All Chapters of MENDADAK DINIKAHI BIG BOSS: Chapter 291 - Chapter 300

312 Chapters

(DS) Tak dianggap

"Kau pengecut, Nyonya Xavier. Sangat pengecut! Kau berani mengungkapkan cintamu padaku di hadapan orang lain namun tidak berani mengakuinya dihadapanku secara langsung."Deg deg deg'Jantung Lachi berpacu lebih cepat dari yang sebelumnya. Dia mendongak, menatap kaget bercampur gugup pada Danzel. Lachi meneguk saliva secara kasar, masih menatap Danzel dengan sorot gelisah. Lachi tahu betul kemana arah bicara Danzel, pria ini menyinggung Lachi yang mengatakan bahwa dirinya mencintai suaminya di hadapan Devson. Bukankah tak ada Danzel di sana? Lalu darimana Danzel tahu hal ini? Lachi mengesampingkan kebingungannya–heran karena Danzel bisa tahu, dia terlalu gugup. Sekarang Danzel sudah tahu jika Lachi mencintai. Entah apa yang Lachi cemaskan, akan tetapi dia takut serta grogi. 'I--ini pertama kalinya aku jatuh cinta. Orang yang aku cintai sudah tahu. Sekarang bagaimana? Aku sangat gugup, Tuhan.' batin Lachi, mengigit bibir bawah lalu menunduk gelisah. "Sekarang aku di hadapanmu. Kata
Read more

(DS) Suami Merajuk

"Aku sedang demam, Mom," ucap Danzel, berusaha menarik perhatian orangtuanya. Saat ini dia dan keluarganya berkumpul di ruang keluarga. Orangtuanya yang baru pulang dari luar negeri datang untuk menjemput Zendaya, sekaligus menemui Lachi tentunya. Kabar Lachi yang sedang hamil, membuat Nara dan Zavier sangat bahagia. Keduanya sudah tak sabar menimang cucu, terlebih Zavier yang ingin merasakan menjadi seorang kakek. Melihat interaksi anak-anaknya dengan orangtuanya, itu membuat Zavier sedikit iri. "Kamu demam yah, Sayang," sahut Nara dari tempat, sama sekali tak menghampiri Danzel yang duduk di single sofa. Dia hanya menoleh pada Danzel, itupun sebentar, "cepat sembuh putra Mommy."Danzel memijat pelipis, melirik mommynya malas bercampur dongkol. "Hum," dehem Danzel kesal, respon yang tak diinginkan. Hell! Minimal mommynya mencek kondisinya, mengusap surai atau … setidaknya memberi respon yang manis. Jangan hanya cepat sembuh. Respon mommynya membuat Danzel bertanya-tanya, ini mommy
Read more

(DS) Tak Bekerja Lagi

"Ada yang bisa istri bantu, Pak suami?" lanjutnya, berkedip-kedip manja untuk menggoda Danzel–merayu pria itu supaya mau berbicara padanya. Danzel menyender pada sofa, bersedekap dingin di dada sembari menatap intens ke arah istrinya. "Pergi sana!" usir Danzel dengan nada ketus, meskipun tatapannya intens pada Lachi tapi tak bisa dipungkiri Lachi merasa terintimidasi, "tak usah pedulikan aku lagi," lanjutnya, meriah laptop–memangkunya kemudian melanjutkan pekerjaan, masih menyender ke sofa. Lachi cengenges konyol, tegang sekaligus ketar ketir oleh sikap Danzel. "Habibi Danzel sepertinya sakit kepala," ucap Lachi, beralih duduk di sebelah sang suami. Dia langsung memijat kepala pria itu dengan telaten, "aku pijat yah kepalanya supaya nggak sakit." Danzel hanya diam, terus fokus pada pekerjaan dan sama sekali tak menanggapi Lachi. 'Es ini lagi nggak merajuk saja susah diajak ngobrol. Apalagi kalau mode merajuk gini, makin susah. Gemetar aku, lagi kayak ngajak hantu bicara di makam
Read more

(DS) Rindu yang Salah Paham

"Humm." Danzel berdehem rendah, menganggukkan kepala singkat. Setelah itu dia pamit, pergi ke kantor. Setelah Danzel pergi, Lachi memilih bersantai sejenak. Ketika dia bosan, dia beraktivitas di dapur–membuat kue kesukaan Mama mertuanya. Selesai membuat kue, Lachi menyuruh supir mengantar ke kediaman sang mertua. Dia lanjut merapikan kamar, memetik bunga di taman lalu menata di ruang kerja sang suami; agar suaminya semangat saat bekerja. Setelah itu, dia membersihkan taman, beristirahat sejenak lalu kembali memangkas beberapa ranting tanaman hias. "Ck, kenapa aku cemas gini yah," gumam Lachi, lagi-lagi menghentikan kegiatannya dan memilih duduk di lantai teras. Sejak tadi dia beraktivitas ini dan itu akan tetapi hatinya merasa gelisah. "Coba ingat-ingat apa yang aku lupakan atau ini hari penting apa?" gumam Lachi lagi, termenung begitu lama–berupaya mencari penyebab kenapa dia sangat cemas. Hingga tiba-tiba matanya membelalak lebar, reflek dia menepuk jidat lalu menjambak rambut s
Read more

(DS) Sebuah Jebakan

Danzel berjalan menghampiri adiknya, lalu setelah di dekat Zendaya dia langsung merunduk untuk menatap sosok mahluk mungil yang terlihat sedang mencari sesuatu di bawah meja. "Mochi," panggilnya, membuat sosok itu menoleh–menampilkan raut muka gugup serta senyuman canggung. "Sedang apa?" tanya Danzel, menghampiri istrinya lalu menarik Lachi untuk beranjak dari sana. Lachi cengenges konyol, sedikit panik karena dia tak tahu harus menjawab apa pada Danzel. Jelasnya dia sedang bersembunyi, akan tetapi tak mungkin dia menjawab hal demikian. "Koinku jatuh dan aku mencarinya, Habibi," jawab Lachi, masih menampilkan senyum konyol dan kaku. Zendaya hanya diam, berusaha menahan gelak tawa karena melihat raut muka Lachi yang begitu panik. Begitu juga dengan Kiandra, menunduk dalam untuk menahan tawa. "Hum." Danzel berdehem, menarik pergelangan Lachi agar perempuan tersebut ikut dengannya. "Lachi bilang Lachi rindu …-""Nggak ada nggak ada!" pekik Lachi cepat, setengah berteriak supaya me
Read more

(DS) Tak akan Mengalah Lagi

"Nathan!" teriak seorang pria dengan marah, membuat langkah Nathan berhenti. Nathan di rumahnya, pulang sejenak untuk mengambil sesuatu yang akan dia berikan pada pujaan hati. Hari ini dia ulang tahun dan dia ingin di hari spesial ini dia memberikan sesuatu yang berharga untuk seseorang yang menghuni hatinya. Sebenarnya setiap kali Nathan berulang tahun, dia selalu memberikan hadiah pada seseorang tersebut. Dan setiap hadiah yang ia berikan memiliki makna tersendiri. Nathan menoleh ke arah ayahnya, menatap kesal bercampur marah. Sejujurnya dia sedang kecewa dan sedih. Ini hari ulang tahunnya dan buru-buru ayahnya memberikan hadiah, mengucapkan saja tidak. Dia yakin ayahnya tak ingat sama sekali. "Brengsek! Anak tidak tahu diri," ucap Tristan pada Nathan, setelah dia berada di hadapan putranya itu. "Aku tidak menyangka jika kamu memperlakukan tunangan mu dengan sangat buruk. Selama di luar kota, kamu membully-nya. Kamu meninggalkannya sendiri di hotel, dan … apa-apaan kamu memutusk
Read more

(DS) Kemarahan Danzel

Mata Angel seketika membelalak, benar-benar terkejut karena melihat Lachi. Se-sejak kapan perempuan ini di sini? Gawat!"Sejak kapan kamu di sini?" tanya Angel, masih menatap kaget ke arah Lachi. Dalam hati dia berharap semoga Lachi tidak melihat perbuatannya tadi. Lachi nyengir ke arah Angel, "sejak gedung ini dibangun. Aku tumbal proyek," candanya. Akan tetapi itu tak membuat Angel merasa lebih tenang, yang ada dia semakin gugup. Sepertinya Lachi tahu sesuatu. "Enggak usah panik, Bu Angel. Aku nggak lihat kok saat kamu memasukkan obat terlarang ke botol minuman itu. Aku juga nggak dengar kalau kamu bilang ingin menjebak Mas Danzel dengan minuman itu," lanjut Lachi--membuat tubuh Angel menegang kaku, wajah panik dengan mata melebar karena gugup, "tenang ajah, Bu Angel. Nggak usah panik kayak gitu. Aku nggak dengar dan nggak lihat apa-apa."Danzel manaikkan sebelah alis, menoleh ke arah meja lalu menatap sebuah botol di sana. Danzel ke sana untuk mengambil botol minuman tersebut se
Read more

(DS) Pelukan Mendadak Crush

Bug'"Ahgkkk ….""Mas Danzel!" Ketika Angel melewati Danzel, pria itu menendang pinggang belakangnya dengan sangat kuat. Tubuh Angel terdorong kuat, membuatnya seperti terlempar lalu berakhir tersungkur secara sangat kasar di atas lantai. "Cih," decis Danzel, bersedekap santai di dada sembari menatap remeh ke arah Angel. Devil smirk muncul di bibir, puas melihat ketidak berdayaan Angel. 'Jahat sekali.' batin Lachi, menatap tak percaya pada Danzel. Jantungnya berdebar kencang, panik sekaligus tak tega melihat apa yang Danzel lakukan pada Angel. "Hitungan ke tiga kau tidak bangun dan pergi dari sini, aku akan memotong tiga jari tanganmu." Danzel bersuara, tenang tetapi terasa mengintimidasi serta mengerikan. Lachi menahan napas mendengar kalimat semuanya. Dia tahu Danzel tak pernah main-main dengan perkataannya. "Satu--" Danzel mulai berhitung. Angel yang sedang menangis– menahan sakit, malu serta panas yang mulai menjalar di tubuh–buru-buru berdiri, berlari cepat untuk keluar da
Read more

(DS) Sebuah Dress Membingungkan

"Selamat bertemu di pelaminan, Cantik." Setelah mengatakan hal tersebut Nathan segera beranjak dari sana, meninggalkan Zendaya yang mengerutkan kening sebab tidak paham dengan perkataan Nathan. Zendaya ingin rasanya ge'er dan baper, mengartikan bawah ucapan Nathan sebuah isyarat jika Zendaya lah yang akan bersanding dengan Nathan di pelaminan nanti. Namun, perasaan itu segera ia tepis karena Nathan sendiri sudah bertunangan dengan Donita. Mungkin dalam waktu dekat, pernikahan mereka akan segera diumumkan. Zendaya memengang bandul kalung pemberian Nathan, menoleh ke arah sana lalu tersenyum tipis. "Aku senang mencintaimu dalam diam, aku senang berjuang supaya aku terlihat olehmu, Kak Nathan." Sejenak Zendaya berhenti, menatap kepergian Nathan dengan raut muka sendu. Akan tetapi dia tersenyum lembut, ungkapan kebahagiaan atas cinta yang dia rasakan sekaligus penutup untuk perasaan sesak karena cintanya tak bisa ia miliki. "Tapi jika Kak Nathan memang bukan untukku, tak apa. Mencint
Read more

(DS) Seperti di Novel

Saat ini Zendaya dan keluarganya sedang menikmati makan malam. Daddynya mungkin lebih banyak diam, akan tetapi mommy, aunty, uncle serta ibu dari Nathan terlihat bercanda. Sejak tadi perasaan Zendaya tak enak. Dia ingin sekali curhat pada Lachi, akan tetapi sahabatnya tersebut tengah sibuk mengurus kakaknya–menyuapi Danzel. Yah, si iblis paling dramatis! Mendadak mengeluh demam dan lemas sehingga tak mampu mengangkat sendok, tak mampu makan sendiri. Hah, sayangnya semua orang mempercayai akting Danzel yang tengah berpura-pura sakit. Padahal Zendaya sangat yakin kakaknya hanya modus. "Zendaya, menurut kamu, Kak Nathan tampan tidak?" tanya Preya tiba-tiba, membuat Zendaya yang sedang asyik makan serta bergelut dengan pikiran sendiri reflek menatap wanita cantik–ibu dari crush-nya tersebut. Gluk' Zendaya menelan susah payah makanan dalam mulut. Semua orang menatapnya, membuat dia gugup setengah mati. "Tampan, Tante. Kak laki-laki," jawab Zendaya, berusaha santai walau sebenarnya di
Read more
PREV
1
...
272829303132
DMCA.com Protection Status