Semua Bab Suami Preman Ternyata Sultan: Bab 11 - Bab 20

230 Bab

11. Mantan

Meski dalam keadaan letih, senyum di wajah Qizha tetap tampil. Langkahnya tersendat saat melihat keberadaan Qasam di warung yang akan dia tuju. Satu- satunya warung yang paling dekat hanya itu. Jika ia harus berjalan lebih jauh lagi menuju warung di depan, maka ia pasti akan lebih lelah. Tenaganya sudah terkuras berjalan di bawah terik matahari. Maka lebih baik ia berbelanja di warung itu saja. Ia kembali melanjutkan langkah memasuki warung sembako yang menyatu dengan kedai kopi.Semoga saja Qasam tidak membuat ulah lagi."Beli apa, Zha?" tanya Bu Senen menyambut kedatangan Qizha dengan ramah.Qizha menyebut daftar belanjaan yang ia butuhkan sesuai catatan di kertas.Bu Senen mengambilkan barang- barang yang disebutkan. "Pulangnya barengan sama suami aja, Zha. Pasti capek jalan kaki kan? Tuh, suamimu kebetulan ada di sini," ucap Bu Senen.Qizha menoleh pada Qasam, mendadak bulu kuduknya merinding. Takut akan mendapati tatapan sangar suami. Namun dugaannya keliru, ia tidak mendapati
Baca selengkapnya

12. Dibela Suami Preman

Motor yang tadinya mogok, sudah baikan setelah diotak- atik oleh Qasam. Bruk!Tubuh Arsen terserempet motor Qasam, ia terhuyung. Untungnya masih bisa mempertahankan tubuh supaya tetap tegak berdiri.Qasam segera turun dari motor dan menghampiri Arsen.Bugh!Kepalan tinjunya menghantam wajah Arsen, membuat tubuh Arsen langsung jatuh ke tanah.“Apa yang kau lakukan dengan istriku? Kenapa kau pegang tangannya, hm?” Qasam menunjuk- nunjuk ke arah Arsen.Qizha takut melihat aksi pemukulan itu. Ia tak bisa berbuat apa- apa kecuali menatap panik.Arsen memegangi pipinya, keluar darah segar dari salah satu sudut bibirnya yang pecah.“Sekali pukul saja, kau pasti merasakan sakit yang luar biasa. Mau ditambah sekali lagi?” Qasam mengangkat dagunya dengan angkuh.“Maaf aku sudah membuatmu salah paham!” ucap Arsen sambil mengusap darah yang menetes. Ia bangkit berdiri dengan sudah payah.“Jangan bicara apa pun! Aku tidak butuh penjelasan apa- apa! Apa pun alasannya, kau dilarang menyentuh istriku
Baca selengkapnya

13. Tamu Mengejutkan

Muka Agata langsung memucat. Ia pun pergi ngibrit meninggalkan Qasam.Qizha tersenyum melihat ibunya seperti terpental begitu. Kayak orang kena setrum, langsung mental. Senyum Qizha mendadak hilang saat melihat sosok pria yang berdiri di sisinya. Muncul ketegangan. Entah kenapa selalu saja muncul ketegangan setiap kali berdekatan dengan Qasam. Pria ini memiliki aura ketegasan yang tak dimiliki oleh siapa pun. Qizha langsung mengalihkan pandangan saat matanya bertemu dengan mata Qasam. Ia selalu saja kalah tatap jika bertukar pandang."Aku mau memasak di dapur." Qizha bergerak hendak melangkah pergi. Namun lengan Qasam menghadang tepat di depan mukanya, melintang dan menapakkan telapak tangan di dinding. "Kamu mau apa lagi? Mau dibuatin kopi?" tanya Qizha. "Jangan memasak apa pun!" "Loh, ibu bisa ngamuk kalau aku nggak masak. Salah- salah dia ngereog dan ngomel sampai pagi." "Kau lebih takut padaku atau dia?" "Keduanya. Sama- sama nyeremin." Qasam terkesiap. Sialan nih oran
Baca selengkapnya

14. Sepatu Butut

"Bicara aja sama ibu. Aku merasa nggak ada yang perlu dibahas lagi. Maaf," sahut Qizha berusaha untuk tetap bersikap sopan."Tunggu, Qizha. Ini tidak akan selesai jika kau terus menghindar!" pinta Arsen.Terpaksa Qizha mengalah dari pada masalah ini tidak kelar- kelar. "Bu Agata, Pak Bily, sejak dulu aku dan Qizha sudah memiliki rencana pernikahan. Kami ingin hidup bersama," ungkap Arsen. "Aku berharap ibu dan bapak bisa memberikan pemahaman pada Qizha dan Qasam supaya mereka tidak melanjutkan pernikahan mereka. Sebab pernikahan mereka itu terjadi karena sebuah alasan yang buruk."Muka Agata sontak memerah. "Sejak dulu aku nggak restui kamu nikah sama Qizha. Aku justru maunya kamu nikahin Sina. Kalian itu serasi. Kamu adalah pria mapan yang sepantasnya menikahi wanita selevel seperti Sina. Jadi sekarang ini aku nggak mau misahin Qizha dan Qasam. Biarin aja mereka hidup bersama. Toh mereka itu cocok kok."Arsen menoleh pada kedua orang tuanya. Yang langsung dibalas dengan tatapan pa
Baca selengkapnya

15. Dibawa Pergi Oleh Qasam

Muka Agata memerah, menahan rasa marah dan malu bersamaan.“Oh eh… ini… Aduh, kenapa malah sepatu bau ini di sini?” Agata meraih sepatu itu dan melemparnya ke arah sudut ruangan. Keplak!Sepatu yang terbang malah menghantam muka Sina.“Aduh!” Sina memegangi wajahnya.“Eh, maafin ibu.” Agata merasa bersalah. Mata Sina kelilipan. Sepatu jelek itu membawa tanah yang kemudian nyolok matanya. Bikin mata pedas dan berair.Qizha sedikit merasa terhibur dengan hiburan di depan matanya. Iya, sepatu terbang yang menabok mata Sina cukup menghiburnya hingga ia tertawa sambil menutup mulut supaya tawanya tidak didengar oleh siapa pun. Kalau Agata mendengar tawanya, ia pasti akan diamuk oleh wanita itu.Perhatian kembali ke meja yang kosong dan malah terlihat tanah bekas alas sepatu yang rontok mengotori meja.“Maaf, ini sepertinya ada kesalahan tekhnis. Jj jadinya masakan belum disiapkan,” ucap Agata plintat plintut, malu sekali. Orang tua Arsen mulai kelihatan resah."Bagaimana ini
Baca selengkapnya

16. Dinner atau Kencan?

Qasam melihat jam di tangan, masih jam delapan. Belum larut malam. Ia menjalankan motor melewati jalan komplek perumahan."Jangan ngebut- ngebut kayak tadi ya. Lebam yang tadi belum sembuh soalnya." Qizha waspada dan memegangi pinggang Qasam kuat. Ia takut akan terbanting seperti tadi lagi.Ternyata Qasam mengendarai motor dengan kecepatan sedang. Nah, kalau gini kan rasanya seperti pacaran. Eh?Qizha menggelengkan kepalanya yang telah berkhianat dengan membayangkan hal- hal indah.Seharusnya ia berboncengan begini dengan lelaki yang dia cintai, saling berpegangan, berpelukan di atas motor, pasti itu indah sekali. Lah ini malah boncengan sama manusia jadi- jadian begini.Motor terus bergerak tak tahu entah mau kemana. Rasanya sudah cukup lama mereka berada di atas motor."Sebenarnya kita mau kemana?" tanya Qizha yang mendadak meremang membayangkan berita pembunuhan yang sadis. Jangan sampai ia menjadi salah satu korban yang sama. Dikarungin dan dibuang ke sungai. Hiiiy...Qasam diam
Baca selengkapnya

17. Uang di Saku Celana Suami

Qasam menyudahi makan, kemudian berjalan menuju kasir yang duduk di balik meja.Qizha cepat- cepat menyudahi makan dan menghabiskan minum. Lalu menyusul Qasam berdiri di depan meja kasir.Qasam mencari- cari sesuatu di kantong celananya. Wajahnya mulai tak nyaman. "Aku tidak bawa uang cash. Tapi ATM pun entah kemana." Qasam menarik sesuatu yang nyelip di kantong celananya keluar. "Yang ada hanya ini."Qasam membuka lipatan uang yang sudah mengeras akibat tercuci dan entah berapa lama mendekam di dalam kantong celananya itu.Dan saat posisi uang sudah menjadi lebar, ternyata itu uang dua ribuan."Mana bisa bayar makan pakai uang segitu," celetuk Qizha. Oh ya, Qizha baru ingat ia tadi menemukan kartu ATM yang terjatuh dan segera ia menyerahkan kartu tersebut kepada kasir. "Mbak, ini aku nemuin kartu ATM jatuh tadi. Silakan disimpan, siapa tau ada customer yang menanyakannya." Qizha tersenyum.Sebelum kasir mengambil kartu tersebut, Qasam lebih dulu mengambilnya. "Itu milikku!" ucap Q
Baca selengkapnya

18. Menguping Pembicaraan Qasam

Sosok Qasam memang selalu memberi nilai penasaran bagi Qizha. Sejak pria itu berstatus sebagai suami, muncul banyak pertanyaan di benak Qizha tentang siapa sebenarnya suaminya itu. Qizha selalu dibuat bertanya- tanya tentang suaminya, yang memang segalanya tentang Qasam sedikit pun tidak dia ketahui. Asal usul Qasan dari mana, ia berasal dari daerah mana, pekerjaannya apa, keluarganya siapa, dan masih banyak lagi.Huh, entah bagaimana ia bisa dinikahi pria asing yang sama sekali tidak dia kenali walau seujung kuku begini.Qizha berjalan menuju teras sambil mengawasi Qasam yang tengah asik berteleponan. Rasanya Qizha ingin menguping, ingin mendengarkan apa yang dibicarakan suaminya. Wajah sang suami yang tampak serius bahkan dengan tangan yang memperagakan gaya seolah sedang bicara di depan podium itu membuat rasa penasaran kian menggeliat. Tanpa sadar, langkah Qizha sudah sampai di dekat Qasam yang berdiri membelakanginya. Meski Qizha tahu bahwa adab menguping itu buruk, tapi ia m
Baca selengkapnya

19. Kencan

"Secepatnya aku akan melamarmu," ucap Qasam yang tak sabar dengan hari indah yang dapat mempersatukan mereka dalam ikatan pernikahan.Ameena tersenyum riang sekali. "Jadi... Setelah lamaran, kamu akan langsung nikahin aku kan?"Qasam tiba- tiba teringat Qizha, wanita yang kini telah menjadi istrinya. Oh Tuhan, Qasam baru sadar bahwa dia bukan lajang lagi. Dia bukan jejaka yang sama seperti lainnya."Aku akan melamarmu secepatnya supaya kau terikat hubungan dengan jelas bersamaku. Dan orang tuamu juga tidak sanksi dengan keseriusanku. Tapi soal pernikahan, beri aku waktu satu tahun lagi," ucap Qasam dengan tatapan yang tak nyaman. Ia pun tak suka dengan kalimat yang ia ucapkan itu. Seharusnya ia sudah bisa hidup bersama dalam mahligai penuh cinta bersama dengan wanita yang dia cintai itu. Tapi karena kasus pembunuhan berencana yang dilakukan Qizha, terpaksa ia menundanya, ia harus menuntaskan urusannya dengan Qizha.Waktu satu tahun sudah cukup menyelesaikan urusannya dengan Qizha.
Baca selengkapnya

20. Keserakahan

"Allahu Akbar Allahu Akbar..."Sayup- sayup suara kumandang adzan bersahut- sahutan. Panggilan yang sangat indah dan menggetarkan kalbu. Qizha meremang setiap kali mendengarnya. Siapa tahu ini adalah panggilan shalat terakhir kali yang bisa ia dengar, pikiran itu membuatnya kerap bergegas berwudhu, mengutamakan shalat dari pekerjaan lainnya.Secepatnya ia meninggalkan pekerjaan apa pun setiap kali mendengar suara adzan.Qizha segera menjalankan ibadah shalat subuh. Setelah shalat, ia mengambil mushaf dan mengaji, melantunkan ayat- atat suci dengan suara indah. Tentu saja suaranya diperkecil supaya tidak mengganggu Agata atau pun Sina yang tentunya masih ngorok. Kalau mereka merasa terganggu, pasti sendal pun bisa terbang.Qizha menyudahi bacaannya, ia mengembalikan mushaf ke rak dan melipat mukena. Kembali pandangan Qizha mengarah ke kasur. Qasam kemana? Pria itu pergi dan tidak kembali sejak semalam.Apakah begini yang namanya suami istri? Qizha bahkan tidak tahu suaminya pergi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
23
DMCA.com Protection Status