Share

198

Penulis: NingrumAza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-27 05:40:04

"Shit!" Kamil mengumpat. Dia baru saja mendapat pesan bahwa anak buah Devan sedang menuju tempat persembunyiannya.

Dia menyesap sebatang rokok dalam-dalam. Menghembuskan asapnya sampai memenuhi ruangan itu, kemudian beranjak. Dibuangnya batang rokok yang masih menyala, dan menginjak hingga padam. Kakinya terayun mendekati Syakila yang sesenggukan di atas kasur.

Setelah drama penyuapan paksa itu, Kamil memberikan hadiah tamparan pada pipi mulus Syakila.

Perempuan bermata lentik itu bahkan masih merasa perih sampai sekarang.

"Apa masih sakit?" Kamil membelai pelan pipi Syakila. "Maafkan aku, ya. Aku tidak sengaja."

Syakila tak menjawab. Wanita itu terisak, meringkuk sambil memejamkan mata. Rasanya dia tak sudi melihat wajah Kamil.

"Bukalah matamu, Sya. Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat."

Lagi-lagi Syakila tak mengindahkan. Dia justru merapatkan pejamannya.

"Aku tidak suka dibantah, Syakila! Tuturi atau aku akan kembali khilaf menyakitimu."

Syakila ketakutan. Dia pun perlahan membuk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   199

    "Kamu tahu kenapa aku membawa kamu ke sini?"Syakila diam, matanya menatap nisan-nisan tua yang berjejer. Tangan Kamil menariknya lebih dekat ke tengah area pemakaman itu. Ia hanya bisa mengikuti, tak punya pilihan lain."Kamu tahu kabar tentang adikku?""Jasmin?""Ya. Dia adikku yang malang."Langkah Syakila terhenti. Ia menggeleng. Kamil tertawa kecil, nada yang dingin dan penuh kebencian. "Tentu saja. Karena kamu tidak pernah peduli denganku, dan hidupku yang seperti di neraka! Kau hanya sibuk dengan Devan! Devan! Dan Devan!""Apa hubungannya Mas Devan dengan hidupmu? Dia suamiku, sudah tentu dia yang menjadi prioritas untukku." Syakila mengumpulkan keberanian untuk membalas setiap kata yang Kamil lontarkan."Tunggu. Jangan buru-buru. Aku mau kamu tahu semuanya, tapi lihat ini dulu." Kamil menunjuk sebuah nisan. Ia mendorong Syakila untuk berlutut di depan batu nisan bertuliskan nama 'Jasmin.'"Makam adikku," bisiknya tepat di telinga Syakila.Ibu sambung Aira itu terdiam. Tangann

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   200

    Mobil melaju tanpa henti, melewati jalanan yang semakin sepi. Syakila duduk diam di kursi sebelah kemudi, matanya terus memandang jendela dengan pemandangan di sekitarnya. Awalnya dia lega karena berpikir akan segera pulang, tapi rute yang diambil Kamil terasa aneh.“Ini bukan seperti jalan menuju rumaku,” ujarnya pelan. Lalu menoleh dan bertanya pada lelaki yang duduk di sampingnya, "Kita mau ke mana?"Kamil tidak menjawab. Fokusnya tertuju pada jalan di depannya, tangan menggenggam erat setir.“Kamil, aku tanya. Kamu mau bawa aku ke mana?” Kali ini nada Syakila lebih tegas.“Diam saja dulu, Syakila. Kamu akan tahu sebentar lagi,” jawabnya singkat, masih dengan nada dingin.Perasaan tidak enak menyergap Syakila. Tangannya gemetar, tapi dia mencoba tetap tenang. Ketika mobil akhirnya berhenti di depan sebuah gedung rumah sakit, Syakila semakin merasa aneh.“Rumah sakit?” gumamnya.Kamil keluar dari mobil, berjalan ke sisi pintu penumpang, dan membukanya. “Turun,” perintahnya.“Tapi in

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   201

    "Hmmmphh!" Syakila berusaha mengeluarkan suaranya, tetapi tertahan oleh telapak besar Kamil yang menutup mulutnya. "Ada apa?" Jo bertanya saat melihat Devan berhenti. "Aku seperti mendengar suara Syakila di sekitar sini," jawab Devan. Matanya nyalang menelisik setiap sudut lobby tempatnya kini berada. Jo pun penasaran. Meski sebenarnya dia tak mendengar sedikitpun suara yang Devan maksud, tetapi ia juga turut memindai sekitar. "Tidak ada, Dev. Mungkin hanya perasaanmu saja. Sebaiknya kita harus cepat sebelum dia menyadari kedatangan kita," bisik Jo. Tetapi Devan tetap bersikeras dengan pendengarannya. Dia masih mencari, bahkan kini mulai menjelajahi tiap sudut lobby dan ruangan di sekitarnya. Derap langkah Devan semakin mendekati Kamil yang bersembunyi di ruangan kosong.Kamil mempertajam pendengaran. Pupil matanya memicing bersamaan dengan langkah kaki Devan yang semakin dekat.'Sial!' umpat Kamil dalam hati. Syakila yang juga menyadari ada suara langkah kaki seseorang mendeka

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   202

    "Tuhan? Di mana Tuhan? Apakah dia benar-benar ada?" Kamil berjongkok di depan Syakila sambil tersenyum miring."Tuhan pasti akan membalas semua kejahatanmu! Bertaubatlah sebelum terlambat!" Syakila masih mengingatkan tentang Tuhan, berharap laki-laki itu sadar."Jangan berbicara tentang Tuhan di depanku. Di mana Tuhan saat aku membutuhkannya? Aku pernah melakukan perintahnya, menjadi orang baik, bertaubat karena punya salah padamu, tapi apa yang Tuhan berikan padaku? Dia mengirim orang seperti Della dan keluarganya untuk menghancurkan harga diriku. Mereka menginjak-injakku seperti sampah! Apakah Tuhan peduli? Tidak! Dia diam saja bahkan menambah penderitaanku setiap harinya. Kalau pun Tuhan itu memang ada, dia gak adil padaku. Tuhan selalu memberikan Devan kebahagiaan, sementara aku? Derita, derit, dan derita yang selalu Tuhan berikan! Kau tahu itu, Syakila!?" Napas Kamil memburu.Sejenak keheningan menyelimuti. Hanya deru napas Kamil yang terdengar naik turun. Sedangkan Syakila memil

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   203

    "Itu ganjaran yang sangat setimpal atas perbuatan mereka. Tadinya cuma pengen mereka cacat sepertiku, tapi uang mereka banyak. Pasti mereka akan mengusahakan segala cara untuk sembuh. Dan lagi, aku kasihan sama Zia kalau mamanya cacat, makanya aku kirim saja dia menyusul ayahnya," terang Kamil dengan santai, tanpa ada penyesalan sedikitpun."Kau pem-bun-uh!" ucap Syakila terbata."Bukan, Sya, bukan. Aku bukan pembunuh. Aku hanya memberikan balasan atas apa yang mereka perbuat padaku. Kau tahu ....?" Kamil menjeda, dia berdiri lalu membuka baju dan celananya, menyisakan bokser yang menutupi kemaluannya. "Aaaaaa ..." Syakila sontak menutup wajahnya menghilangkan tangan."Kau benar, Syakila. Aku memang gila! Aku gila karena mereka. Aku gila menahan semua ini sendirian. Sakit, Sya ... Sakit sekali." Suara Kamil melemah seiring kakinya yang menekuk lutut di hadapan Syakila, sambil menangis.Agaknya apa yang dia ungkapkan sungguh-sungguh. Hidup dalam ketidak normalan memang tidak mudah, ap

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   204

    "Aku mendukungmu, Dev. Masalahnya, Kamil selalu tahu setiap pergerakan kita. Aku curiga, selain Anton ada lagi mata-matanya yang berkeliaran di antara kita." Dengan suara pelan Jo mengutarakan kecurigaannya.Alex mengerti. Kemudian dia menyuruh anak buahnya yang berada di sekitar mereka untuk keluar. Matanya beredar menelisik setiap sudut ruangan yang mereka tempati kini, khawatir ada kamera pengintai yang tidak ia ketahui.Sejurus kemudian bibirnya tersungging tipis. Sangat tipis. 'Ada nyamuk rupanya.' Hatinya bermonolog ketika menemukan benda kecil yang mencurigakan."Eum, sebentar, aku lihat handphone dulu, sepertinya ada pesan," ucap Alex sambil mengambil alat komunikasi itu di saku jaketnya.Dia mengirim pesan pada Jo yang hanya duduk beberapa centimeter dari tempatnya berada.[Ada nyamuk. Kita cari tempat aman. Jangan sampai membuat mereka curiga.]Jo melirik sekilas pada rekannya sesaat setelah membaca pesan itu, lalu kembali bersikap biasa seolah tidak ada pesan yang penting.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   205

    "Lihatlah, Sya. Baju pengantin ini sangat indah, pasti akan sangat cantik jika kamu yang memakainya." Kamil datang menenteng satu kebaya putih yang indah dan menunjukkannya pada Syakila yang tengah duduk memeluk lutut di atas kasur."Ayok, pakailah! Sebentar lagi kita akan menikah. Semuanya sudah siap, termasuk walinya," sambung Kamil meski tak mendapat tanggapan apapun dari Syakila.Wanita cantik tanpa hiasa makeup sedikitpun itu masih menunduk, sama sekali tidak tertarik dengan apa yang Kamil tunjukkan padanya. Sudah berpuluh-puluh kali Syakila mengatakan bahwa sampai kapanpun dirinya tidak akan pernah mau menikah dengan Kamil. Terlebih dengan cara menculik seperti ini.Geram dicueki, Kamil memutar kepalanya, kebiasaan yang ia lakukan di saat menahan emosi. "Kau ingin tahu siapa yang menjadi wali nikahnya?" Kamil tetap mengajaknya bicara. "Opa. Dia yang akan menjadi wali nikahnya. Kamu pasti senang bukan?"Barulah Syakila mengangkat kepalanya dan memandang Kamil. "Kamu sudah janji

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   206

    Tak sampai satu jam obat dalam makanan itu mulai bekerja. Perut Abas mulai terasa melilit bersamaan gas berbau tak sedap keluar dari area belakangnya. Abas kelimpungan, wajahnya memerah seiring perutnya yang semakin mulas.Untunglah Devan dan Jo sudah menyiapkan Respirator untuk menutup hidungnya dari bau tak sedap itu."Bos, tolong lepaskan-ikatannya. Saya-tidak-tahan lagi." Abas memohon dengan terbata seraya menahan rasa buang air yang sudah diujung tanduk."Tentu saja," jawab Devan, dan langsung dilaksanakan oleh Jo. "Toiletnya di sebelah sana."Abas segera berlari ke toilet yang tidak terlalu jauh dari tempatnya berada. Sementara Devan dan Jo melempar pandang dengan senyum kemenangan yang terbit di bibir keduanya. Setelah memastikan pengkhianat itu masuk ke toilet, Devan menguncinya dari luar.Beberapa menit kemudian, pintu kamar mandi diketuk dari dalam. "Buka pintunya, Bos--"Namun, belum selesai Abas mengucapkan kalimat, perutnya sudah kembali tak bisa kompromi. Alhasil pria ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03

Bab terbaru

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   220

    “Iya, Sayang. Dia memilih mengakhiri hidupnya di ICU.""Mengakhiri hidup? Maksudnya gimana, Mas?" Syakila benar-benar tak mengerti. Pasalnya saat Kamil ditembak oleh polisi, dia sempat melihatnya."Entahlah, Mas juga tidak begitu paham. Kata polisi dia sempat sadar, dan ketika perawan akan kembali mengeceknya, dia sudah ditemukan tak bernapas. Kamil memotong urat nadinya sendiri.""Innalillahi ...." Syakila menutup mulutnya dengan telapak tangan, merasa tak menyangka pria yang terlihat ambisius itu ternyata begitu rapuh."Oh, iya. Sebelum meninggal, Kamil meninggalkan surat untukmu. Polisi tadi memberitahuku bahwa surat itu akan diserahkan setelah investigasi selesai, tapi Mas sudah memintanya lebih dulu.”"Surat apa itu, Mas?" tanyanya pelan.Perasaan campur aduk muncul di benaknya. Luka di hatinya akibat perbuatan Kamil masih terasa, namun mendengar lelaki itu meninggal dunia membuatnya sulit menahan rasa iba.Devan merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan amplop kusut yang sudah dibe

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   219

    Perlahan ruangan itu menjadi sunyi. Hanya suara tetes darah yang jatuh ke lantai mengisi kekosongan. Tubuh Kamil mulai dingin, wajahnya pucat, namun ada sedikit senyum tergurat di bibirnya. Itu adalah senyum seorang lelaki yang akhirnya menemukan kelegaan, meski dalam cara yang tragis.Beberapa menit kemudian, seorang perawat masuk ke ruangan untuk mengecek kondisi Kamil. Sontak dia menjerit ketika melihat genangan darah di lantai dan tubuh pasien yang tak lagi bergerak. "Dokter! Pasiennya bunuh diri!" teriaknya memanggil petugas medis melalui alat penghubung di ruang rawat.Dokter dan beberapa perawat segera datang, mencoba menyelamatkan Kamil, namun upaya itu sia-sia. Nadi Kamil sudah berhenti, detak jantungnya tidak terdeteksi. "Kita terlambat," gumam dokter. Polisi yang berjaga di luar ruangan segera masuk setelah mendengar kegaduhan. Mereka juga terkejut melihat kondisi Kamil yang sudah tidak bernyawa. Sementara itu, di lorong yang berbeda, Devan duduk gelisah di ruang tunggu.

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   218

    "Mas Devan ...!" Suara Syakila melengking, dengan gerakan cepat ia memutar Devan, melindungi lelaki itu dengan dirinya sendiri.Jleb!Semuanya terjadi begitu cepat. Pisau tajam yang digenggam Kamil merobek keras lengan Syakila. Darah segar langsung membasahi kain bajunya.Devan terbelalak tak percaya dengan napas tercekat. "Syakila!" teriaknya dengan panik, tangannya menangkup tubuh istrinya yang sedikit limbung.Dor!Suara tembakan menggema di udara. Dalam hitungan detik Kamil terhuyung mundur. Tangannya yang memegang pisau perlahan melemah bersamaan dengan rasa bersalahnya terhadap Syakila. Dadanya seperti terbakar akibat timah panas yang masuk ke dalam tubuhnya. Darah mengalir deras dari bagian dada.Perlahan tubuh itu jatuh dengan bunyi berat ke tanah, tetapi matanya masih bisa melihat Syakila yang meringis menahan perih. Mungkin, ini adalah untuk terakhir kalinya ia dapat melihat wanita yang begitu didambanya."Maafkan aku Syakila ... Aku, a-aku men-cintai-mu," lirih Kamil dengan

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   217

    Namun, detik berikutnya Kamil berubah pikiran, ia memutuskan untuk mengambil langkah nekat. Dengan tangan yang masih mencengkeram erat leher Shakila, dia menyeringai penuh keyakinan. "Kalau aku tidak bisa lolos, setidaknya aku akan membawa mereka semua ke neraka bersamaku!" gumamnya, menekan pedal kasih nggak habis. Mesin mobil meraung seperti binatang buas yang terluka, melaju kencang menuju brigade polisi. Syakila panik, tangannya reflek mencoba menggoyang-goyangkan setir agar laju mobil berubah arah, atau berhenti. "Kamil, jangan gila! Kau akan membunuh kita semua!""Memang itu yang aku inginkan. Ha ha ha!"Tangan Kamil memukul keras tangan Syakila yang mengganggu setir. "Kau diam saja, Sayang. Aku pastikan kita akan berakhir dalam keabadian sekarang.""Gak! Aku gak mau! Berhenti, Kamil!""Aku akan berhenti kalau kau mau berjanji untuk bersedia hidup bersamaku selamanya.""Dasar gila! Itu tidak akan terjadi." Syakila memukul-mukul lengan Kamil, tetapi pukulan kecil itu hanya dian

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   216

    Kamil menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, memutarnya dengan mata yang menatap lurus ke depan seperti seekor ular yang siap menyemburkan bisanya. Tanpa ekspresi, dia mendekati Syakila yang masih memejamkan mata lalu membopongnya seperti karung beras, membawanya ke dalam mobil.Beberapa minggu lalu, ketika ia berhasil meracuni polisi yang berjaga kemudian kabur dari lapas, Kamil mendatangi salah satu anak buahnya yang tak tertangkap dan meminta mobil untuk dikendarai. Dibantu oleh anak buahnya itulah akhirnya Kamil berhasil menyelinap ke vila yang disewa Devan, menyamar sebagai penjaga keamanan di sana setelah berhasil membuat penjaga aslinya harus cuti.Dalam hatinya, Kamil bertekad untuk dapat bersatu dengan Syakila, apapun caranya. Jika dia tak bisa memiliki, maka orang lainpun tak ada yang boleh memiliki. Jika tak bisa bersatu di dunia, di alam lain pun Kamil tak keberatan. Dan kini, laki-laki yang jiwanya terganggu itu telah bersiap untuk melakukan sesuatu.****"Pasti ada

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   215

    "Syakila ..." Telinga tajam Devan dapat mendengar suara gelas yang jatuh. Gegas pria bergaya rambut Taper Fade itu naik ke atas kolam dan berjalan ke dapur, tanpa peduli cipratan air yang berjatuhan di lantai."Sayang, kamu gak pa-pa?" teriaknya terus berjalan.Sunyi. Tak ada jawaban apapun. Langkahnya semakin cepat dan pasti. Namun, ketika sampai dapur, tak ada siapapun di sana. Hanya pecahan gelas yang berserakan di lantai.Devan panik. Seketika ia mengitari sekitaran sambil terus memanggil istri tercintanya."Syakila ...""Sayang, kamu di mana?"Terus mencari ke setiap ruangan di vila, tetapi hasilnya nihil. "Sayang, bercandanya gak lucu loh. Kamu di mana ?" Devan masih berfikir positif. Mungkin istrinya ingin bermain-main dengannya."Sayang, ayolah. Keluar dong. Aku dah kedinginan nih, mau ganti baju. Temenin yuk." Devan terus berbicara sendiri sambil terus mencari.Hampir seluruh ruangan ia datangi, dan hasilnya tetap kosong. Panik, Devan mulai sangat panik. Apa yang terjadi de

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   214

    "Kenapa seperti ada yang mengikuti ya?" gumamnya, lalu menoleh ke belakang. Tetapi tak ada siapapun di sana. Jalanan sepi."Mas, ayok!" teriak Syakila yang sudah lebih dulu berjalan."Eh, iya, Sayang." Devan terkesiap kemudian menyusul, ikut mengantri bersama sang istri.Beberapa orang yang juga membeli bubur mengajak mereka ngobrol. Ada yang sama-sama pendatang, ada juga yang asli penduduk setempat. Syakila dan Devan menyukai keramahan penduduk di sekitar villa yang mereka sewa."Ini buburnya, Neng," ucap si penjual bubur pada Syakila, setelah beberapa waktu mengantri."Iya, Mang. Terima kasih." Syakila menerima kantong kresek berisi bubur, sementara Devan yang membayarnya."Mari, Ibu-ibu, kami duluan," pamitnya pada ibu-ibu yang masih mengantri."Mari, Neng, A, selamat liburan ya, semoga sukses," sahut seseibu dengan lantang."Sukses apa nih, Bu?" Devan sengaja menanggapi, karena tertarik dengan misteri di balik kata 'sukses' itu."Ya sukses jadi belendung atuh, hamil teh. Apalagi c

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   213

    "Sayang ... Ahh...."Untuk yang kedua kalinya Devan mencapai puncak kenikmatan bersama Syakila di villa. Sepasang suami istri itu benar-benar menikmati bulan madu kedua ini. Hampir tak terlewatkan oleh mereka aktivitas saling mencintai, dan memadu kasih begitu mereka sampai di tempat penginapan itu. Apalagi Devan memilih villa yang lumayan jauh dari keramaian. menurutnya agar aktivitas mereka lebih privasi. Tentu hal itu semakin membuat mereka semakin intens.Dua manusia berlawanan jenis itu masih tersengal dengan napas memburu di balik selimut putih yang menutupi tubuhnya. "Kau benar-benar hebat, Sayang. Terima kasih." Devan memberikan pujian pada sang istri karena berhasil mengimbangi permainannya yang brutal.Lelaki itu betul-betul merindukan momen ini. Bagaimana tidak? Kemarin-kemarin dia terpaksa harus puasa menjamah tubuh indah Syakila. Banyak kejadian tak terduga yang mereka alami."Sama-sama, Mas. Kamu juga hebat. Masih gagah seperti yang dulu," sahut Syakila dengan suara ber

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   212

    "Bu, Opa, dan Oma, weekend besok aku sama Syakila ada rencana liburan ke villa. Eum, kalau boleh kita mau nitip Aira, gak lama kok, cuma dua hari." Dengan sedikit malu Devan meminta izin saat mereka sedang bersantai di depan televisi.Aira sendiri sudah lebih dulu terlelap ditemani mommy-nya di kamar. Jadi anak itu tidak protes ketika daddy-nya akan pergi berdua saja dengan sang mommy."Tentu saja boleh, Nak. Kalian memang perlu liburan setelah semua yang kalian alami," ucap Sukoco."Ibumu benar, Dev. Pergilah, buat hari-hari kalian menyenangkan." Bamantara menimpali."Sola Aira, kami siap menjaganya. Dia anak yang baik, pasti akan mengerti." Amber juga mengeluarkan pendapatnya."Terima kasih, semuanya. Aku akan beri tahu kabar ini pada Syakila." Devan terlihat bahagia. Bulan madu kedua ini pasti akan menyenangkan."Ah, bagaimana kalau kita ajak Aira menengok rumah kita, Sayang. Supaya dia tidak sedih kalau daddy dan mommy-nya pergi berlibur," usul Amber pada suaminya."Ide yang bagus

DMCA.com Protection Status