All Chapters of Ternyata Aku Orang Ketiga di Pernikahan Suamiku: Chapter 381 - Chapter 390

466 Chapters

Andai Hanya Bahagia dalam Hidup Ini

“Iya, aku janji!!” ujar Luna.Kali ini dia terpaksa menuruti keinginan Ivan. Namun, Luna sudah memutar otak untuk memberitahu Nina tanpa ketahuan Ivan. Luna juga ingin mencari tahu mengenai penyakit kanker Ivan. Bukankah Ivan masih menjalani pengobatan di rumah sakit tempatnya bekerja.Keesokan harinya, Luna mendapat telepon dari rumah sakit. Ia baru saja terjaga dan sangat terkejut saat mendapat panggilan dari Dokter Fendi.“Ada apa, Dok? Apa ada perkembangan pada Fabian?” tanya Luna.Suaranya terlihat bergetar dan penuh rasa kekhawatiran.“Iya, Lun. Aku rasa kamu secepatnya ke rumah sakit sekarang.”Luna ingin bertanya lebih banyak, tapi Dokter Fendi sudah mengakhiri panggilannya. Luna tergesa berjalan keluar kamar. Ia melihat asisten rumah tangganya masih sibuk menyiapkan sarapan pagi. Ivan yang semalam menginap belum terlihat keberadaannya.“Bi, saya mau ke rumah sakit sekarang!! Tolong si
last updateLast Updated : 2024-09-30
Read more

Jangan Tinggalkan Aku Lagi

“Tuan Ivan Pramudya mengalami komplikasi lain, Luna. Selain kanker hati, kini ginjalnya tidak berfungsi dengan baik,” terang Dokter Anton.Luna terdiam, menelan saliva sambil menatap pria paruh baya di depannya ini.“Aku rasa kamu tahu jika penderita kanker pada akhirnya akan mengalami hal seperti ini. Sel kanker mereka berkembang ke organ tubuh yang lain.”Luna membisu, hanya kepalanya mengangguk. Setelah beberapa saat, dia membuka suara.“Bukannya tempo hari Dokter bilang kalau dia sudah baik-baik saja. Bahkan Ivan sudah tidak menjalani kemo lagi.”Dokter Anton terdiam dan menganggukkan kepala.“Maafkan saya, itu sebenarnya atas permintaan Tuan Ivan sendiri. Beliau yang meminta saya untuk berkata seperti itu saat kontrol bersama kekasihnya. Mungkin Tuan Ivan tidak mau melihat kekasihnya sedih, Luna.”Luna membisu, mengatupkan rapat bibirnya sambil termenung. Lagi-lagi Ivan selalu melak
last updateLast Updated : 2024-10-01
Read more

Harusnya Hari Bahagia

Hampir dua minggu berselang usai Fabian sadar dari komanya. Sehari setelahnya dia sudah mulai melakukan terapi berjalan dan setelah dua minggu berselang, Fabian sudah mulai terbiasa. Meskipun, dia tidak bisa berjalan cukup lama.“Gimana perkembangan Fabian, Dok?” tanya Luna.Usai melakukan terapi, Luna menghampiri Fabian dan Dokter Fendi.“Seperti yang kamu lihat, Lun. Fabian sudah bisa berjalan seperti sedia kala. Hanya saja, dia masih belum bisa menempuh jarak yang jauh. Nanti seiring berjalannya waktu pasti juga akan bisa,” jelas Dokter Fendi.Luna manggut-manggut mendengarnya.“Lusa, saya dan Luna mau melakukan perjalanan keluar kota, Dok. Apa tidak masalah?” Kini Fabian yang bertanya.“Tentu tidak masalah, tapi jangan memaksakan diri jika tubuhmu lelah. Kamu bukan robot, Fabian.”Fabian tersenyum dan begitu juga Luna. Tak lama setelah itu mereka sudah berpamitan pulang. Baru saja Fa
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

Senyuman di Atas Tangisan

“IVAN!!!” seru Nina.Ia langsung duduk bersimpuh dan menghampiri Ivan yang jatuh tergeletak tak sadarkan diri. Luna gegas bangkit dan menghampiri Ivan. Fabian dan yang lain ikut terkejut. Mereka ikut mendekat, tapi memberi ruang untuk Luna melakukan pemeriksaan.“Lun, Ivan kenapa?” tanya Nina.Luna tidak menjawab, dia sedang memeriksa denyut nadi Ivan. Kemudian Luna menoleh ke arah Nina.“Ivan pingsan. Dia mungkin kelelahan, Nin. Ambilkan minyak kayu putih dan pindahkan dia ke kamar saja.”Nina mengangguk kemudian tak lama Ivan sudah dipindahkan ke kamar. Luna masih berusaha membuatnya tersadar. Ada Nina, Fabian, Tante Ana, Tuan Thomas dan juga kedua orang tua Nina di sana.“Van, ayo, Van!! Ayo, sadar!!!” gumam Luna.Ia terus memberi minyak kayu putih di bagian kening, hidung bahkan pakaian Ivan sudah dilonggarkan dari sebelumnya. Luna sengaja membaringkan Ivan tanpa bantal agar membantu
last updateLast Updated : 2024-10-03
Read more

Aku Harus Bahagia

“Apa semua baik-baik saja? Ivan sudah bisa mengikuti prosesi lagi?” tanya Bu Ana.Wanita paruh baya itu langsung bertanya seperti itu saat melihat Nina berjalan keluar kamar. Belum sempat Nina menjawab, Ivan sudah menyahut di belakangnya.“Aku sudah gak papa kok, Te. Masa superman mau sakit terus,” seloroh Ivan.Bu Ana langsung tersenyum sambil menepuk bahu Ivan.“Ya sudah kalau kamu sudah baik-baik saja. Buruan keluar banyak tamu dan temanmu yang mencari.”Ivan manggut-manggut kemudian berjalan beriringan bersama Nina keluar menemui para tamu dan teman mereka.“WAH!! Ini pengantennya. Aku pikir bakal nyambung malam pertama,” goda Emran.Seketika Ivan tertawa disambung tawa para tamu yang lain.“Maunya begitu, tapi Nina gak mau.” Ivan malah nyeletuk dengan santai menanggapi godaan Emran.Ia kini berjalan menghampiri Emran dan Widuri. Ada Fabian dan Luna serta Da
last updateLast Updated : 2024-10-04
Read more

Aku Bukan Pria Sempurna

“Kamu gak mandi?” tanya Nina.Satu jam yang lalu acara baru saja berakhir. Nina memilih masuk kamar lebih dulu untuk membersihkan diri. Kini Ivan menyusul usai mengantar temannya pulang.Ivan tersenyum sambil melirik Nina yang duduk di depan meja rias. Nina sudah berganti baju dan hanya mengenakan bathrobe saja kali ini. Ivan berjalan mendekat kemudian langsung memeluk Nina dari belakang.Nina tersenyum sambil mengelus lembut tangan Ivan.“Tanganmu kok dingin, Van. Kamu baik-baik saja, kan?” Nina kembali bertanya. Ivan hanya tersenyum sambil mengangguk.“Iya, aku tadi dari luar mengantar Emran, Fabian dan yang lainnya.”Nina hanya mengangguk dan mengizinkan Ivan memeluknya lebih erat. Kini Ivan sudah meletakkan kepalanya di bahu Nina. Sesekali ia mengendus leher Nina.“Kamu wangi banget. Pakai sabun apa?”Nina hanya tersenyum sambil mengelus lembut tangan Ivan.“Ada d
last updateLast Updated : 2024-10-05
Read more

Bocil Pengrusak Suasana

“Oke, baik. Terserah kamu akan mulai kapan, aku akan stay di sini agak lama, kok,” ujar Emran.Pagi itu Emran terpaksa bangun untuk menerima panggilan telepon dari Ivan. Widuri yang berbaring di sebelahnya hanya terdiam sambil mengernyitkan alis menatap Emran.“Ya udah kalau gitu. Nanti aku kabari lagi, Emran,” ucap Ivan di seberang sana.Emran hanya manggut-manggut kemudian mengakhiri panggilannya. Ia meletakkan ponsel di nakas sambil melirik Widuri.“Siapa yang menelepon sepagi ini?” tanya Widuri.“Ivan.”Widuri tampak terkejut dengan tatapan mata penuh tanya. Emran hanya mengulum senyum melihat reaksi Widuri.“Kenapa ngelihatnya gitu, sih?”Widuri menghela napas panjang sambil menggelengkan kepala.“Gak, Mas. Semalam kan malam pernikahan Ivan, masa masih pagi bahkan belum subuh Ivan sudah meneleponmu.”Emran mengulum senyum sambil menggeser
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

Tolong, Ikhlaskan Aku

“Pingsan??!! Terus gimana sekarang?” tanya Emran.Ia terlihat panik kali ini. Padahal beberapa saat lalu Emran baru saja melakukan panggilan dengan Ivan. Kenapa sekarang mendapat kabar seperti ini?“Aku sudah di rumah sakit, Mas. Tadi habis menelepon dengan Mas Emran, dia ke kamar mandi. Aku pikir dia mau buang air, ternyata dia muntah darah lalu pingsan.”Emran terdiam membisu, lagi-lagi kenangannya menghadapi penderita kanker terlintas di benak Emran. Memang kebanyakan penderita kanker tidak bisa bertahan hidup lebih lama. Namun, entah mengapa Emran sangat berharap Ivan tidak seperti itu.“Oke, habis ini aku ke sana, Nin. Minta tolong kirim alamat rumah sakitnya, ya?”Emran mengakhiri panggilannya usai mendapat jawaban dari Nina. Tak lama Nina sudah mengirim alamat rumah sakit tempat Ivan dirawat.“Ada apa, Mas?” tanya Widuri.Ia sudah keluar dari kamar mandi sambil mengenakan bathrobe
last updateLast Updated : 2024-10-07
Read more

Hanya untuk Ivan

“Van, kok ngomong gitu, sih?” protes Nina.Ia sangat kesal saat Ivan berkata seperti itu. Ivan tidak menjawab hanya diam sambil menatap Nina dengan sendu.“DENGER!!! Kamu gak boleh mati. Kamu gak boleh pergi. Kita belum malam pertama, bahkan aku ingin punya anak darimu. Aku akan lakukan apa saja untuk membuatmu sembuh.”Ivan hanya diam menatap Nina dengan mata sayunya. Sebuah senyuman masam terukir sekilas di bibir Ivan.“Jangan bilang kalau kamu menyerah. Jangan bilang kalau kamu lelah. Karena aku, aku yang akan selalu menyemangatimu!! Kamu gak boleh putus asa selama ada aku.”Ivan tersenyum lagi sambil menggelengkan kepala.“Lalu bagaimana kalau Tuhan sudah memanggilku? Kamu tidak bisa mengubahnya, kan?”Nina terdiam sesaat, menghela napas sambil mengatur gemuruh di dadanya. Kemudian menatap Ivan dengan penuh cinta.“Aku akan berdoa setiap malam agar Tuhan menundanya. Bahk
last updateLast Updated : 2024-10-08
Read more

Semua Demi Ivan

“Rumah sakit? Tentang Ivan?” tanya Fabian.Mata sipit pria itu melebar perlahan seakan ikut bertanya ke Luna. Luna terdiam kemudian mengangguk.“Bukan rumah sakit Ivan, tapi rumah sakit temanku. Sebentar, aku jawab dulu.”Fabian menghela napas lega sambil mengurut dadanya. Sementara Luna sudah bangkit dari duduknya dan terlihat sibuk melakukan pembicaraan di sana. Fabian hanya diam memperhatikan. Luna terlihat serius. Kepalanya terus mengangguk dan hanya sesekali saja bersuara.Cukup lama Luna melakukan panggilan hingga akhirnya dia kembali duduk ke sebelah Fabian.“Apa itu dari temanmu yang baru kamu bicarakan tadi?”Luna mengangguk. “Iya, temanku bilang untuk segera membawa Ivan ke sana. Mereka perlu mendiagnosis awal penyakit Ivan dan menganalisa apa saja yang harus dilakukan. Namun, tentu saja dia tidak bisa berjanji kalau Ivan bisa sembuh seratus persen. Semua dilihat dari tingkat penyakitnya.&r
last updateLast Updated : 2024-10-09
Read more
PREV
1
...
3738394041
...
47
DMCA.com Protection Status