All Chapters of Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan: Chapter 191 - Chapter 200

221 Chapters

190

"Apa! Kritis?" Kamil tertegun dan semakin terguncang. "Baik, saya akan segera ke sana," ucapnya lirih.Setelah menutup teleponnya, Kamil meraup wajah yang terasa begitu frustasi. Tak ada tempat bersandar, tak ada teman bercerita, tak ada tempat berkeluh kesah. Satu-satunya orang tua yang ia miliki untuk berbagai cerita kini sedang berbaring tak berdaya di ranjang kesakitan. Kini, deritanya lengkap sudah. Kamil tertawa miris memikirkan hidupnya kini.Namun, dia sadar berdiam diri dan meratapi bukanlah langkah yang tepat saat ini. Keluarganya membutuhkan dirinya. Dia akhirnya menengok Sundari sebentar, lalu menuju ke rumah sakit tempat Jasmin dirawat kini.Lagi-lagi Kamil mengendarai roda empatnya dengan kecepatan tinggi seakan tak peduli lagi dengan nyawa yang masih melekat di raganya. Bahkan jika Tuhan ingin mengambil nyawanya saat ini, mungkin Kamil tak kan keberatan.Sesampainya di rumah sakit, Kamil langsung menemui Jasmin yang saat ini berada di ruang ICU. Kamil langsung bertanya
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

191

Acara pemakaman Jasmin berlangsung dalam satu hari itu. Tak banyak pelayat, sebab tak banyak orang yang memang ia dan adiknya kenal. Apalagi akhir-akhir ini keluarganya begitu tertutup dan jarang bersosialisasi. Saat beberapa pelayat yang mengantar Jasmin ke peristirahatan terakhirnya, Kamil masih setia memegangi tanah merah yang masih basah itu. Air matanya kembali mengalir mengingat betapa menyedihkannya hidup sang adik. Dia masih muda, tetapi hidupnya hanya cukup sampai di sini. Ditambah, sang adik sudah lama tidak bertemu dengan kakak perempuan dan mamanya. 'Ah, bahkan di peristirahatan terakhirmu mama dan kak Yumna tak bisa menyaksikannya. Malang sekali nasibmu, Dek,' batin Kamil. "Istirahatlah yang tenang, Jas. Kakak akan membereskan orang yang sudah membuatmu seperti ini." Kamil memegangi papan nisan bertuliskan nama sang adik. Terus menatap dengan tatapan yang sulit diartikan. Lama menunduk dan nelangsa, Kamil akhirnya beranjak. Ada banyak rencana yang tersusun di kepal
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

192

"Tenang saja. Polisi pasti akan menutupi masalah ini. Yakin, deh, polisi pasti akan mengatakan kalau Jasmin itu keguguran biasa, apalagi dulu dia pernah mencoba melakukan BunDir, itu semakin menguntungkan kita." Seseorang bernama Rani, yang mengaku ketua geng itu berkata dengan percaya diri."Iya juga, ya. Berarti kita tetap aman 'kan?""Aman, tenang saja."Kelimanya lalu kembali tersenyum simpul sembari melirik satu sama lain, merasa aman dan puas dengan apa yang telah mereka lakukan.Beberapa menit berada di sel, Kamil telah selesai mengemasi barang Jasmin. Dia pun berpamitan untuk pulang pada teman-teman Jasmin dan polisi. Tentunya setelah menyerahkan makanan yang ia bawa.Sepeninggal Kamil, kelima orang yang sering membuat onar mendekati teman-teman sel Jasmin yang sedang membuka kantong pemberian Kamil, lalu merebutnya dengan kasar dan tiba-tiba."Hei, itu milik kami!" seru seorang wanita berbadan kurus."Tapi sekarang sudah berpindah ke tanganku, artinya ini sudah menjadi milikk
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

193

"Apa ini, Sayang? Kamu dapat dari mana foto-foto itu?" Devan bertanya dengan menahan sabar yang hampir habis."Gak penting aku dapat dari mana. Yang jelas, aku tahu kalau sebenarnya Mas gak tulus sama aku. Atau jangan-jangan ... Kamu yang sudah sengaja mencampur penggugur kandungan ke dalam bubur yang kumakan?! Bukankah penjagaan sangat ketat? Jadi cuma kamu yang bisa melakukan itu!" Syakila mulai berapi-api."Ada apa denganmu? Foto-foto itu fitnah, Sya? Bagaimana mungkin kamu bisa segampang itu mempercayainya?! Dan tuduhanmu sangat tidak berdasar! Mas gak mungkin menggugurkan darah daging Mas sendiri.""Tentu saja supaya kamu bebas menikah lagi dengan Renata kan!""Astaghfirullah, Sya ... Kamu ini kenapa sih? Kenapa bisa berfikir seperti itu?" Terkikis sudah kesabaran Devan."Aku ... Aarrggg ... Aku tidak tahu!" Syakila tiba-tiba menjatuhkan diri di atas kasur sambil menjambak rambutnya sendiri.Kepalanya terasa panas dan rasanya seperti ingin meledak. Penyakit yang sudah lama hilang
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

194

Suster menjawab sembari tersenyum. "Anda bisa tanyakan pada dokter Tommy, beliau mungkin sudah menunggu Anda di ruangannya.""Iya. Tolong jagain mama saya dulu, Sus, saya mau menemui dokter dulu," pinta Kamil."Tentu, Pak, Anda tidak perlu khawatir."Kemudian Kamil dengan langkah cepatnya mencari ruangan dokter yang menangani mamanya.Tak sulit baginya menemukan ruangan itu, sebab rumah sakit itu ibarat rumah keduanya semenjak Yumna dirawat di sana beberapa bulan belakangan.Kamil segera mengetuk pintu begitu sampai di depan pintu dengan plang nama 'Dr. Tommy Kurniawan.'Dia kemudian membuka pintu lalu masuk sesuai instruksi dari dalam."Selamat siang, Dok." Kamil menyapa terlebih dahulu."Siang Pak Kamil, silakan duduk," sahut dokter yang diangguki Kamil, kemudian duduk sesuai perintah, di hadapan dokter itu."Begini, Pak Kamil. Ibu Anda mengalami cedera otak traumatik (TBI), akibat tekanan darah rendah karena perdarahan dan benturan cukup keras di kepalanya. Sehingga setelah sadar,
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

195

"Aku tunggu di tempat biasa, sekarang!" pungkas Jo yang kemudian mengakhiri panggilan.Sejenak Devan terpekur di sana, mencoba menyatukan pazel demi pazel permasalahan yang menimpanya, tetapi kepala justru hampir pecah. Dia akhirnya memutuskan untuk pergi meski malam sudah menunjukkan pukul sepuluh.Dengan gerakan pelan, Devan kembali masuk ke kamar, mendekati Syakila dan melambaikan tangan di depan wajahnya untuk mengecek apakah istrinya itu sudah terlelap atau belum.Setelah memastikan Syakila benar-benar terlelap, Devan mengganti piyamanya dan pergi ke tempat di mana Jo sudah menunggu. Sepeninggal Devan, mata Syakila terbuka. "Hal apa lagi yang tidak boleh aku ketahui, Mas?" gumamnya sembari memandang pintu yang sudah tertutupIa duduk, menghela napas lelah. Dia seakan tak mengenali Devan yang sekarang. Pesan-pesan dari seseorang itu benar-benar mengubah pemikirannya."Ah, iya, aku baru ingat!" Syakila teringat sesuatu. Dia pun beranjak untuk mengambil gadget miliknya yang ia simp
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

196

Di sebuah kafe 24 jam, Kamil duduk ditemani secangkir kopi hitam panas yang masih mengepulkan asap. Tangannya mengetuk-ngetuk meja, nampak tak sabar menunggu seseorang. Bibirnya tersungging tipis ketika membayangkan betapa indah hari-harinya esok, ditemani sang pujaan hati."Mas Kamil." Seseorang yang ditunggu akhirnya tiba. Dengan napas ngos-ngosan dia menemui pria berjaket hitam itu sambil mengedarkan pandangan. "Di mana mereka?" tanyanya."Tenang dulu, Sya. Kamu tidak mungkin akan menemukan mereka dalam keadaan panik seperti ini," ujar Kamil."Bagaimana aku bisa tenang. Mas Devan tega melakukan ini padaku.""Baiklah. Tadi aku lihat mereka sudah keluar. Aku curiga, mereka akan pergi ke hotel.""Ap-apa! Hotel? Sudah sejauh itu kah?" Bagai tersayat pisau, dada Syakila sakit dan perih. Raganya seolah tak bertulang mendengar suaminya pergi ke hotel bersama wanita lain."Maaf, Sya. Itu hanya perkiraan saja. Aku tidak bermaksud membuatmu bersedih.""Tidak apa-apa, Mas. Aku hanya ..." Syak
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

197

Hari sudah pagi, tetapi Devan dan orang-orang suruhannya belum juga menemukan keberadaan Syakila. Ibu mertua, kakek dan neneknya tak luput dari khawatir atas hilangnya wanita berhijab yang mereka sayangi."Dev, apa belum ada kabar apapun tentang keberadaan Syakila?" tanya Sukoco saat mereka duduk di ruang tengah."Belum, Bu. Devan gak tahu lagi harus cari ke mana. Hampir seluruh kota Jakarta Devan kerahkan orang untuk mencari, tetapi sampai sekarang masih saja belum ada kabar.""Apa kamu sudah mencarinya di perkampungan? Mungkin saja Kamil sengaja memilih tempat terpencil untuk bersembunyi." Bamantara yang sudah berpengalaman memberikan usulan."Opa benar. Devan tidak kepikiran malah." Devan mengambil handphone dan menyuruh anak buahnya untuk berkumpul di markas. Strategi baru akan ia kerahkan agar lebih mudah menemukan tempat persembunyian Kamil."Aku pergi dulu. Doakan agar Syakila segera ditemukan." Kamil berdiri dan bersiap untuk pergi lagi."Kamu baru pulang, Dev. Kau bahkan belu
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

198

"Shit!" Kamil mengumpat. Dia baru saja mendapat pesan bahwa anak buah Devan sedang menuju tempat persembunyiannya.Dia menyesap sebatang rokok dalam-dalam. Menghembuskan asapnya sampai memenuhi ruangan itu, kemudian beranjak. Dibuangnya batang rokok yang masih menyala, dan menginjak hingga padam. Kakinya terayun mendekati Syakila yang sesenggukan di atas kasur. Setelah drama penyuapan paksa itu, Kamil memberikan hadiah tamparan pada pipi mulus Syakila.Perempuan bermata lentik itu bahkan masih merasa perih sampai sekarang."Apa masih sakit?" Kamil membelai pelan pipi Syakila. "Maafkan aku, ya. Aku tidak sengaja."Syakila tak menjawab. Wanita itu terisak, meringkuk sambil memejamkan mata. Rasanya dia tak sudi melihat wajah Kamil."Bukalah matamu, Sya. Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat."Lagi-lagi Syakila tak mengindahkan. Dia justru merapatkan pejamannya."Aku tidak suka dibantah, Syakila! Tuturi atau aku akan kembali khilaf menyakitimu."Syakila ketakutan. Dia pun perlahan membuk
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

199

"Kamu tahu kenapa aku membawa kamu ke sini?"Syakila diam, matanya menatap nisan-nisan tua yang berjejer. Tangan Kamil menariknya lebih dekat ke tengah area pemakaman itu. Ia hanya bisa mengikuti, tak punya pilihan lain."Kamu tahu kabar tentang adikku?""Jasmin?""Ya. Dia adikku yang malang."Langkah Syakila terhenti. Ia menggeleng. Kamil tertawa kecil, nada yang dingin dan penuh kebencian. "Tentu saja. Karena kamu tidak pernah peduli denganku, dan hidupku yang seperti di neraka! Kau hanya sibuk dengan Devan! Devan! Dan Devan!""Apa hubungannya Mas Devan dengan hidupmu? Dia suamiku, sudah tentu dia yang menjadi prioritas untukku." Syakila mengumpulkan keberanian untuk membalas setiap kata yang Kamil lontarkan."Tunggu. Jangan buru-buru. Aku mau kamu tahu semuanya, tapi lihat ini dulu." Kamil menunjuk sebuah nisan. Ia mendorong Syakila untuk berlutut di depan batu nisan bertuliskan nama 'Jasmin.'"Makam adikku," bisiknya tepat di telinga Syakila.Ibu sambung Aira itu terdiam. Tangann
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more
PREV
1
...
181920212223
DMCA.com Protection Status