Share

190

Penulis: NingrumAza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-21 12:25:56

"Apa! Kritis?" Kamil tertegun dan semakin terguncang. "Baik, saya akan segera ke sana," ucapnya lirih.

Setelah menutup teleponnya, Kamil meraup wajah yang terasa begitu frustasi. Tak ada tempat bersandar, tak ada teman bercerita, tak ada tempat berkeluh kesah. Satu-satunya orang tua yang ia miliki untuk berbagai cerita kini sedang berbaring tak berdaya di ranjang kesakitan. Kini, deritanya lengkap sudah. Kamil tertawa miris memikirkan hidupnya kini.

Namun, dia sadar berdiam diri dan meratapi bukanlah langkah yang tepat saat ini. Keluarganya membutuhkan dirinya. Dia akhirnya menengok Sundari sebentar, lalu menuju ke rumah sakit tempat Jasmin dirawat kini.

Lagi-lagi Kamil mengendarai roda empatnya dengan kecepatan tinggi seakan tak peduli lagi dengan nyawa yang masih melekat di raganya. Bahkan jika Tuhan ingin mengambil nyawanya saat ini, mungkin Kamil tak kan keberatan.

Sesampainya di rumah sakit, Kamil langsung menemui Jasmin yang saat ini berada di ruang ICU. Kamil langsung bertanya
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
NingrumAza
Sepertinya begitu kak say.
goodnovel comment avatar
NingrumAza
hihiii iya, Kak Say. Udah menuju ending loh, pantengin terus yaლ⁠(⁠´⁠ ⁠❥⁠ ⁠`⁠ლ⁠)
goodnovel comment avatar
Bella Fitriani
kayaknya si Kamil yg emang udah ngeracun syakila deeh....ini bukti karma dibayar secara lunas
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   191

    Acara pemakaman Jasmin berlangsung dalam satu hari itu. Tak banyak pelayat, sebab tak banyak orang yang memang ia dan adiknya kenal. Apalagi akhir-akhir ini keluarganya begitu tertutup dan jarang bersosialisasi. Saat beberapa pelayat yang mengantar Jasmin ke peristirahatan terakhirnya, Kamil masih setia memegangi tanah merah yang masih basah itu. Air matanya kembali mengalir mengingat betapa menyedihkannya hidup sang adik. Dia masih muda, tetapi hidupnya hanya cukup sampai di sini. Ditambah, sang adik sudah lama tidak bertemu dengan kakak perempuan dan mamanya. 'Ah, bahkan di peristirahatan terakhirmu mama dan kak Yumna tak bisa menyaksikannya. Malang sekali nasibmu, Dek,' batin Kamil. "Istirahatlah yang tenang, Jas. Kakak akan membereskan orang yang sudah membuatmu seperti ini." Kamil memegangi papan nisan bertuliskan nama sang adik. Terus menatap dengan tatapan yang sulit diartikan. Lama menunduk dan nelangsa, Kamil akhirnya beranjak. Ada banyak rencana yang tersusun di kepal

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   192

    "Tenang saja. Polisi pasti akan menutupi masalah ini. Yakin, deh, polisi pasti akan mengatakan kalau Jasmin itu keguguran biasa, apalagi dulu dia pernah mencoba melakukan BunDir, itu semakin menguntungkan kita." Seseorang bernama Rani, yang mengaku ketua geng itu berkata dengan percaya diri."Iya juga, ya. Berarti kita tetap aman 'kan?""Aman, tenang saja."Kelimanya lalu kembali tersenyum simpul sembari melirik satu sama lain, merasa aman dan puas dengan apa yang telah mereka lakukan.Beberapa menit berada di sel, Kamil telah selesai mengemasi barang Jasmin. Dia pun berpamitan untuk pulang pada teman-teman Jasmin dan polisi. Tentunya setelah menyerahkan makanan yang ia bawa.Sepeninggal Kamil, kelima orang yang sering membuat onar mendekati teman-teman sel Jasmin yang sedang membuka kantong pemberian Kamil, lalu merebutnya dengan kasar dan tiba-tiba."Hei, itu milik kami!" seru seorang wanita berbadan kurus."Tapi sekarang sudah berpindah ke tanganku, artinya ini sudah menjadi milikk

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   193

    "Apa ini, Sayang? Kamu dapat dari mana foto-foto itu?" Devan bertanya dengan menahan sabar yang hampir habis."Gak penting aku dapat dari mana. Yang jelas, aku tahu kalau sebenarnya Mas gak tulus sama aku. Atau jangan-jangan ... Kamu yang sudah sengaja mencampur penggugur kandungan ke dalam bubur yang kumakan?! Bukankah penjagaan sangat ketat? Jadi cuma kamu yang bisa melakukan itu!" Syakila mulai berapi-api."Ada apa denganmu? Foto-foto itu fitnah, Sya? Bagaimana mungkin kamu bisa segampang itu mempercayainya?! Dan tuduhanmu sangat tidak berdasar! Mas gak mungkin menggugurkan darah daging Mas sendiri.""Tentu saja supaya kamu bebas menikah lagi dengan Renata kan!""Astaghfirullah, Sya ... Kamu ini kenapa sih? Kenapa bisa berfikir seperti itu?" Terkikis sudah kesabaran Devan."Aku ... Aarrggg ... Aku tidak tahu!" Syakila tiba-tiba menjatuhkan diri di atas kasur sambil menjambak rambutnya sendiri.Kepalanya terasa panas dan rasanya seperti ingin meledak. Penyakit yang sudah lama hilang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   194

    Suster menjawab sembari tersenyum. "Anda bisa tanyakan pada dokter Tommy, beliau mungkin sudah menunggu Anda di ruangannya.""Iya. Tolong jagain mama saya dulu, Sus, saya mau menemui dokter dulu," pinta Kamil."Tentu, Pak, Anda tidak perlu khawatir."Kemudian Kamil dengan langkah cepatnya mencari ruangan dokter yang menangani mamanya.Tak sulit baginya menemukan ruangan itu, sebab rumah sakit itu ibarat rumah keduanya semenjak Yumna dirawat di sana beberapa bulan belakangan.Kamil segera mengetuk pintu begitu sampai di depan pintu dengan plang nama 'Dr. Tommy Kurniawan.'Dia kemudian membuka pintu lalu masuk sesuai instruksi dari dalam."Selamat siang, Dok." Kamil menyapa terlebih dahulu."Siang Pak Kamil, silakan duduk," sahut dokter yang diangguki Kamil, kemudian duduk sesuai perintah, di hadapan dokter itu."Begini, Pak Kamil. Ibu Anda mengalami cedera otak traumatik (TBI), akibat tekanan darah rendah karena perdarahan dan benturan cukup keras di kepalanya. Sehingga setelah sadar,

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   195

    "Aku tunggu di tempat biasa, sekarang!" pungkas Jo yang kemudian mengakhiri panggilan.Sejenak Devan terpekur di sana, mencoba menyatukan pazel demi pazel permasalahan yang menimpanya, tetapi kepala justru hampir pecah. Dia akhirnya memutuskan untuk pergi meski malam sudah menunjukkan pukul sepuluh.Dengan gerakan pelan, Devan kembali masuk ke kamar, mendekati Syakila dan melambaikan tangan di depan wajahnya untuk mengecek apakah istrinya itu sudah terlelap atau belum.Setelah memastikan Syakila benar-benar terlelap, Devan mengganti piyamanya dan pergi ke tempat di mana Jo sudah menunggu. Sepeninggal Devan, mata Syakila terbuka. "Hal apa lagi yang tidak boleh aku ketahui, Mas?" gumamnya sembari memandang pintu yang sudah tertutupIa duduk, menghela napas lelah. Dia seakan tak mengenali Devan yang sekarang. Pesan-pesan dari seseorang itu benar-benar mengubah pemikirannya."Ah, iya, aku baru ingat!" Syakila teringat sesuatu. Dia pun beranjak untuk mengambil gadget miliknya yang ia simp

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   196

    Di sebuah kafe 24 jam, Kamil duduk ditemani secangkir kopi hitam panas yang masih mengepulkan asap. Tangannya mengetuk-ngetuk meja, nampak tak sabar menunggu seseorang. Bibirnya tersungging tipis ketika membayangkan betapa indah hari-harinya esok, ditemani sang pujaan hati."Mas Kamil." Seseorang yang ditunggu akhirnya tiba. Dengan napas ngos-ngosan dia menemui pria berjaket hitam itu sambil mengedarkan pandangan. "Di mana mereka?" tanyanya."Tenang dulu, Sya. Kamu tidak mungkin akan menemukan mereka dalam keadaan panik seperti ini," ujar Kamil."Bagaimana aku bisa tenang. Mas Devan tega melakukan ini padaku.""Baiklah. Tadi aku lihat mereka sudah keluar. Aku curiga, mereka akan pergi ke hotel.""Ap-apa! Hotel? Sudah sejauh itu kah?" Bagai tersayat pisau, dada Syakila sakit dan perih. Raganya seolah tak bertulang mendengar suaminya pergi ke hotel bersama wanita lain."Maaf, Sya. Itu hanya perkiraan saja. Aku tidak bermaksud membuatmu bersedih.""Tidak apa-apa, Mas. Aku hanya ..." Syak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   197

    Hari sudah pagi, tetapi Devan dan orang-orang suruhannya belum juga menemukan keberadaan Syakila. Ibu mertua, kakek dan neneknya tak luput dari khawatir atas hilangnya wanita berhijab yang mereka sayangi."Dev, apa belum ada kabar apapun tentang keberadaan Syakila?" tanya Sukoco saat mereka duduk di ruang tengah."Belum, Bu. Devan gak tahu lagi harus cari ke mana. Hampir seluruh kota Jakarta Devan kerahkan orang untuk mencari, tetapi sampai sekarang masih saja belum ada kabar.""Apa kamu sudah mencarinya di perkampungan? Mungkin saja Kamil sengaja memilih tempat terpencil untuk bersembunyi." Bamantara yang sudah berpengalaman memberikan usulan."Opa benar. Devan tidak kepikiran malah." Devan mengambil handphone dan menyuruh anak buahnya untuk berkumpul di markas. Strategi baru akan ia kerahkan agar lebih mudah menemukan tempat persembunyian Kamil."Aku pergi dulu. Doakan agar Syakila segera ditemukan." Kamil berdiri dan bersiap untuk pergi lagi."Kamu baru pulang, Dev. Kau bahkan belu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   198

    "Shit!" Kamil mengumpat. Dia baru saja mendapat pesan bahwa anak buah Devan sedang menuju tempat persembunyiannya.Dia menyesap sebatang rokok dalam-dalam. Menghembuskan asapnya sampai memenuhi ruangan itu, kemudian beranjak. Dibuangnya batang rokok yang masih menyala, dan menginjak hingga padam. Kakinya terayun mendekati Syakila yang sesenggukan di atas kasur. Setelah drama penyuapan paksa itu, Kamil memberikan hadiah tamparan pada pipi mulus Syakila.Perempuan bermata lentik itu bahkan masih merasa perih sampai sekarang."Apa masih sakit?" Kamil membelai pelan pipi Syakila. "Maafkan aku, ya. Aku tidak sengaja."Syakila tak menjawab. Wanita itu terisak, meringkuk sambil memejamkan mata. Rasanya dia tak sudi melihat wajah Kamil."Bukalah matamu, Sya. Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat."Lagi-lagi Syakila tak mengindahkan. Dia justru merapatkan pejamannya."Aku tidak suka dibantah, Syakila! Tuturi atau aku akan kembali khilaf menyakitimu."Syakila ketakutan. Dia pun perlahan membuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27

Bab terbaru

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   229

    Bamantara segera memanggil dokter. Sementara Sukoco, Amber dan Devan berdiri di sisi ranjang persalinan Syakila."Silakan menunggu di luar. Kami akan segera melakukan tindakan. Cukup suaminya saja yang berada di sini," ucap dokter sesaat setelah ia memeriksa pembukaan Syakila yang sudah genap."Baik, Dok." Mereka semua keluar, menyisakan Devan yang gemetar menemani Syakila.Dibantu beberapa perawat, dokter perempuan spesialis kandungan mengarahkan Syakila untuk mengatur napas.Suara erangan Syakila terus menggema di ruang bersalin. Devan tidak melepaskan genggaman tangannya, matanya memerah, dan hatinya penuh doa yang tak putus. Keringat deras membasahi dahi Syakila, tetapi semangatnya tak tergoyahkan."Sayang, kamu kuat. Sebentar lagi selesai," bisik Devan, suaranya bergetar menahan rasa cemas yang menyelubungi hatinya.Dokter memberi isyarat kepada Syakila untuk kembali mendorong dengan tenaga terakhir. "Ayo, Bu, sekali lagi! Tarik napas dalam dan dorong sekuat tenaga!"Dengan satu

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   228

    Mendengar teriakkan Renata, seketika membuat Devan dan ibunya panik. Sementara dokter segera mengambil tindakan dengan memberikan obat penenang. Terpaksa hal itu harus dilakukan kembali karena keadaan Renata yang belum bisa stabil mengontrol dirinya.Perlahan tapi pasti, teriakan Renata melemah dan akhirnya dia terbaring dengan mata terpejam di tempat tidur."Kira-kira, apa Renata bisa sembuh, Dok?" tanya Sukoco setelah mereka berada di luar ruangan."Semua kemungkinan tetap ada, Bu. Kita hanya bisa berusaha, selebihnya Tuhan yang akan menentukan," sahut dokter."Lakukan yang terbaik untuk Renata, Dok. Saya serahkan pada tim dokter di sini sembari membantu dengan doa," timpal Devan."Tentu, kami akan melakukan yang terbaik untuk pasien.""Terima kasih. Kalau begitu, kami pamit dulu, Dok. Kalau ada apa-apa, jangan sungkan untuk menghubungi saya.""Baik, Pak Devan. Terima kasih kembali."Kemudian mereka berpisah di lorong yang berbeda tujuan. Devan dan Sukoco berjalan pulang, sementara

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   227

    Suasana mendadak sunyi seakan menunggu jawaban Devan. Entah karena memang ingin mengetahui kabar Renata, atau karena bingung dengan reaksi Devan yang berubah mimik ketika ibunya bertanya, semua yang duduk lesehan di ruang tengah menatapnya.Menghembuskan napas panjang, Devan pun akhirnya menjawab setelah beberapa saat terdiam, "Renata sekarang berada di rumah sakit, Bu. Keadaannya tidak baik-baik saja.""Innalillahi ... Apa dia sakit di penjara?" Dengan keterkejutan yang tak dapat disembunyikan, Sukoco kembali bertanya."Devan juga kurang tahu, Bu. Rencananya besok Devan akan menjenguk untuk melihat keadaannya. Semoga dia baik-baik saja.""Kasihan sekali dia. Lalu, apakah Rosa tahu kalau Renata sakit?""Sepertinya belum, karena Tante Rosa sudah lama pindah dan Devan tidak tahu tempat tinggalnya yang baru."Sukoco mendesah pelan. Rasa iba seketika menghinggapi mengingat Renata pernah tinggal bersamanya. Meskipun akhir-akhir ini sikap gadis itu melewati batas, tetapi Sukoco tahu bahwa s

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   226

    "Maafkan aku, Veen. Aku gak tega menyembunyikan dari mereka, terlebih kamu harus melewatinya hanya bersama Mas Devan. Ya, meskipun aku tahu, kalian pasti bisa melewati semuanya," terang Nita menyela ucapan Syakila.Sahabatnya itu benar-benar tak tega saat menjenguknya beberapa waktu lalu di rumah sakit, sehingga keceplosan bilang pada Bamantara saat bertemu di butik. Nita pikir, dengan adanya do'a dari keluarganya, mungkin bisa mengurangi rasa sakit Syakila."Jangan salahkan Nita, Nak. Kita yang memaksanya untuk bicara," timpal Bamantara, memandang cucu angkatnya dengan sendu. Rasanya tak tega melihat wanita itu diuji terus menerus sejak dulu. Walaupun cuma cucu angkat, tapi Bamantara benar-benar menyayanginya."Lagian, kenapa kamu menyembunyikannya dari kami, hem?" tanya Amber sembari mengusap kepala Syakila.Istri dari Devan itu hanya menunduk. "Kila hanya tidak ingin terus menerus menambah beban pikiran kalian," lirihnya."Apa yang kamu katakan, Sayang. Kamu ini bukan beban, tapi k

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   225

    Devan meletakkan ponselnya di meja dengan tangan bergetar. Napasnya terasa berat, dan pikirannya dipenuhi kekhawatiran yang membingungkan. Wajahnya pucat, membuat Syakila semakin cemas.“Mas, apa yang mereka katakan?” tanyanya dengan nada panik.Devan menghela napas panjang sebelum menjawab. “Polisi bilang... Renata dalam kondisi buruk di penjara. Dia sering membuat keributan, dan itu membuat dia harus ditempatkan di ruang isolasi dan kemungkinan akan dipindahkan ke tahanan rumah sakit kejiwaan. Mereka minta aku datang.”“Astaghfirullah. Kenapa bisa begitu, Mas?" ucap Syakila tak kalah terkejut."Mas juga gak tahu, Sayang. Mas akan telepon Pak Herman saja untuk mengurusnya."Syakila tertegun sejenak. Ia tak tega melihat suaminya dilanda banyak masalah dan tanggung jawab. Andai bisa, ia ingin sekali membantu, tetapi kondisinya yang lemah mungkin hanya akan memperburuk keadaan. Untuk itu Syakila ingin mengurangi beban pikiran suaminya dengan pulang dan istirahat di Jakarta saja supaya l

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   224

    Renata duduk di sudut ruangan. Tubuhnya yang dulu anggun kini hanya menyisakan bayang-bayang kesengsaraan dengan rambutnya yang kusut."Mas Devan... tolong aku," lirihnya, hampir tak terdengar. Namun, suara itu terus diulang-ulang, seolah menjadi satu-satunya pegangan di tengah kegelapan.Para narapidana lain di sel besar itu menatapnya dengan berbagai ekspresi. Ada yang iba, tapi lebih banyak yang mencemooh. Salah satu dari mereka, wanita bertubuh kekar dengan tato di lehernya, mendekat sambil menyeringai."Kau pikir orang yang kau sebut namanya itu akan menyelamatkanmu? Hah! Kau ini cuma boneka yang sudah dibuang. Lihat dirimu sekarang!" Wanita itu meludahi tanah, matanya memandang Renata dengan jijik.Renata memejamkan matanya, mencoba mengabaikan ejekan itu. Tapi pikirannya tak bisa berhenti memutar ulang ingatan tentang Devan. Pria itu—satu-satunya yang dia anggap mampu menyelamatkannya dari tempat ini."Mas Devan pasti akan datang," gumam Renata. Suaranya nyaris tak terdengar, t

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   223

    Meski sudah berbulan-bulan tak sadarkan diri, kakak kandung almarhum Kamil itu masih sangat mengenali pria gagah di hadapannya. Pria yang dulu begitu didambanya, tetapi pada akhirnya dia harus merelakan ia berjodoh dengan yang lain meskipun awalnya penuh ketidakrelaan."Syukurlah akhirnya kamu sadar, Yum. Bagaimana perasaanmu sekarang? Apa yang kamu keluhkan?" Devan memberondong Yumna dengan pertanyaan setelah dokter selesai memeriksanya.Tak menjawab, Yumna menyunggingkan senyum tipis. Dokter kemudian menjelaskan bahwa kondisi Yumna sudah lebih baik, hanya saja ada beberapa hal yang ingin dokter sampaikan pada Devan tetapi tanpa sepengetahuan Yumna. Melalui sebuah kode, dokter itu menyuruh Devan untuk ikut dengannya ke ruangan."Kamu istirahatlah, aku keluar dulu," ucap Devan. Yumna mengangguk lemah.***"Maaf sebelumnya, apakah Anda suami dari pasien?" tanya dokter ketika mereka sudah berada di ruangan konsultasi."Bukan, Dok. Saya temannya. Atas permintaan almarhum adiknya, saya ya

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   222

    Di lorong rumah sakit, Devan duduk termenung di salah satu bangku, menggenggam secangkir kopi yang sudah dingin. Pikirannya berkelana, memikirkan dua wanita yang kini menjadi tanggung jawabnya—Sundari dan Yumna. Pesan terakhir Kamil masih terngiang jelas dalam ingatannya."Tolong jaga mamaku yang sedang struk, juga Kak Yumna yang masih koma."Suara langkah kaki membuat Devan menoleh. Perawat yang tadi menangani Sundari datang menghampirinya."Pak Devan, saya sudah memeriksa keadaan Bu Sundari. Sejauh ini stabil, tapi... sepertinya beliau sangat berharap Pak Kamil datang," ujar perawat itu hati-hati.Devan mengangguk lemah. "Saya mengerti. Saya akan mencari waktu yang tepat untuk bicara dengannya."Perawat itu ragu sejenak sebelum melanjutkan. "Saya yakin Pak Kamil ingin yang terbaik untuk keluarganya. Tapi beban ini tentu tidak mudah bagi Anda. Jika butuh bantuan, kami di sini siap mendukung."Devan tersenyum tipis, merasa sedikit terhibur oleh perhatian perawat itu. "Terima kasih. Sa

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   221

    Beberapa saat kemudian, perawat yang tadi berjanji kembali memasuki ruangan. Wajahnya tampak sedikit tegang, tapi dia mencoba tersenyum agar tidak menambah kecemasan pasiennya."Ibu, saya sudah coba hubungi Pak Kamil," katanya lembut.Sundari, yang terbaring di tempat tidur, berusaha menggerakkan bibirnya untuk bertanya. Namun, hanya gumaman lemah yang keluar. Perawat itu segera mendekat, menggenggam tangan Sundari dengan hati-hati."Pak Kamil sedang sibuk, Bu. Tapi beliau titip pesan bahwa beliau sangat sayang sama Ibu dan akan segera datang jika urusannya selesai," lanjutnya dengan suara penuh kebohongan yang terdengar begitu tulus.Mata Sundari sedikit berkaca-kaca. Meskipun tidak bisa berkata-kata, ia mencoba menunjukkan rasa terima kasih dengan menggenggam lemah tangan perawat tersebut."Tenang saja, Bu. Saya akan pastikan Ibu tetap sehat supaya bisa bertemu beliau nanti," ucap perawat itu sambil menyeka sudut matanya yang mulai basah.Namun di dalam hatinya, perawat itu merasa s

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status