All Chapters of Cinta Satu Malam dengan Berondong: Chapter 41 - Chapter 50

230 Chapters

Maafkan Kesalahan Anakku

“Ibu hari ini ada jadwal rapat dengan pihak retail, lalu ada dokumen tentang proyek dengan Sadira Group yang harus Ibu periksa—dokumen ini baru datang pagi ini, Bu, dan….” Bestari mengangkat wajahnya dari jurnal yang berisi jadwal Padma.“Kemarin asisten Pak Alkadri Tanaka menelepon ke kantor, ingin bertemu dengan Ibu kalau Ibu bersedia dan ada waktu.”“Alkadri Tanaka?” Padma mengulang nama yang baru saja ia dengar. Ayah Badai. “Terus kamu jawab apa?”“Saya mau konfirmasi ke Ibu dulu. Kemarin beliau telepon sudah hampir malam dan Ibu ada meeting di luar dari jam tiga sore.”“Oh, oke…. Beliau ninggalin kontak ke kamu untuk ngasih tahu jawaban saya?”Bestari mengangguk.
Read more

Seperti Apa Rasanya Punya Suami? Kamu Bukan Seperti Suamiku

   “Terus kemarin Padma dateng ke acara nggak jelas bikinan ibu-ibu sosialita gitu ngewakilin ibunya. Yang kuheran, kenapa dia mau aja dateng ke sana? Kupikir dia nggak suka pesta.”Yogas langsung menggeleng mendengar komentar Ksatria. “Seminggu lalu aku ngobrol sama Padma, dia bilang dia suka pesta karena banyak makanan enak. Yang dia nggak suka cuma ibu-ibu cerewet yang sok tahu sama hidupnya.”Ksatria, Yogas, Ipang, Nara, dan Kalu langsung tertawa terhibur dengan jawaban Padma yang diceritakan ulang oleh Yogas. Mereka seperti membicarakan seorang teman baik yang tengah absen dari acara kumpul rutin mereka.“Metabolismenya boleh juga ya. Dia makannya banyak, tapi badannya segitu-gitu aja
Read more

Katanya Ini Ciuman Terlarang

“Kamu mau ikut blind date?”“Nggak usah teriak bisa nggak?” pinta Padma dengan jengkel saat mendengar suara Mili yang meningkat tiga oktaf ketika Padma memberi tahu rencananya minggu depan.Perempuan yang hari itu sudah mengenakan jersey klubnya menoleh pada ponsel yang ada di meja. Ia memang memasang mode loudspeaker karena Mili menelepon ketika ia tengah bersiap untuk latihan menembak seperti biasanya.“Namanya juga orang kaget.” Mili menggerutu pelan. “Blind date dari mana ini? Ikut sehati.com kayak yang waktu itu aku saranin atau dari biro jodoh di tangan Mama?”Padma langsung tertawa ketika Mili menyebut biro jodoh di tangan Mama. Hal itu adalah istilah yang mereka pakai kalau berkenalan dengan seseorang berkat campur tan
Read more

I Want You to Cry for Me

   “Gimana pacar barumu?”“Dia bukan pacarku.” Padma mengibaskan tangannya di udara. “Kami cuma dekat.”“Yakin? Aku bisa menghitung berapa kali dan di mana aja kamu dan laki-laki itu kencan.”“Dan kenapa kamu bisa tahu semua itu?” Padma memicingkan matanya, menatap Ksatria yang tengah tertawa penuh konspirasi di samping Mili yang ikut tertawa. “Kamu beneran stalking aku ya?”“Nggak, hanya kebetulan kita ada di lingkup pergaulan yang sama.” Pelajaran dalam berbohong yang lupa diterapkan orang lain adalah konsisten.Sejak beberapa bulan lalu Ksatria dengan
Read more

Langit Mendung di Malam Itu

   Badai tak pernah tahu persalinan biasanya memakan waktu berapa lama. Yang pasti, kakinya sudah kebas ketika akhirnya keluar dari ruang bersalin dan mengabarkan pada keluarganya kalau anaknya sudah lahir dengan selamat.“Tasya gimana, Dai?”Badai menatap orangtua Anastasya yang langsung menyerbunya begitu ia keluar. Kelahiran anak Badai dan Anastasya hari ini memang benar-benar di luar prediksi mereka. Dokter memperkirakan Anastasya akan melahirkan sekitar dua minggu lagi.Makanya Badai cukup kaget saat sore tadi, salah satu pelayannya di rumah menelepon dengan panik dan mengatakan kalau Anastasya tengah dibawa ke rumah sakit.“Sempat pendarahan, Ma, tapi untungl
Read more

Siapa Pasangan Baru Padma?

   “Pagi, Pak Badai.”“Pagi, Bu….” Saat Badai mendongak, ia tak menyangka kalau orang yang ia temui pertama di ruang meeting Sadira Group adalah Padma. “Pagi, Bu Padma. Mau kopi?”Padma menatap paper cup berlogo Starbucks yang dipegang Badai. Paper cup itu berukuran venti, ukuran gelas paling besar yang dimiliki gerai berlogo duyung hijau tersebut.Dari aromanya, Padma bisa menilai kalau kopi itu cukup kuat dengan tambahan one shot espresso (atau mungkin juga lebih).“No, thanks.” Padma tersenyum. Kemudian ia kembali menatap laptopnya untuk mempelajari bahan meeting hari ini.
Read more

Apa yang Membuatmu Tidak Bisa Jatuh Cinta Padaku?

 “Dai, apa kamu masih mengingat Padma sampai saat ini?”Badai baru saja duduk di tepi ranjang kamar Angkasa Nirada Tanaka—anaknya dengan Anastasya—ketika Anastasya masuk dan bertanya hal itu padanya.Lelaki itu tak langsung menjawab. Ia benar-benar lelah. Begitu sampai rumah, Asa sudah menangis dan baru diam ketika ia menggendongnya—tentu setelah ia mandi dengan kilat dan berganti pakaian.Baru saja Asa tertidur dan ia bisa merebahkan tubuhnya di kamar Asa, Anastasya sudah melanggar peraturan yang dulu mereka setujui.Menyebut nama Padma.“Aku nggak amnesia, tentu masih ingat dia.”“Maksudku dalam konteks romantis.” Anastasya duduk di sampin
Read more

Transformasi Seorang Padma

 “Kupikir kamu keberatan datang ke sini.”“Keberatan kenapa?”“Karena tempat ini punya mantan tunanganmu.”Padma tertawa seraya menggeleng mendengar ucapan Catra Kamandaru. Mereka masuk ke The Clouds dan lelaki itu langsung menggandeng tangannya agar ia tak terbawa arus gerombolan orang yang suka berjalan sembrono, atau digoda oleh laki-laki hidung belang.“Aku nggak sesentimental itu.”Bohong, ledek satu sisi diri Padma yang lainnya. Tapi ia membiarkan saja dirinya menjawab seperti itu di depan Catra.“Wow, hebat juga.” Catra mengerling jahil pada Padma. “Mungkin itu yang bikin aku suka sama kamu.”
Read more

Badai Egois, Padma Munafik, Anastasya Serakah—Kita Manusia

   “Kupikir kamu nggak mau dateng.”Komentar Arsa membuat Padma mencebikkan bibirnya. “Aku nggak secupu itu.”“Aku ngeliat kamu nangis di perpustakaan pas nggak sengaja liat undangan pernikahanmu dan Badai dulu,” lanjut Arsa dengan tidak tahu dirinya. “Malam-malam dan nggak cuma sekali sejak aku pulang ke sini. Kupikir kamu udah bakar semuanya.”Padma tertegun mendengar kata-kata Arsa yang terlampau jujur. Arsa baru pulang sejak Senin lalu—Padma bahkan tak tahu kenapa tiba-tiba adiknya pulang.Karena kamarnya bersebelahan dengan Arsa dan tak cukup kedap suara, Padma sering menyendiri ke perpustakaan di lantai satu rumahnya kalau
Read more

Kadang Berdiam di Satu Titik Lebih Melelahkan dibanding Berlari

   Badai Tanaka: Maaf untuk kejadian kemarin, Padma. Aku minta maaf atas nama Anastasya. Padma menatap layar ponselnya yang menunjukkan pesan dari Badai. Dikirim semalam, tapi Padma belum membalasnya sampai saat ini. Ia masih memikirkan kalimat yang tepat selain kata ya.“Kamu udah bawa semuanya?” Suara Arsa membuyarkan lamunan Padma.Padma mengangguk seraya memasukkan ponselnya ke dalam tas. Nanti, ia masih bisa membalas pesan Badai nanti. Atau mungkin tidak usah dibalas? “Udah.”“Sunblock?”“Udah.”
Read more
PREV
1
...
34567
...
23
DMCA.com Protection Status