Ageng berdiri di dekat jendela ruangannya, menatap keluar dengan tatapan kosong. Matahari senja memancarkan cahaya keemasan, menciptakan bayangan panjang di lantai kayu. Dari balik kaca, ia melihat hiruk-pikuk kota yang tidak pernah tidur. Kendaraan yang berderet, orang-orang yang berlalu-lalang, seolah tidak ada yang peduli pada kekacauan yang melanda pikirannya.Ageng mendesah kasar menatap meja kerjanya. Biasanya jika semua pekerjaan sudah selesai, Ageng akan segera pulang. Bahkan saat pekerjaan belum selesai pun kadang Ageng lebih memilih untuk membawanya pulang agar bisa segera bertemu dengan sang istri. Tetapi tampaknya ada hal yang cukup mengganjal hati Ageng saat ini, hingga membuatnya lebih memilih sejenak berpikir untuk menentukan langkah selanjutnya.Ageng merasa perlu untuk membicarakan hal ini bersama Queen. Terasa dihadapkan kepada sebuah dilema, Ageng tidak ingin membebani pikiran Queen, sudah terlalu banyak beban hidupnya selama ini. Tetapi jika dia diam, takut akan ad
Baca selengkapnya