Derrian duduk termenung di depan meja dengan tumpukan surat berharga di tangannya. Mata sahabat-sahabatnya, Ageng, Bryan, dan Cyrus, tertuju padanya, menunggu jawaban setelah mendengar semua penjelasannya. Di ruangan itu, suasana terasa tegang, campuran antara rasa bingung dan tanggung jawab yang membebani bahu Derrian.Ageng menghela napas panjang, memecah kesunyian. "Kalau dibilang sisa, ini masih banyak," ucap Ageng sambil menatap surat-surat berharga yang baru saja diterima Derrian dari ayahnya. "Lalu apa yang membuatmu ragu?"Derrian mengusap wajahnya yang lelah, mencoba menyusun kata-kata. "Melissa tidak mau menerimanya. Prinsip dia, kalau kita mau uangnya, berarti harus mau sama orangnya juga. Dan dia merasa belum siap untuk hidup bersama kedua orang tuaku." Jawab Derrian dengan jujur. Dia tahu, jika ingin mendapatkan masukan yang berarti dari sahabat-sahabatnya, dia harus terbuka sepenuhnya.Ageng, Bryan, dan Cyrus saling bertukar pandang, merenungi situasi rumit yang sedang d
Read more