Jika ada yang mengira jika Zachary akan menyerah setelah semua rencana gagal, itu salah. Dalam diam, dia melihat situasi, mencoba menggali apa pun yang bisa dijadikan senjata untuk menyakiti Rania yang sebenarnya sudah sangat sakit.Satu rencana sudah dia kerjakan, kini dia sedang mencoba merayu dan memanfaatkan gadis lugu yang sedang membutuhkan perhatian. Jika sejak kelahiran Victiria, dia sama sekali tidak ingin menggendong atau pun peduli kepada adik tirinya itu, kini dengan suka cita justru dia yang mencari dan akan mendekatinya.Sudah beberapa hari Zachary membuntuti Victoria untuk mengetahui apa saja yang dia lakukan. Dari dalam mobilnya, Zachary memperhatikan Victoria dari kejauhan, tersenyum menyeringai sambil menggelengkan kepala tidak percaya. Dengan mata kepalanya sendiri, Zachary menyaksikan kegilaan dan kenekatan adik tirinya yang terlihat sangat agresif dalam mengejar cinta seorang pria.“Darah jalang sepertinya mengalir begitu kental di tubuhmu,” gumam Zachary saat men
“Sedang sibuk, Pak Boss?”Ageng langsung mengalihkan perhatian ke arah sumber suara. Senyum mereka di bibir Ageng, lalu dia pun mengabaikan berkas-berkas di hadapannya dan menyambut kedatangan Erick, sahabatnya yang selama ini tinggal di Australia. Dua sahabat itu saling berpelukan sebentar, mereka tampak sangat bahagia.“Kemarin aku sempat tidak percaya saat Queen bilang baru saja ngumpul sama Megan.” Setahu Ageng sahabatnya itu layaknya budak cinta yang tidak bisa terpisahkan. Kemana saja mereka selalu bersama. “Pulang ke Indonesia mengapa tidak memberi kabar?”“Karena memang rencananya cuma sebentar, takutnya sudah woro-woro tapi nggak bisa ngumpul bareng,” jawab Erick apa adanya. Mereka sudah saling memahami kesibukan masing-masing.Erick menatap wajah Ageng dengan senyum yang sulit diartikan, lalu dia menghembuskan napas secara kasar.“Maaf,” ucap singkat Erick, setiap kali mengingat sikapnya yang lebih mendukung hubungan Ageng dengan Davianna di masa lalu, selalu meninggalkan ra
Ageng berdiri di dekat jendela ruangannya, menatap keluar dengan tatapan kosong. Matahari senja memancarkan cahaya keemasan, menciptakan bayangan panjang di lantai kayu. Dari balik kaca, ia melihat hiruk-pikuk kota yang tidak pernah tidur. Kendaraan yang berderet, orang-orang yang berlalu-lalang, seolah tidak ada yang peduli pada kekacauan yang melanda pikirannya.Ageng mendesah kasar menatap meja kerjanya. Biasanya jika semua pekerjaan sudah selesai, Ageng akan segera pulang. Bahkan saat pekerjaan belum selesai pun kadang Ageng lebih memilih untuk membawanya pulang agar bisa segera bertemu dengan sang istri. Tetapi tampaknya ada hal yang cukup mengganjal hati Ageng saat ini, hingga membuatnya lebih memilih sejenak berpikir untuk menentukan langkah selanjutnya.Ageng merasa perlu untuk membicarakan hal ini bersama Queen. Terasa dihadapkan kepada sebuah dilema, Ageng tidak ingin membebani pikiran Queen, sudah terlalu banyak beban hidupnya selama ini. Tetapi jika dia diam, takut akan ad
Davianna menatap suasana kafe yang terkesan apa adanya dan sangat murahan. Dia hampir tidak percaya seorang Zachary Wijaya salah satu anak dari pemilik perusahaan Surya Jaya Abadi, mengajaknya bertemu di tempat yang sangat seperti ini.“Kau tidak salah memilih tempat?” Tanpa rasa sungkan Davianna melontarkan pertanyaan.“Saya rasa ini tempat paling aman buat kamu, jika kita memilih tempat yang lebih baik dari tentu akan menarik perhatian public.”Davianna mengangguk pelan membenarkan jawaban Zachary. Sampai saat ini Davianna merasa belum siap secara terang-terangan tampil di depan public.Semantara itu, Victoria dan Rey menatap tamu baru itu dengan kaget. Keduanya mengenali Davianna, bukan hanya karena berita yang sempat viral beberapa saat yang lalu, tetapi juga karena kecantikannya yang sempat menjadi brand amasador beberapa produk yang cukup laris.Meski baru diterpa masalah yang tidak bisa dikatakan kecil, tetapi Davianna tetaplah wanita dengan aura percaya diri yang memancar. Dia
Ageng mengusap punggung tangan Queen dengan lembut, matanya berkaca-kaca. Queen menatap suaminya dengan tatapan penuh tanya, dan hati yang berdebar tak menentu.“Davi kembali?” Entah mengapa air mata tiba-tiba menetes. “Apa itu artinya kau akan kembali kepadanya?” tanya Queen sambil mengusap perutnya yang sudah mulai menyembul.Ageng menggeleng pelan. "Bukan begitu, Queen. Hubunganku dengan Davi benar-benar sudah berakhir. Tapi...""Tapi apa?" Queen mendesak, suaranya bergetar.Ageng menarik napas panjang, mencoba meredakan gejolak di dadanya. Dia kemudian menceritakan pertemuannya dengan Erick dan apa yang diceritakan Erick tentang Davianna. Tentang apa saja yang dilakukan oleh Davianna selama di London. Ageng tidak ingin Queen bernasib seperti Aletha, yang mengalami koma begitu lama karena adanya masalah saat melahirkan.Queen mendengarkan dengan saksama, tanpa memotong pembicaraan Ageng. Setelah Ageng selesai, Queen meremas tangan suaminya dengan lembut. Bukan takut, tetapi tentu s
Surya Wijaya menatap wajah pucat Rania yang sudah tertidur lelap. Pertanyaan tentang siapa yang telah memberikan foto-foto itu kepada Rania masih mengganggunya. Surya Wijaya yakin, orang itu tidak bertujuan baik memperingatkan mereka sebagai orang tua Victoria, tetapi memang bertujuan untuk mengganggu mental Rania selama menjalani pengobatan. Jika tujuannya demi kebaikan keluarga Wijaya, tentu foto-foto itu akan diserahkan kepadanya.Hal lain yang menguatkan dugaan Surya Wijaya adalah disertakannya bukti-bukti kejahatan yang Rey lakukan kepada Queen. Menyaksikan anak-anaknya yang saling menjatuhkan, membuat Rania merasa bersalah dan menjadi orang yang tidak berguna, dan hal itu menjatuhkan semangat Rania untuk sembuh dari penyakitnya.Sejauh ini hanya Zachary yang dicurigai oleh Surya Wijaya. Tidak habis cara putra sulungnya untuk menghancurkan Rania. Dahulu, Zachary pernah berusaha menjatuhkan restoran milik Rania dengan membayar seorang influencer untuk memberi review negatif terhad
Setelah semua yang terjadi, tidak mungkin bagi Davianna untuk mendatangi Ageng langsung ke kantornya. Bukan hanya karena akan menarik perhatian publik, tetapi juga karena di gedung itu ada anggota keluarga Wardana yang lain. Davianna tidak siap jika harus menghadapi mereka sendiri.Hingga akhirnya dia memilih untuk memulai aksinya dengan mengajak Queen bertemu secara langsung. Dan di sinilah Davianna sekarang, duduk menikmati secangkir kopi sambil menunggu kedatangan Queen.Queen melangkah masuk ke dalam kafe, mencari wajah yang dikenalnya. Setelah beberapa detik, ia melihat Davianna duduk di sudut ruangan, mengaduk-aduk kopinya dengan sendok perak kecil. Senyum Queen mengembang, berusaha menyembunyikan kegugupannya."Siang," sapa singkat Queen dengan penuh percaya diri.Sementara itu Davianna diam tertegun melihat penampilan Queen sekarang. Sungguh jauh berbeda dengan gadis yang pernah dia temui satu tahun yang lalu. Penampilannya menunjukkan betapa banyak yang telah berubah, tidak h
“Apa yang telah kalian lakukan saat menjadi pasangan kekasih?” Ageng mendesah gusar, entah bisa apa yang telah disemburkan oleh Davianna hingga Queen melontarkan pertanyaan yang penuh curiga seperti itu. Sungguh Ageng dibuat bingung menjawabnya. Queen meraih tangan Ageng dan menggenggamnya dengan erat. Ĺp“Setiap orang punya masa lalu, saat aku menerimamu sebagai suamiku, aku terima semua masa lalumu, asal kau jadikan aku masa depanmu.” Terdengar menenangkan, tetapi tatap mata Queen tetap menuntut jawab dari Ageng. “Seperti orang pacaran lainnya,” jawab Ageng yang sebenarnya enggan untuk pmengingat kembali segala sesuatu yang berhubungan dengan Davianna. “Jujur … kami pernah hampir lepas kendali.” “Hampir?” Queen memburu jawaban, antara penasaran dan tidak percaya. Queen seperti sedang menggoreskan luka ke hatinya sendiri. Membicarakan masa lalu sang suami dengan mantan, dengan sendirinya menimbulkan rasa cemburu. “Saat dia akan pergi ke London, kami hampir saja melakukannya,” ja