Kebencian yang mengendap dalam diri Aliya sejak empat tahun lalu itu, luruh sudah, sama sekali tak berbekas.Karena Aliya sesungguhnya tahu, ini semua bukan salah Dean. Bukan salah mereka. Ini bukan berada dalam kekuasaan mereka juga.Mereka pun pasti menderita, karena mengerti kehancuran hati Aliya, namun tak kuasa berbuat apapun, meski hanya untuk mendekat pada Aliya atau memberikan dan mengucapkan kata-kata semangat itu.“Maaf….. Maafkan aku,” terdengar Dean berbisik lirih. “Maafkan kami semua…”Meski tangis Aliya telah mereda, namun ia masih terisak. Tangannya kembali melingkari pinggang Dean, dan mencengkeram kuat-kuat sweater Dean dengan jemarinya.Aliya takut. Ia takut tiba-tiba Dean menghilang lagi.“Maaf, karena kau harus melaluinya sendirian…” ujar Dean lirih.“Aku tidak akan kemana-mana,” lanjut Dean menenangkan Aliya. “Aku akan berada di sisimu mula
Last Updated : 2024-05-31 Read more