menarik selimut Ivan menutup seluruh tubuhnya.Seketika tubuh Nina lemas bagai tak bertulang. Semua harapan hidupnya berangsur sirna hanya bayangan gelap yang memenuhi otak dan pandangannya. Kebahagiaan seakan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-14
Baca selengkapnya

Tolong, Jangan Ada Duka!!!

“Bagaimana kandungannya, Dok?” tanya Fabian.Hari ini Luna dan Fabian baru saja tiba di kota tempat tinggalnya. Sengaja Luna dan Fabian langsung memeriksakan kandungannya. Gara-gara sibuk mengurusi Ivan, mereka hampir melupakan kesehatan kandungan Luna.Dokter wanita paruh baya itu mengulum senyum sambil melihat Luna dan Fabian bergantian. Kalau tidak salah usia kandungan Luna sudah masuk trimester kedua.“Keduanya terlihat sehat dan berkembang sesuai usianya. Lalu sepertinya kalian akan mempunyai dua orang putri yang cantik.”Fabian dan Luna langsung terperangah kaget. Mereka tidak menduga akan mengetahui dengan cepat jenis kelamin buah hatinya.“Beneran, Dok?” tanya Fabian.Dokter wanita paruh baya itu tersenyum kemudian sudah menunjuk monitor.“Itu alat genitalnya!!”Fabian dan Luna langsung terdiam dan tertegun memperhatikan layar monitor.“Semoga saja selalu seha
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-15
Baca selengkapnya

Ibunya Atau Anaknya?

“Dok, tolong istri saya!!!” seru Fabian.Ia berlari masuk ke IGD sambil menggendong Luna. Ada darah yang terus mengalir di kaki Luna. Dua orang suster langsung menyambut Fabian dan membantunya.“Pak Fabian, letakkan Dokter Luna di sini!!” suster tersebut mengenal Fabian dan juga Luna.Usai melihat istrinya terjatuh di kamar mandi, Fabian langsung bergegas menggendong Luna dan membawanya ke rumah sakit. Untung saja hari masih pagi sehingga Fabian tidak terjebak macet dan tiba di rumah sakit dengan cepat.Dokter Risna langsung menghampiri Luna dan memeriksanya. Luna hanya diam sambil terus meringis kesakitan.“Apa yang terjadi? Apa dia jatuh?” tanya Dokter Risna.Fabian mengangguk dengan lesu. “Iya, Dok. Dia terpeleset di kamar mandi.”Dokter Risna menghela napas panjang. “Masih kurang dua minggu HPL-nya. Namun, kalau melihat kondisinya seperti ini. Mau, tidak mau kita harus melakuka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-16
Baca selengkapnya

Keajaiban Hari Ini

“Apa maksudnya ini, Dok?” tanya Widuri.Ia ikut kaget sekaligus shock saat mendengar kabar mengenai Luna. Fabian hanya diam, menunduk dan tidak bisa berkata sepatah pun.“Memang kita tidak bisa menyelamatkan ketiganya, Dok?” ganti Emran yang bersuara.Wanita paruh baya yang mengenakan baju serba putih itu menarik napas panjang.“Yang saya sampaikan kali ini berdasarkan medis, Tuan, Nyonya. Semoga saja ada keajaiban yang menolong Luna dan kedua putrinya. Namun, untuk mempercepat pertolongan terhadap mereka. Saya butuh keputusan Tuan Fabian kali ini.”Kini Emran, Widuri dan Dokter Risna menoleh ke arah Fabian. Fabian membisu, jakunnya naik turun sambil menelan saliva. Kemudian perlahan bibirnya terbuka.“Selamatkan … selamatkan ibunya saja, Dok!!” pungkas Fabian.Semua yang ada di dalam ruangan itu hanya terdiam. Emran dan Widuri tahu, ini pasti keputusan sulit untuk Fabian. Mau tid
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-17
Baca selengkapnya

Welcome Twin Babies

“Enggrr … .”Terdengar suara erangan Luna. Fabian yang tadinya duduk di sofa segera bangkit dan berjalan menghampiri Luna. Perlahan Luna membuka mata dan langsung tersenyum saat melihat Fabian sedang duduk di sebelahnya.“Fabian … ,” desis Luna.Fabian tersenyum, mendekatkan wajah dan mengecup lembut kening Luna.“Makasih, Babe. Kamu benar-benar memberi aku kado terindah. Terima kasih, Luna!!” Fabian mengatakannya dengan mata berkaca. Hampir seharian emosinya terkuras habis dan dia tidak bisa menutupinya sedikit pun.Luna tersenyum, menyentuh wajah Fabian dengan tangannya. Fabian langsung meraih tangan Luna dan mengecup berulang tangan Luna.“Mana putri kita? Aku boleh melihatnya?”Fabian mengangguk. “Tentu, nanti aku minta suster membawa ke sini.”Luna mengangguk sambil tersenyum. Tak lama dua orang suster datang sambil membawa dua putri kecil tersebut.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-18
Baca selengkapnya

Tak Mau Berulang

“Keadaan Ivan sudah berangsur membaik, Fabian, Luna,” ujar Bu Ana.Sontak Fabian dan Luna menghela napas lega. Bahkan Fabian sudah mengurut dadanya kali ini. Luna yang duduk di atas brankar hanya tersenyum mendengarnya.“Syukurlah, Ma. Aku senang mendengarnya. Itu artinya pengobatannya berhasil.”“Iya, Fabian. Sepertinya tepat keputusan Luna membawanya ke sana tempo hari.”Luna tersenyum sambil menganggukkan kepala.“Lalu, apa Ivan dan Nina masih berada di sana atau akan pulang, Ma?” Kini Luna yang bertanya.“Kata mereka sih menunggu hasil pemeriksaan terakhir. Jika sudah tidak ada yang dikhawatirkan, Ivan bisa pulang.”Luna dan Fabian kembali tersenyum mendengar berita bahagia ini. Padahal sebelumnya, mereka juga hampir putus asa saat melihat keadaan Ivan terakhir kali. Apalagi Ivan sempat drop di hari penikahannya. Beruntung Tuhan memberi mukjizat untuk kesembuhan Ivan.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-19
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
3839404142
...
47
DMCA.com Protection Status