Home / Pernikahan / Kau Bisa Apa Tanpaku, Mas? / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Kau Bisa Apa Tanpaku, Mas?: Chapter 91 - Chapter 100

218 Chapters

Menyesal

"Itu bukan Arlo?"Bian kembali merasa lemas. Yang keluar dari rumah mewah tersebut bukanlah Arlo, melainkan seorang pria yang sama sekali tidak Bian kenali."Apa jangan-jangan, Arlo ada didalam rumah itu, ya?" gumam Bian bermonolog.Tanpa berpikir lebih lama lagi, Bian langsung menghampiri pria itu. Kebetulan, orang bengkel yang mengantar mobil itu masih berdiri di sana dan mengajak pria itu mengobrol."Arlo, dimana?" tanya Bian."Anda siapa, ya?" Laki-laki pemilik mobil itu balik bertanya."Saya Bian. Teman sekolah Arlo dulu yang sudah dengan tega dia tipu," jawab Bian menggebu-gebu. "Sekarang, dimana dia? Dimana bajingan penipu itu?""Maaf, sepertinya Anda salah alamat. Di sini, bukan rumahnya Arlo.""Alah!!! Saya nggak percaya! Kamu pasti komplotan dia, kan? Ngaku saja!"Mata Bian nyalang memandang lawan bicaranya. Kehilangan uang delapan puluh juta begitu saja, benar-benar menenggelamkan akal sehatnya."Saya bahkan tidak kenal sama sekali dengan lelaki yang bernama Arlo itu," sang
last updateLast Updated : 2024-05-24
Read more

Bu Dian yang depresi

Ditempat lain, Salma sedang menangis sesenggukan setelah mendapatkan satu tendangan yang cukup keras dari laki-laki yang terpaksa ia tampung setelah perselingkuhan mereka terbongkar. Sempat Salma pernah mencoba untuk mengusir Seno, namun upayanya ternyata tak membuahkan hasil. Video tak senonoh mereka yang Seno simpan di HPnya, menjadi senjata andalan pria itu untuk mengatur-atur Salma sesuka hati. "Dasar, perempuan nggak guna kamu, Salma! Masa' semalaman mangkal cuma dapat segini?" teriak Seno marah sambil menampar wajah Salma dengan uang lima ratus ribu yang dia rampas paksa saat Salma baru pulang tadi. "Ma-maaf, Mas! Semalam sepi. Jadi, Aku cuma dapat satu pelanggan aja," jawab Salma. Dia memegang perutnya yang terasa sangat sakit akibat tendangan keras dari Seno. Ya, semenjak Seno tinggal di rumah kontrakan itu bersama dirinya dan sang Ibu, Seno memang kerap kali memukuli Salma jika wanita itu tak bisa memenuhi keinginannya. Seno bahkan dengan teganya memaksa Salma untuk menja
last updateLast Updated : 2024-05-24
Read more

Kondisi Bu Jannah

Semakin hari, hidup semakin terasa sulit untuk Bian. Titik terang tentang keberadaan Arlo sampai detik ini masih belum ada juga.Bu Jannah juga semakin tampak kurus dari hari ke hari. Wanita paruh baya itu, semakin tak terawat dan jarang makan karena Bian memiliki kebiasaan baru yakni keluar selama berjam-jam, entah kelayapan kemana."Lapar!! Tolong! Sa-ya, la-par," teriak Bu Jannah lemah dari dalam kamarnya.Bau tak sedap tercium di seluruh penjuru kamar. Sudah dua hari, Bian membiarkan sang Ibu buang air kecil dan besar di tempat tidur dan tak pernah dibersihkan.Hal itu tentu saja membuat kondisi Bu Jannah semakin terlihat memprihatinkan."Tolong!! Saya mohon! Beri saya makanan... huhuhu...," dia menangis sesenggukan.Lemas, itu yang dia rasakan. Untungnya, Bian masih berbaik hati, memberinya air minum yang tersimpan didekatnya.Andai tak ada air minum, mungkin sejak kemarin, Bu Jannah sudah pingsan tak sadarkan diri."Tolong!!!"Brak!Bu Jannah tersentak kala mendengar suara pintu
last updateLast Updated : 2024-05-25
Read more

Cari masalah?

Kening Bian berkerut saat melihat didepan rumah kontrakannya tampak begitu ramai. Beberapa tetangga yang cukup Bian kenali wajahnya terlihat sedang membicarakan sesuatu namun mendadak diam saat menyadari kehadiran Bian. Hal itu tentu saja membuat Bian kebingungan. Dia curiga, jika telah terjadi sesuatu yang tidak-tidak didalam rumahnya. Apakah Ibunya meninggal dunia? Jika iya, Bian akan merasa sangat lega karena bebannya jadi berkurang satu. "Pak RT? Ibu? Ada apa ini rame-rame?" tanya Bian pada sang Ibu dan juga Pak RT. Sedikit ada rasa kecewa saat dia mengetahui bahwa Ibunya baik-baik saja. "Mas Bian darimana saja?" tanya Pak RT dengan tampang yang terlihat kurang senang dengan kedatangan Bian. "Memangnya, kenapa, ya, Pak?" Bian balik bertanya. "Ibunya Mas Bian, kasihan. Daritadi, beliau teriak-teriak minta makan karena katanya beliau kelaparan." Mata Bian reflek melebar. Dia menoleh menatap sang Ibu yang langsung tertunduk takut melihat dirinya. "Badannya juga kotor
last updateLast Updated : 2024-05-25
Read more

Ingin bertemu Najwa

"Ibu jangan aneh-aneh! Kenapa Ibu malah fitnah aku seperti ini, sih?"Bian mengeratkan rahangnya karena menahan emosi. Pandangan menghakimi dari orang-orang yang ada di sana sungguh membuatnya merasa sangat malu.Padahal, selama ini dia sudah berusaha membangun citra sebagai anak yang sangat berbakti. Menjual cerita kesedihan kepada para tetangga bahwa dia adalah pria malang yang ditinggal selingkuh oleh sang istri hanya karena alasan dirinya ingin tetap merawat Ibunya yang sedang lumpuh.Berkat cerita sedih itu lah, terkadang ada tetangga yang iba dan memberikan uang pada Bian supaya bisa membantu biaya terapi Bu Jannah. Sayang, uang itu malah Bian gunakan untuk modalnya main judi online."Ibu tak memfitnah! Ibu berkata benar! Kamu...," Bu Jannah menggeleng. Gurat kecewa tergambar jelas di wajah keriputnya yang basah karena air mata."Kamu bukan lagi anak Ibu yang baik, Nak! Kamu berubah," lirih Bu Jannah penuh kecewa."Bu... tolong hentikan sandiwara Ibu! Orang-orang akan semakin sa
last updateLast Updated : 2024-05-26
Read more

Maafkan Ibu, Najwa!

"Bi! Bi Iroh!" panggil Najwa sambil mengetuk pintu kamar asisten rumah tangganya."Iya, Mbak. Sebentar," sahut wanita berbadan besar itu dari dalam kamar.Tak berselang lama, pintu kamar itu akhirnya terbuka. Bi Iroh keluar sambil mengucek-ucek matanya."Kenapa, Mbak? Mbak Najwa butuh sesuatu?" tanya Bi Iroh."Saya mau ke suatu tempat, Bi. Bibi bisa temani saya?" tanya Najwa to the point."Kemana?""Nanti saya jelaskan di mobil saja. Sekarang, Bi Iroh siap-siap dulu, ya! Ini penting!"Asisten rumah tangga tersebut tak bertanya lagi. Buru-buru, dia masuk kembali ke dalam kamar untuk berganti pakaian.Begitu keluar, sebotol jus apel sudah tersuguh di depan matanya."Buat di mobil supaya Bi Iroh nggak ngantuk," ucap Najwa dengan senyuman."Ya ampun, Mbak Najwa baik sekali. Bibi jadi terharu," timpal Bi Iroh sambil menerima botol minum berisi jus apel yang dibuatkan Najwa untuk dirinya.Pak Haris dan Bu Dahlia sudah kembali ke kampung setelah membantu Najwa pindahan ke tempat yang baru. D
last updateLast Updated : 2024-05-26
Read more

Bian kehilangan

Ajal memang tak ada yang tahu. Tak pernah Najwa sangka, bahwa mantan ibu mertuanya akan berpulang secepat ini. Terlebih lagi, beliau berpulang dengan membawa luka hati yang teramat dalam akibat perbuatan putra kesayangannya."Pak, tolong kabari Bian kalau Bu Jannah sudah berpulang," tukas Bu Ana pada suaminya."Iya, Bu," angguk sang suami yang dengan sigap menaiki sepeda motornya menuju ke rumah Bian.Hampir sepuluh menit berselang, Pak RT kembali bersama dengan Bian. Beberapa warga lain turut ikut serta untuk membantu beberapa hal terkait mengurus jenazah."Ibu...," raung Bian sambil memeluk tubuh yang kini tak lagi bernapas itu."Bu, maafkan Bian, Bu! Bangun, Bu! Bian masih butuh Ibu," lanjut pria itu dengan suara bergetar.Dia memang pernah berharap supaya Ibunya lekas meninggal. Namun, saat hal itu benar-benar terjadi, hati Bian malah merasa sangat perih.Dia pikir dia akan baik-baik saja jika Ibunya tiada. Namun, ternyata yang terjadi justru sebaliknya. Hidup Bian malah terasa ha
last updateLast Updated : 2024-05-27
Read more

Permintaan yang kembali ditolak

Mendung menggantung di langit yang gelap. Dibawah air yang perlahan mulai jatuh membasahi bumi, Najwa dapat melihat Neti yang sedang meraung sambil memeluk papan yang bertuliskan nama sang Ibu."Bangun, Bu! Jangan tinggalkan Neti. Neti masih butuh Ibu."Teriakan memilukan Neti, menggema di sela hujan yang semakin deras. Wanita yang kini telah resmi dijatuhi hukuman penjara selama dua tahun delapan bulan tersebut datang dengan diantar oleh beberapa petugas rutan."Sudahlah, Net! Ikhlaskan Ibu, ya!" hibur Bian. Dia memeluk sang adik dengan perasaan yang sama hancurnya."Kenapa Ibu cepat sekali ninggalin kita, Mas? Kenapa? Apa Ibu marah sama aku? Apa Ibu kesal, karena selama ini aku selalu cuek sama beliau?""Mungkin, ini yang terbaik, Net! Setidaknya, Ibu sudah tidak menderita lagi."Pandai sekali Bian menghibur adiknya. Padahal, dirinyalah pelaku utama yang membuat Ibunya selama ini menderita lahir dan batin.Tak hanya fisik yang dibiarkan menderita karena seringnya kelaparan. Tapi, ba
last updateLast Updated : 2024-05-27
Read more

Bertemu kembali dengan Ahmad

Semakin hari, hidup Salma juga semakin menderita. Dia merasa sudah sangat lelah menjadi sapi perah untuk Seno. Laki-laki itu benar-benar mempekerjakan Salma sebagai seorang pel@cur tanpa peduli Salma lelah ataupun tidak."Siap-siap! Satu jam lagi, kita berangkat. Ada pelanggan yang mau pakai kamu malam ini," kata Seno yang muncul dibalik pintu yang hanya terbuka setengah."Kita baru aja sampai rumah, Mas! Apa tidak bisa, aku rebahan dulu?""Kalau mau rebahan, nanti aja! Sekalian, di kamar hotel sama tamu kamu."Salma menghela napas berat. Dia hanya bisa pasrah terhadap apapun keputusan Seno."Kalau begitu, tunggu sampai aku selesai menyuapi Ibu makan dulu, Mas," jawab Salma."Ck, iya!" decak Seno kesal. "Tapi, jangan lama-lama! Nanti, kita telat," timpal Seno dengan nada yang terdengar semakin ketus."Iya. Ini tinggal dikit lagi, kok." Salma memperlihatkan isi piring yang tinggal beberapa suap lagi.Blam!Pintu kamar kembali ditutup Seno dengan keras dari arah luar. Salma tampak terse
last updateLast Updated : 2024-05-27
Read more

Menyembunyikan uang

"Kamu kenal perempuan aneh ini, Mas?" tanya wanita berjilbab yang merangkul mesra lengan Ahmad."Dia mantan istriku," jawab Ahmad tanpa menoleh pada Salma sedikit pun.Penampilan Salma, benar-benar membuat Ahmad merasa sakit mata saat melihatnya. Pakaian mini yang Salma kenakan, bukan membuat Ahmad tertarik tapi malah bergidik jijik."Oh, yang kamu ceritakan itu?"Ahmad mengangguk."Mas, dia siapa? Kenapa dia sembarangan peluk-peluk lengan kamu?" tanya Salma yang kini sudah kembali berdiri."Kenalkan, ini Diana. Istriku," jawab Ahmad dengan tatapan penuh pancaran cinta pada istri barunya."Mas? Kamu sudah menikah lagi?" Suara Salma terdengar bergetar."Ya, Alhamdulillah. Dan, sebentar lagi kami akan memiliki seorang anak. Iya, kan, Sayang?"Ahmad mengelus perut Diana yang memang sudah agak membuncit. Namun, karena mengenakan gamis yang longgar, jadi perutnya tidak terlalu terlihat."Mas? Ka-kamu... kenapa kamu menikah lagi? Bukannya, kamu hanya cinta sama aku, Mas?"Salma menahan isak
last updateLast Updated : 2024-05-28
Read more
PREV
1
...
89101112
...
22
DMCA.com Protection Status