Semua Bab Dibuang Keluarga, Dinikahi Pewaris Terkaya: Bab 51 - Bab 60

175 Bab

Bab 51 - Di Bawah Kelam Langit Abu-abu

Prims menghela napasnya dengan sedikit dalam sebelum dia kembali memandang Jodie, “Kenapa dia tidak memintaku saja yang pergi dari rumah?” tanyanya yang membuat Jodie menunjukkan senyum, menunggu Prims selesai bicara. “Kenapa dia yang harus pergi?”“Tuan Arley bilang jika di luar sana belum tentu aman untuk Nona Primrose sehingga tuan membiarkan Nona ada di sini yang bisa dijamin keamanannya. Tuan hanya tidak ingin Nona seperti yang terakhir kali ditemukannya,” jawab wanita paruh baya yang mengenakan pakaian serba hitam dan rambut sebahu itu.Prims terhening selama beberapa saat sebelum tangan Jodie yang terasa hangat menyentuh punggungnya, “Apakah Nona Primrose sekarang sudah baik-baik saja?”Melihat wajahnya yang tampak cemas membuat Prims dengan cepat memberinya jawaban dengan anggukan kepala, “Iya, Bu Jodie.”Wanita itu menunduk, menyembunyikan matanya saat Prims masih tak berpaling darinya, “Saya minta maaf kepada Nona Primrose, saya juga bersalah untuk sudah ikut merahasiakan pe
Baca selengkapnya

Bab 52 - Ini Perihal Tujuh Tahun Yang Lalu

Prims melihat sesaat keraguan di mata Jayden, seperti pemuda itu sedang melakukan tindak kriminal dengan datang ke sini, yang jelas tidak mengatakannya pada Arley. “Pak Arley,” katanya begitu panggilan mereka tersambung. Prims tidak mendengar suara Arley atau apa yang dikatakan oleh pria itu dari seberang telepon. Tetapi dia pasti menanyakan di mana keberadaan Jayden sekarang ini. “Aku ada di rumah mamaku. Pak Arley ada perlu denganku?” Keheningan kembali terjadi selama beberapa detik sebelum Jayden kembali bersuara, “Baiklah, aku tutup panggilannya kalau begitu.” Panggilan mereka mati, Jayden meletakkan ponselnya kembali ke atas meja dan menunduk penuh dengan sesal di hadapan Prims. Ia tampak menghela napasnya sebelum suaranya yang terkesan dalam, menghancurkan keheningan sepersekian detik yang bergulir di antara mereka, “Nona Primrose ingin membicarakan sesuatu dengan saya?” tanyanya. “Iya,” jawab Prims singkat, dengan seulas senyum yang terlihat getir. Yang barangkali terkes
Baca selengkapnya

Bab 53 - Sangkaan Yang Patah

Prims menatap Jayden dengan ketidakpercayaan yang bersemayam di dalam dirinya. Dia menutup mulutnya dengan sebelah tangan yang terasa kebas. Jemarinya seperti menghalau air mata agar tak berlinangan di pipinya tetapi itu justru malah menimbulkan muara. Tergenang sekali lagi mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Jayden. “Ibuku yang menabrak Arley terlebih dahulu?” tanya Prims sekali lagi, memperjelasnya. “Iya, Nona,” jawab Jayden tanpa keraguan, kepalanya mengangguk saat Prims seperti sedang membeku di tempat ia duduk, “Sungguh seperti itu?” tanyanya. “Sungguh ibuku yang pertama kali menabrak dan bukan Arley?” “Benar.” “Bagaimana bisa itu terjadi, Jay?” Suaranya terdengar parau, kepalanya terasa pening melihat sepasang mata Jayden yang tampak tak menunjukkan seberkas kebohongan. Apa yang dilihat oleh Prims itu adalah sebuah kelegaan karena dia mengatakan kejujuran. “Saya juga tidak tahu, Nona,” jawabnya dengan nada bicara yang lebih rendah. “Saat itu situasinya sangat rumit.
Baca selengkapnya

Bab 54 - Beban Bagimu?

Prims berkutat dengan pertanyaan yang tumbuh di dalam dirinya, mengapa ayahnya melakukan itu? Mengapa tubuh ibunya tidak boleh diautopsi? Bukankah itu sangat mencurigakan?Dan dia bahkan tidak tahu sama sekali soal itu, sepertinya itu menjadi rahasia selama hampir satu windu kepergiannya sebelum Jayden membawanya menyeruak ke permukaan.Prims tidak menyangka jika pertemuannya dengan Jayden akan mengungkap banyak hal yang tak ia ketahui dan menjadi benang kusut susulan yang membuatnya bingung.Ayahnya, Aston Harvey pernah mengatakan pada Prims jika kecelakaan itu ‘sedikit tidak wajar’, tetapi jika demikian, mengapa dia menolak autopsi? Bukankah proses itu akan membuat mereka mengetahui penyebab yang sebenarnya?Prims benar-benar tidak tahu apa yang terjadi di belakang sana, mengapa sekarang ada banyak persoalan yang timbul?“Apa itu benar, Jay? Apakah ayahku menolak autopsi?” tanya Prims setelah ketegangan sedikit memudar dari otot-otot jantungnya.“Benar, Nona. Mengingat dari rekaman
Baca selengkapnya

Bab 55 - Sesak Teruraikan

“Primrose,” panggil Ellen yang membuat Prims tersadar saat itu juga.“Iya, Bu Ellen?”“Apa yang terjadi pada ibumu?” tanyanya dengan isyarat mata agar Prims meneguk sedikit teh yang ada di dalam cangkir.Prims melakukan itu, sedikit saja untuk membuatnya tenang karena rasanya dia baru saja diselubungi oleh ketegangan yang tak berakhir. Dia menghela napasnya sebelum memutuskan untuk menjawab Ellen, “Sepertinya saya menemukan sedikit kebenaran dari kecelakaan itu,” katanya degan memandang Ellen yang antusias dengan apa yang sedang dia sampaikan. “Meski itu agak ... sedikit menyakitkan karena saya sempat menyalahkan Arley,” lanjutnya kemudian menunduk.Menatap pada teh yang ada di dalam gelas yang bau chamomile, teh yang disukai oleh Arley.“Kenapa bisa begitu, Sayang?” tanya Ellen dengan keibuan, jemarinya yang mulai keriput mengusap rambut Prims dengan lembut.“Karena saya berpikir bahwa Arley adalah pelaku yang menabrak ibu saya sampai meninggal hanya karena dia menjadi pengemudi mobi
Baca selengkapnya

Bab 56 - Pertemuan Kembali, Sepekan Menguras Hati

Prims merapatkan coat yang ada di punggungnya, bau wangi Arley segera menghinggapi cuping hidungnya. Mereka saling tatap dalam kebekuan yang menghampiri hingga Prims mendengar Arley yang lebih dulu bertanya, “Apa kabar?” Ekspresi Arley terlihat hampa seolah rasa sakit tidak akan bisa disembuhkan seiring berjalannya waktu. Prims yang tak ingin membuatnya terkatung tanpa jawaban segera mengangguk dan menjawabnya, “B-baik kok.” Ia menggigit bibirnya, kegugupan sedang meluap-luap di dalam dadanya, membuat otot perutnya membeku dan berdebar tanpa ampun. “Aku baik-baik saja,” lanjut Prims yang membuat kedua sudut bibir pria yang ada di hadapannya ini terangkat mengukirkan seberkas senyuman. Prims nyaris saja menghancurkan kecanggungan di antara mereka dengan juga menanyakan kabar apakah Arley baik-baik saja. Tetapi hal itu ia urungkan saat ia melihat pria lain yang muncul dari belakang Arley. Dia berdiri terpaku selama beberapa detik melihat Arley dan juga Prims yang berada di depan kafe
Baca selengkapnya

Bab 57 - Dugaan-dugaan

“Nona, anda ingin masuk ataukah tidak? Jangan berdiri di tengah jalan!” tegur seorang pria yang membuat Prims mengalihkan pandangannya dari Arley dengan cepat pada seseorang yang keluar dari pintu kaca tempat ia berdiri menghalangi jalan. “I-iya, maaf. Saya akan masuk,” ucap Prims dengan gugup, sekilas menoleh kembali pada Arley yang menahan senyumnya melihat wajah panik Prims. Hal yang beberapa hari ini tak ia jumpai, padahal kepanikan Prims yang terkesan lucu baginya itu adalah sebuah hiburan. Ia memandang gadis itu yang sesaat kemudian menghilang di balik pintu buram kafe. ‘Siapa yang akan dia temui?’ pikirnya dalam hati. Tidak mungkin itu adalah Richard karena Arley tidak menjumpai wajah teman lama Prims itu di dalam sana. Sementara itu di dalam kafe, Prims mengedarkan pandangannya mencari di mana wanita bernama Sonia York itu. Beliau menyebut jika dirinya tengah mengenakan blouse warna putih dan duduk di sudut ruangan. Pada diagonal yang tak jauh dari pohon bonsai artificial,
Baca selengkapnya

Bab 58 - Apakah Itu Tangan Yang Sama?

Sesak napas Prims seolah sedang menyeretnya dalam ambang kematian jika asumsi yang dia sampaikan itu benar adanya. Dia meremas jemarinya hingga terasa sakit sebelum Sonia memintanya untuk minum dahulu. Prims menyesapnya untuk meredakan gejolak yang bergemuruh di dalam benaknya. Kemudian kembali menatap Sonia yang menyetujui apa yang baru saja disampaikan oleh Prims, “Memang ada kemungkinan begitu, Prims. Apalagi setelah kecelakaan itu tidak ada upaya hukum yang dilakukan oleh ayahmu.”Prims terasa membeku mendengar hal tersebut. ‘Bagaimana bisa?’ pikirnya dalam hati. Padahal ayahnya jelas-jelas pernah mengatakan jika kecelakaan itu terasa janggal.“Sepertinya ayahmu memiliki utang pada seorang lintah darat,” ujar Sonia yang membuat kedua alis Prims terangkat seketika.“Utang pada lintah darat?” ulangi Prims yang bersambut anggukan dari Sonia.“Iya, dan tidak memberi tahukan kepada ibumu sampai masalah itu berlarut. Dia membutuhkan uang untuk membayarnya dan baru beberapa saat setelah
Baca selengkapnya

Bab 59 - Deja Vu

“Jangan kurang ajar kamu!” hadik Aston dengan jari telunjuk yang mengarah pada Prims. Mengabaikan beberapa pengunjung yang menyaksikan mereka berseteru lengkap dengan kekerasan yang terjadi di sana.Prims tidak ingin disebut sebagai anak kurang ajar sehingga dia memutuskan untuk bangkit dan menjawab sang ayah, “Apakah aku jauh lebih kurang ajar dari Papa?” tanyanya dengan suara yang gemetar. Ia bisa merasakan panas yang bergejolak di dalam dadanya sekaligus panas yang menyinggahi pipinya, bekas tamparan dari Aston.“Jika apa yang aku katakan itu salah, Papa tidak akan marah seperti ini dan menjelaskannya dengan baik, tapi sekarang itu tidak perlu. Aku sudah mengetahui jawabannya,” ucap Prims kemudian membawa langkah kakinya untuk pergi dari sana.Aston mengikutinya dari belakang seraya memanggil namanya, tapi Prims tidak menoleh ke belakang sama sekali. Pria itu menahan diri untuk tidak melakukan apapun hingga mereka telah berada di luar restoran.“PRIMROSE!” teriakan Aston membuat
Baca selengkapnya

Bab 60 - Meriang

Dingin, sepertinya tubuh Prims membeku. Dia membuka matanya dan menatap langit-langit kamar yang temaram. Tangannya menggapai selimut untuk menutupi tubuhnya yang terasa kedinginan. Tetapi ternyata ... selimut telah berada di sana.Ia mengedarkan pandangannya, ini adalah kamar di dalam rumah besar milik Arley.Saat dia mencoba mengingat apa yang terjadi kepadanya, Prims melihat bayangan nisan salib milik Jasmine yang ia peluk sebelum ia kehilangan kesadarannya.Harumnya mawar putih yang tadi ia hirup dari buket bunga yang ia beli, perlahan tersisih saat Prims melihat seorang pria yang berdiri di tepi ranjang dengan tatapan matanya yang terlihat lega.Arley, ia baru saja melangkah dan berhenti di samping ranjang. Kehadiran dan wangi tubuhnya menyinggahi cuping hidungnya dan membuat Prims tahu bahwa apa yang sedang terjadi padanya sekarang ini bukan sebuah halusinasi.Ia perlahan bangun dari tidurnya, menyentuh keningnya yang tak sepanas tadi pagi saat ia mengunjungi makam Jasmine.Ia s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
18
DMCA.com Protection Status