Share

16. Dinner atau Kencan?

Penulis: Emma Shu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-11 06:11:30

Qasam melihat jam di tangan, masih jam delapan. Belum larut malam. Ia menjalankan motor melewati jalan komplek perumahan.

"Jangan ngebut- ngebut kayak tadi ya. Lebam yang tadi belum sembuh soalnya." Qizha waspada dan memegangi pinggang Qasam kuat. Ia takut akan terbanting seperti tadi lagi.

Ternyata Qasam mengendarai motor dengan kecepatan sedang.

Nah, kalau gini kan rasanya seperti pacaran. Eh?

Qizha menggelengkan kepalanya yang telah berkhianat dengan membayangkan hal- hal indah.

Seharusnya ia berboncengan begini dengan lelaki yang dia cintai, saling berpegangan, berpelukan di atas motor, pasti itu indah sekali.

Lah ini malah boncengan sama manusia jadi- jadian begini.

Motor terus bergerak tak tahu entah mau kemana. Rasanya sudah cukup lama mereka berada di atas motor.

"Sebenarnya kita mau kemana?" tanya Qizha yang mendadak meremang membayangkan berita pembunuhan yang sadis. Jangan sampai ia menjadi salah satu korban yang sama. Dikarungin dan dibuang ke sungai. Hiiiy...

Qasam diam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
wkwk.. wkwk........ kasian banget papan lindesan.......itu agata gaya selangit, padahal ekonomi sulit ....... makannya serba T......
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
jangan-jangan ATM yang jatuh itu punyanya qasam......
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Qasam jgn galak2 sama qizha dong
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suami Preman Ternyata Sultan   17. Uang di Saku Celana Suami

    Qasam menyudahi makan, kemudian berjalan menuju kasir yang duduk di balik meja.Qizha cepat- cepat menyudahi makan dan menghabiskan minum. Lalu menyusul Qasam berdiri di depan meja kasir.Qasam mencari- cari sesuatu di kantong celananya. Wajahnya mulai tak nyaman. "Aku tidak bawa uang cash. Tapi ATM pun entah kemana." Qasam menarik sesuatu yang nyelip di kantong celananya keluar. "Yang ada hanya ini."Qasam membuka lipatan uang yang sudah mengeras akibat tercuci dan entah berapa lama mendekam di dalam kantong celananya itu.Dan saat posisi uang sudah menjadi lebar, ternyata itu uang dua ribuan."Mana bisa bayar makan pakai uang segitu," celetuk Qizha. Oh ya, Qizha baru ingat ia tadi menemukan kartu ATM yang terjatuh dan segera ia menyerahkan kartu tersebut kepada kasir. "Mbak, ini aku nemuin kartu ATM jatuh tadi. Silakan disimpan, siapa tau ada customer yang menanyakannya." Qizha tersenyum.Sebelum kasir mengambil kartu tersebut, Qasam lebih dulu mengambilnya. "Itu milikku!" ucap Q

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-12
  • Suami Preman Ternyata Sultan   18. Menguping Pembicaraan Qasam

    Sosok Qasam memang selalu memberi nilai penasaran bagi Qizha. Sejak pria itu berstatus sebagai suami, muncul banyak pertanyaan di benak Qizha tentang siapa sebenarnya suaminya itu. Qizha selalu dibuat bertanya- tanya tentang suaminya, yang memang segalanya tentang Qasam sedikit pun tidak dia ketahui. Asal usul Qasan dari mana, ia berasal dari daerah mana, pekerjaannya apa, keluarganya siapa, dan masih banyak lagi.Huh, entah bagaimana ia bisa dinikahi pria asing yang sama sekali tidak dia kenali walau seujung kuku begini.Qizha berjalan menuju teras sambil mengawasi Qasam yang tengah asik berteleponan. Rasanya Qizha ingin menguping, ingin mendengarkan apa yang dibicarakan suaminya. Wajah sang suami yang tampak serius bahkan dengan tangan yang memperagakan gaya seolah sedang bicara di depan podium itu membuat rasa penasaran kian menggeliat. Tanpa sadar, langkah Qizha sudah sampai di dekat Qasam yang berdiri membelakanginya. Meski Qizha tahu bahwa adab menguping itu buruk, tapi ia m

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-12
  • Suami Preman Ternyata Sultan   19. Kencan

    "Secepatnya aku akan melamarmu," ucap Qasam yang tak sabar dengan hari indah yang dapat mempersatukan mereka dalam ikatan pernikahan.Ameena tersenyum riang sekali. "Jadi... Setelah lamaran, kamu akan langsung nikahin aku kan?"Qasam tiba- tiba teringat Qizha, wanita yang kini telah menjadi istrinya. Oh Tuhan, Qasam baru sadar bahwa dia bukan lajang lagi. Dia bukan jejaka yang sama seperti lainnya."Aku akan melamarmu secepatnya supaya kau terikat hubungan dengan jelas bersamaku. Dan orang tuamu juga tidak sanksi dengan keseriusanku. Tapi soal pernikahan, beri aku waktu satu tahun lagi," ucap Qasam dengan tatapan yang tak nyaman. Ia pun tak suka dengan kalimat yang ia ucapkan itu. Seharusnya ia sudah bisa hidup bersama dalam mahligai penuh cinta bersama dengan wanita yang dia cintai itu. Tapi karena kasus pembunuhan berencana yang dilakukan Qizha, terpaksa ia menundanya, ia harus menuntaskan urusannya dengan Qizha.Waktu satu tahun sudah cukup menyelesaikan urusannya dengan Qizha.

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-13
  • Suami Preman Ternyata Sultan   20. Keserakahan

    "Allahu Akbar Allahu Akbar..."Sayup- sayup suara kumandang adzan bersahut- sahutan. Panggilan yang sangat indah dan menggetarkan kalbu. Qizha meremang setiap kali mendengarnya. Siapa tahu ini adalah panggilan shalat terakhir kali yang bisa ia dengar, pikiran itu membuatnya kerap bergegas berwudhu, mengutamakan shalat dari pekerjaan lainnya.Secepatnya ia meninggalkan pekerjaan apa pun setiap kali mendengar suara adzan.Qizha segera menjalankan ibadah shalat subuh. Setelah shalat, ia mengambil mushaf dan mengaji, melantunkan ayat- atat suci dengan suara indah. Tentu saja suaranya diperkecil supaya tidak mengganggu Agata atau pun Sina yang tentunya masih ngorok. Kalau mereka merasa terganggu, pasti sendal pun bisa terbang.Qizha menyudahi bacaannya, ia mengembalikan mushaf ke rak dan melipat mukena. Kembali pandangan Qizha mengarah ke kasur. Qasam kemana? Pria itu pergi dan tidak kembali sejak semalam.Apakah begini yang namanya suami istri? Qizha bahkan tidak tahu suaminya pergi

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-14
  • Suami Preman Ternyata Sultan   21. Kehilangan Qasam

    “Zha, suamimu dimana? Kok, nggak kelihatan?” Nah, akhirnya pergunjingan yang dikhawatirkan pun muncul juga. Tetangga rempong yang rewang ke rumah mempertanykana keberadaan Qasam yang emmang sejak awal mereka rewang dari pagi sampai malam begini, Qasam tak kunjung muncul.Semua orang yang mayoritas adalah ibu- ibu yang sedang sibuk rewang itu pun saling berbisik. “Dia kerja,” jawab Qizha canggung.“Kerja apa?” sahut salah seorang ibu berdaster kuning yang lembaran dasternya lebih mirip seperti saringan santan. Saat ia berdiri di pintu, maka akan tampak terawangan yang bikin bulu kuduk meremang.“Kerja dimana?” sahut yang lainnya.“Memangnya dia kerja ya?”Mereka penasaran karena memang sosok Qasam terlihat sebagai pria pengangguran yang belum jelas bekerja dimana. “Bukannya lontang lantung nggak jelas,” bisik salah seorang emak- emak yang bisikannya tetap terdengar di telinga Qizha.“Qasam kerja di luar kota,” sahut Qizha yang mulai tak betah berada di dapur. Ingin rasanya ia k

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-14
  • Suami Preman Ternyata Sultan   22. Serakah Harta

    "Seenggaknya, besok kamu tanyain kemana kepergiannya, jadi kamu tahu dia pergi kemana. Kalau tau- tau dia tenggelam dan nggak ada orang tau gimana?" "Wah, nggak pa- pa lah tenggelam, mati syahid tuh," celetuk Ica kemudian menabok mulutnya sendiri ketika mendapati tatapan Qizha yang lebar. "Fir'aun juga mati tenggelam." Qizha menyeletuk.Celetukan yang membuat Ica nyengir sambil menyahuti, "Beda kriteria kali. Dia itu ditenggelamkan."Hana hanya terkekeh saja mendengar perdebatan dua temannya. "Ngomong- ngomong kalian percaya nggak sama kehebohan yang kemarin sempet viral di komplek ini? Kehebohan yang mengatakan kalau aku dan Qasam berbuat zina hingga kami dinikahin?" tanya Qizha menatap wajah- wajah sahabatnya."Aku sih nggak yakin, Zha. Masa sih kamu yang paham sama agama berbuat maksiat gitu? Aku yakin kamu pasti takut dosa dan takut azab," sahut Hana. "Siapa tau kebelet kawin dan nggak tahan, bisa jadi sih zina," celetuk Ica sengaja berseloroh. "Bibirmu sekali- kali memang m

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-15
  • Suami Preman Ternyata Sultan   23. Pembantaian Sengit

    Qizha mencuci piring dan mengemasi apa saja yang masih berserakan supaya menjadi rapi. Sesekali ia mengelap peluh yang membanjir menggunakan lengan baju. Badannya letih sekali. Ia ingin segera beristirahat. Sudah tengah malam. Matanya pun ngantuk berat. Ia lalu masuk kamar dan tidur.Agata memasuki kamar Sina dengan membawa kotak perhiasan, ingin menyimpannya dengan rapi supaya tidak kemalingan. Menyusul Sina yang membawa uang ratusan juta dalan kemasan indah."Tarok sini aja ya biar aman?" Agata meletakkan kotak perhiasan ke bawah ranjang yang tamidak tinggi. Kemudian ditutupi dengan helm."Iya, Bu. Aman di situ. Ini uangnya aku tarok di sini aja." Sina meletakkan uang ke ransel."Besok kita belanja keperluan nikahanmu ya?""Iya, Bu. Kita juga bisa makan enak. Beli baju, dan beli apa aja yang bisa bikin level kita naik. Beli motor bagus mungkin.""Eh, jangan. Soal motor mah urusan Arsen. Biar dia yang beliin motor buatmu. Uang ini milik kamu, terserah kamu mau buat apa.""Iya juga

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-16
  • Suami Preman Ternyata Sultan   24. Salah Tusuk

    “Agata! Hentikan!” Bily mengejar Agata dan menahan tangan istrinya yang hendak menghunuskan pisau dapur ke arah Qizha.“Lepas! Jangan halangi aku! Anak ini perlu dikasih pelajaran. Dia pasti akan mengaku jika sudah dihukum!” Agata memberontak, berusaha melepaskan diri dari lengan Bily yang menghalanginya.“Dia anakmu juga.”“Bukan. Dia bukan anakku.”“Setidaknya jangan berbuat kriminal. Pisau ini berbahaya.” Bily terus memegangi badan istrinya.Tepat saat kaki Bily diinjak oleh Agata, saat itulah pelukan lengan Bily menjadi longgar. Agata menendang suaminya hingga tersungkur.Qizha sudah berada di pintu hendak kabur ketika Agata menyambar sapu dan melemparnya ke kaki Qizha, seketika Qizha jatuh dan ambruk. Agata tak mau menyia- nyiakan kesempatan itu. Ia mendekati Qizha dan melukai paha Qizha dengan pisau. Darah segar mencuar dan merembes.“Aaakhh…” Qizha merintih. Tak berhenti di situ, Agata memburu Qizha dengan menjambak rambut putrinya itu hingga jilbab Qizha terlep

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-16

Bab terbaru

  • Suami Preman Ternyata Sultan   230. Cinta Terindah

    Qizha bermain dengan Zein di ruang main yang sengaja di desain khusus untuk anak bermain. Di sana lengkap ada berbagai macam jenis mainan, muali dari mobil-mobilan, bola, tempat mandi bola, perosotan, bahkan permainan untuk lompat-lompatan pun ada.Qizha mengawasi dari jarak beberapa meter, duduk sambil minum jus. Di sisinya ada Arini yang selalu stand by, memberikan apa saja keperluan Qizha.Si kecil mandi bila bersana dengan baby sitter yang tak pernah lepas dari posisi Zein kemana pun pergi. Qizha menatap layar ponselnya yang menunjuk tanggal dua belas, artinya tiga hari lagi Qasam pulang. Lama sekali rasanya menghitung hari. Serindu itu ternyata Qizha pada Qasam? Qizha malu jika mengingat dirinya yang nyaris seperti orang kasmaran dan jatuh cinta. Benda pipih itu kemudian berdering, nama Qasam tertera di layar. Qasam menelepon? Qizha tersenyum senang. Ia langsung menjawab telepon dan mengucap salam.“Kenapa sudah meneleponku? Kangen?” tanya Qizha.“Ha haa… tidak. Aku sama seka

  • Suami Preman Ternyata Sultan   229. Romantis Selalu

    Sudah tiga minggu Qasam pergi ke Jepang sejak terakhir kali Qizha mengantarnya ke bandara, pria itu belum kembali. Kemarin mengaku hanya akan perhi selama dua minggu, tapi ternyata sudah tiga minggu berlalu, Qasam belum kembali.Qizha mengerjakan aktivitas seperti biasanya, menghabiskan waktu dengan bermain bersama Zein, putra semata wayangnya. Kini, Zein sudah tumbuh makin besar. Usianya satu tahun. Di usia sembilan bulan, Zein sudah bisa berjalan. Sekarang, bocah itu sudah bisa berlari meski belum kencang.Qizha merindukan Qasam. Pria itu memang ngangenin. Sebentar tak ketemu, rasa rindu sudah sampai ke ubun- ubun. Sikap Qasam yang setahun belakangan terlihat memuliakan wanita, membuat Qizha merasa kalau Qasam itu seperti candu. Bayangkan saja, setiap saat, Qizha selalu saja mendapat kelembutan dan perhatian khusus dari suaminya. Lalu beberapa minggu, ia harus berpisah. Tentu saja ia rindu. Qizha baru saja meletakkan tubuh Zein ke kasur tidur khusus balita, berdekatan dengan kas

  • Suami Preman Ternyata Sultan   228. Mesra

    Baby sitter terlihat terampil ketika memandikan Zein, bayi yang baru berusia dua minggu. Qizha mengawasi di samping baby sitter. Selama ini, Qizha sendiri yang memandikan bayinya. Baru kali ini ia mengijinkan baby sitter memandikan bayinya, itu pun diawasi olehnya.“Kamu keliahtan terbiasa memandikan bayi,” komentar Qizha.“Iya, Non. Soalnya saya khusus mengurus bayi merah kan dulu sewaktu dip anti asuhan. Dan setelah masuk yayasan, saya juga jadi baby sitter,” sahut wanita yang usianya sekitar empat puluh limaan tahun itu.“Pantesan cekatan. Sini, biar aku yang pakaikan bajunya. Baju dan peralatan untuk si kecil sudah disiapkan?” Qizha mengambil alih bayinya setelah diangkat dari bak mandi.“Sudah, Non.” Qizha melangkah keluar dan segera memasang baju bayi yang sudah disediakan. Termasuk minyak kayu putih dan bedak juga sudah disediakan. Di kamar bayi itu, aroma minyam telon menguar, harum. Arini mendampingi Qizha. Dia bertugas untuk melayani Qizha. Sedangkan baby sit

  • Suami Preman Ternyata Sultan   227. Keturunan

    Qasam membawa air hangat kuku dari pemanas air di sudut kamar sesuai permintaan Qizha dan menyerahkannya kepada istrinya itu. “Ayo minum!”Qasam membantu mendekatkan gelas ke bibir Qizha.“Aku bisa sendiri, Mas,” ucap Qizha dan mengambil alih gelas tersebut lalu meminumnya “Terima kasih, Mas.”Pandangan Qasam kemudian tertuju ke bayi kecil yang ada di samping Qizha. Pipinya tebem, kulitnya putih kemerahan. Hidungnya mancung. Menggemaskan dan lucu sekali. Ini adalah hari pertama Qizha dibawa pulang ke rumah setelah menjalani perawatan selama tiga hari di rumah sakit. Padahal sebenarnya di hari kedua Qizha sudah diijinkan pulang karena kondisinya sehat dan baik-baik saja, namun seperti biasa, Qasam melarang Qizha pulang dan dia diminta untuk dirawat di rumah sakit dengan pantauan dokter. Rumah sakit milik ayahnya, jadi mudah saja baginya mengatur kondisi di rumah sakit.Bahkan, kini Qasam meminta dokter keluarga untuk mengecek kondisi ibu dan bayi ke rumah di tiga hari perta

  • Suami Preman Ternyata Sultan   226. Bayi

    “Pinggangku sakit banget, Mas!” ucap Qizha sambil memegangi pinggang. Mulutnya meringis. Sebenarnya sudah sejak di perjalanan tadi Qizha merasakan ngilu, namun ia menahannya karena rasa ngilu itu datang dan hilang begitu saja. dia mengira hal itu biasa terjadi seiring kehamilannya yang semakin membesar.Namun, kini rasa ngilu itu makin parah, hampir setiap lima belas menit sekali muncul dan rasanya melilit sampai ke perut bagian bawah. Habiba memegang perut Qizha, rasanya keras menggumpal ke satu titik. Kemudian gumpalan keras itu bergerak menuju ke titik lain. Begitu seterusnya.“Ini Qizha sudah mau melahirkan. Ayo cepat bawa ke rumah sakit,” seru Habiba, membuat Qasam langsung gerak cepat menggendong tubuh Qizha dan membawanya ke mobil.Supir menyetir dnegan kelajuan tinggi mendengar suara ritihan Qizha di belakang. Qasam menggenggam tangan Qizha sambil terus mengatakan kata-kata motifasi.Qizha berkeringat, mukanya makin memucat, lemas sekali. Sesekali meringis menahan s

  • Suami Preman Ternyata Sultan   225. Rasa Sakit

    Semenjak Qizha tahu kalau Sina rujuk dengan Arsen, ia menjadi jauh lebih lega. Kini adiknya itu sudah ada yang menanggung jawabi. Hidupnya tidak lagi mengenaskan, Qizha pun tak perlu mencemaskan keadaannya lagi. Sina kini tinggal bersama sang suami. Setelah balitanya keluar dari rumah sakit, Sina mengunjungi rumah Qasam, menemui Qizha dan Qasam untuk mengucapkan rasa terima kasih. Arsen pun menunjukkan sikap layaknya sebagai saudara ipar. Qizha memberikan beberapa helai pakaian dan jilbab baru kepada Sina seperti yang dia janjikan. Qasam pun mulai membuka hati pada Sina. Dia tidak ketus lagi melihat sikap Sina yang jelas sudah jauh berubah. Penampilan Sina pun sudah tidak lusuh lagi seperti saat dia menjanda. Sepeninggalan Sina dan Arsen, tinggal lah Qizha dan Qasam yang duduk di ruang tamu berdua. “Mas, kamu udah nggak benci lagi sama Sina, kan?” tanya Qizha sambil.memegang tangan suaminya.“Tidak.” Tatapan Qasam tertuju pada mata bulat istrinya yang menggemaskan. “Dia seperti

  • Suami Preman Ternyata Sultan   224. Penyesalan

    Qizha menatap ekspresi wajah adik tirinya yang tak pernah dia lihat selama ini, wajah itu tampak jajh lebih menyedihkan, penuh penyesalan, dan tatapan iba. Ini adalah pemandangan pertama kalinya. Wajah Sina benar-benar tampak sangat mengenaskan. Bahkan tampilannya pun berbada, dia memakai kerudung untuk menutup auratnya. Apakah ini adalah awal bagi Sina untuk taubat? Dari mata adiknya, Qizha tidak melihat dendam dan tatapan kebencian seperti dulu. Setiap manusia memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri.Qizha meraih pundak Sina. “Bawa anakmu ke rumah sakit sekarang. Aku akan mengantarmu.”Sina mengangguk dengan senyum dan air matanya langsung berurai. “Iya, Kak. Makasih.”***Di rumah sakit itu, Qizha dan Sina duduk di depan balita yang terbujur dengan selang infus menusuk di kaki. Si kecil tidur pulas. Qizha didampingi oleh Arini, asisten rumah tangga yang satu itu tak diijinkan jauh dari Qizha. Selalu diminta Qasam untuk mendampingi Qizha. Wajah Sina yang tadinya murung, kini

  • Suami Preman Ternyata Sultan   223. Minta Belas Kasih

    “Mas, becandanya nggak lucu. Masak ngintip sih?” tanya Qizha yang tak terima suaminya mengucapkan kata-kata konyol tadi. “Ya, kalau aku lagi nganu sama kamu kan itu kepala bawah lagi ngintip ke dalam. He hee…” Qasam makin konyol. Ia kembali mengelus permukaan perut Qizha. Ia merasakan sensasi saat janin di dalam bergerak-gerak. “Dia bergerak. Setiap kali aku memancing dengan elusan, pasti dia bergerak-gerak.” Qasam tersenyum.“Iya, kalau ada pancingan dari luar, bayi kita pasti merespon. Dia tahu ada yang perhatian kepadanya.”“Tendangannya makin hari makin kuat.”“Namanya juga sudah sembilan bulan. Tinggal menunggu hari, ya tentu makin kuat dong.”“Hah? Sudah sembilan bulan?” Qasam kaget. “Cepat sekali rasanya? Aku bakalam punya anak nih sebentar lagi?”Qizha tersenyum. “Kamu kok jam segini udah pulang, Mas? Biasanya pulangnya agak malam atau lebih sore. Ini baru jam tiga sore loh.”“Aku kangen sama kamu, makanya cepet- cepet pulang.”“Sekarang sudah mulai bisa gombalin ya? Receh l

  • Suami Preman Ternyata Sultan   222. Boleh Ngintip?

    Tujuh bulan sudah berlalu. Kini Qizha menghabiskan waktu di rumah saja, menikmati kehamilannya yang sudah membuncit. Dia menghabsikan waktu dengan berjalan santai di sekitar rumah. Pemandangan di sekitar rumah besar yang dikelilingi pagar beton setinggi dua meter itu sangat asri. Ada banyak tanaman hijau yang menyejukkan mata, pancuran air pun ada. Qizha ditemani asisten rumah tangga yang setia mengikutinya. Menyediakan apa saja keperluannya. Ah, Qizha benar-benar merasa speerti ratu. Iya, diratukan oleh suaminya.Saat bosan, Qizha pergi ke salon. Menikmati creambath dan berbagai jenis perawatan lainnya.Qizha juga sesekali jalan-jalan ke mall untuk melihat-lihat suasana baru. Dikawal oleh asisten rumah tangga yang ditugaskan menemani. Namanya Arini, asisten rumah tangga yang sopan dan ramah. Dia melayani Qizha mulai dari A sampai Z. dia hafal kapan Qizha harus makan, minum susu, makan buah, dan minum jus. Dia juga mengambilkan handuk saat Qizha mau mandi, menyiapkan p

DMCA.com Protection Status