Semangkuk bubur hangat berada di atas nampan bersama sup jagung. Aromanya membuat Aluna semakin lapar. Terlebih selama menikah ini, Aluna sudah mengetahui citra rasa masakan Bima memang tidak main-main. Sangat pas di lidahnya. Hidangan untuk sarapan itu jelas membuatnya tersiksa atas dua pilihan; memakan masakan itu mengabaikan gengsi, atau sebaliknya. Tetap memberi makan 'gengsi' dengan menolak makanan itu semua. Bima yang berdiri di depan ranjang tampaknya menyadari kebimbangan Aluna. "Dimakan aja, lagipula kamu lagi sakit. Kalau sudah sembuh, kita ikutin keinginan kamu buat masak sendiri-sendiri," kata Bima cukup logis. Aluna yang mendengar ucapan Bima spontan melirik kakinya. Sudah tidak bengkak, tetapi masih sakit dibawa berjalan. DOMS memperumit semuanya, sebab sekarang bukan hanya kaki terkilirnya yang sakit tetapi seluruh tubuhnya. Mengangguk, Aluna putuskan menerima 'kebaikan' Bima. "Aku bantu ....""Enggak usah," tolak Aluna secara halus. "Aku bisa sendiri."Aluna sebi
Read more