Home / Romansa / Ratu Bumi : Kebangkitan Sang Raja / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Ratu Bumi : Kebangkitan Sang Raja: Chapter 81 - Chapter 90

271 Chapters

BAB 80

“Guru Anda… ternyata kakek Aliya?” Nawidi yang biasa berwajah datar, saat ini terlihat mengerutkan keningnya.Dean mengangguk. “Saya tidak pernah menyangka ini. Betul-betul tidak. Terutama saat tahu, sebenarnya kakek Aliya telah tiada jauh sebelumnya. Saat Aliya sendiri masih balita. Bagaimana bisa…” Dean tidak melanjutkan kalimatnya.“Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, jika Tuhan menghendakinya.” Nawidi kembali menatap ke depan sana.Dean mengangguk lagi dan melepas napas perlahan. “Pantas saja, saat saya memegang kembali kalung Aliya --pemberian mendiang, Guru muncul dan memberi peringatan.”“Peringatan?”“Ya. Itu salah satu alasan terkuat saya segera kembali ke sini,” ujar Dean.“Kalung Aliya masih dipegang Anda?”“Ya. Saya sempat ingin menyerahkan pada Einhard. Namun dia meminta saya memegangnya dulu. Sampai hari ini, ka
last updateLast Updated : 2024-05-18
Read more

BAB 81

Satu tahun berlalu.Itu adalah 2021, ketika Aliya akhirnya memiliki pekerjaan sendiri. Aliya tidak mungkin terus bergantung pada Laila atau dari sisa-sisa tabungan yang dimiliki olehnya.Aliya lolos seleksi penerimaan pegawai honor di salah satu instansi pemerintah daerah. Ia menangani orang-orang yang membutuhkan asistensi sosial. Entah bagaimana awal mulanya, namun Aliya dengan lancar lolos semua tahapan seleksi untuk pekerjaan yang sangat jauh dari bidang yang dikuasai Aliya.Namun satu hal, Aliya sungguh menikmati pekerjaannya. Mungkin karena seorang Elemen Bumi, Aliya seseorang yang sangat hangat dan mudah memahami kesulitan orang lain.Orang-orang yang dibantu Aliya, menyukai wanita muda itu.Siang hari itu, Aliya baru saja selesai melakukan home visit atau kunjungan ke rumah seorang lanjut usia yang terlantar di wilayah desa Cikahuripan.Ia sedang asyik mengendarai motornya --yang setengah tahun lalu ia beli untuk lebih memudahkan mob
last updateLast Updated : 2024-05-19
Read more

BAB 82

“Apa tidak apa-apa?” Laila menatap cemas ke depan. “Fayza baru masuk SD, tapi sudah dimasukkan pesantren seperti ini.”Aliya tersenyum masam mendengar kekhawatiran sang mama. “Mau bagaimana lagi, Ma? Fayza yang memintanya. Dia benar-benar ngotot sejak TK, bahwa saat SD ia minta masuk pesantren.”“Aliya bisa apa…” Ia pun mengesah.“Darimana keinginan itu muncul? Dia baru juga tujuh tahun menjelang delapan. Bisa-bisanya minta jauh dari ibu dan neneknya,” ujar Laila lagi dengan nada sedih.Mereka berdua lalu terdiam, melambaikan tangan ke arah Fayza yang berjalan masuk ke dalam gedung pesantren.“Lihat! Bahkan bocah itu tidak menoleh ke belakang, ke kita…” Laila mengeluh dengan sakit hati.Cucu dari putri sulungnya itu seolah telah melupakan dirinya dan juga Aliya --ibu kandungnya.Laila mendesah.Memang lokasi pesantren itu, tidaklah jauh. Aliya mencarinya di dalam kota Bandung --hanya sekitar satu jam dari Lembang. Namun tetap saja, Laila merasakan berat untuk berjauhan dengan Fayza.“S
last updateLast Updated : 2024-05-20
Read more

BAB 83

“Apa maksudmu dengan kehilangan kemampuan elemennya? Einhard?” Dean mengulang pernyataan Oki dengan pertanyaannya.“Ya Pak,” Oki mengangguk. “Saat saya sedang mengambil peralatan untuk persediaan pelatihan di satu pusat perbelanjaan, saya kebetulan melihat pak Einhard di basement. Ada sedikit kecelakaan yang hampir terjadi.”Dean terlihat menyimak serius pemuda di depannya, demikian pula Nawidi dan Guntur.“Apa yang terjadi?”“Satu mobil kehilangan kendali saat turun dari lantai atas dan hampir menabrak pak Einhard. Maaf, saya tidak membantu beliau, karena saya pikir itu hal kecil untuk beliau. Ternyata tidak demikian,” Oki menjeda kalimatnya.“Pak Einhard terserempet --tanpa melakukan hal apapun yang seharusnya seorang elemen lakukan, dan ia jatuh lalu terluka. Saya benar-benar melihat pak Einhard terluka.”Dean dan Nawidi saling melempar pandang.Dean kembali menanyai Oki. “Apa saat itu di sekitar ada orang?”“Jika maksud Pak Dean orang umum yang mungkin melihat kejadian itu, tidak
last updateLast Updated : 2024-05-24
Read more

BAB 84

Mei 2022Membuka mata, Aliya melihat beberapa rangkaian bunga mawar putih yang mengelilingi ruang. Ruang dimana ia kini duduk di sebuah kursi menghadap cermin cukup besar.Aliya menengadahkan kepalanya, lalu pandangan ia timpakan pada rangkaian panjang mawar putih sepanjang langit-langit kamar. Tanpa terputus.Seolah rangkaian itu mengelilingi ruang tempat ia berada dan menjadi pagar cantik baginya.Kini kedua mata Aliya turun lalu menatap sosok yang terpantul dari cermin di depannya. Itu dirinya.Namun, tampak berbeda.Begitu tampak luar biasa cantik.Aliya memicingkan mata, seolah melihat makhluk memesona dalam cermin tersebut.‘Ah, iya. Itu memang benar diriku….’Bola mata itu miliknya. Alis yang menaungi dua mata itu, miliknya. Bentuk hidung itu, miliknya.Aliya lalu mencoba tersenyum.‘Nah. Itu bibir dan garis senyum milikku juga….’Entah b
last updateLast Updated : 2024-05-25
Read more

BAB 85

Dua hari setelah mimpi itu, Aliya menerima pesan masuk dari Diani.[Apa kabar bu?][How’s life?]Aliya lalu mengetikkan balasan. [Alhamdulillah baik, sis][My life? So-so lah sis…][Gimana kabar Fayza? Sehat?] Diani bertanya lagi.[Alhamdulillah sehat. Dia betah di pesantrennya. Aku agak kesepian sebenernya ini teh…][Yup. Pastilah.] respon Diani.[Suka ditengokin?]Aliya mengetik lagi balasan. [Hanya boleh ditengok sebulan sekali, sis. Bulan ini udah aku tengokin pas awal bulan][Oh gitu….][Fayza ga pernah nanyain ayahnya?]Aliya terdiam sesaat. Lalu jarinya kembali bergerak. Kali ini bukan mengetik, namun menekan tombol telepon.Sambungan telepon itu dijawab oleh Diani tanpa menunggu lama.“Ya kalau ngomong secara langsung, ngga sis. Tapi dia pernah kedapetan lagi melamun,” Aliya menjawab pertanyaan Diani melalui pesan sebelumnya.‘Apa ayahnya ngga pernah nengokin?’ tanya Diani lagi.“Sejak talak gue, dia kagak pernah nengokin. Mana mungkin sekarang dia nengok.”‘Ya kali aja sekaran
last updateLast Updated : 2024-05-27
Read more

BAB 86

Aliya terdiam sesaat mendengar pertanyaan Diani itu.“Kalo aku memang harus nikah lagi, mending sama Dean.” Akhirnya Aliya memberikan jawaban itu, meskipun lirih.Sebenarnya itu hanya jawaban random dan asal. Tapi saat Diani bertanya, memang nama Dean lah yang pertama melintas di kepalanya.‘Noted’ balas Diani cepat. (Dicatat)“Apaan sih ah, Sis. Aku gak kepikiran buat nikah lagi! Lelah sis. Capek.” Kata-kata beruntun itu terucapkan Aliya pada Diani.‘Gue paham,’ ucap Diani.‘Ini sih kalo misalnya aja… Misal lu kudu kawin lagi,’ Diani memancing lagi.“Ga ah sis… Sudah enjoy dengan hidupku yang seperti ini,” jawab Aliya cepat.‘Bohong.’ Aliya membatin.‘Aku kesepian Sis. Namun lukaku masih sangat dalam dan belum kering. Bagaimana aku bisa berhubungan dengan pria lain?’Aliya lalu mend
last updateLast Updated : 2024-05-28
Read more

BAB 87

18 November 202223:56Malam hari itu.Perbincangan iseng dengan Diani melalui aplikasi chat instan, berujung pada ditemukannya beberapa nomor aneh dalam daftar kontak Aliya.Mulanya tiga kontak dengan nama kontak aneh. ‘???’, ‘A’ dan yang satunya bernama ‘Dean’.Nomor tersebut tidak satupun aktif, begitu pula nomor berjudul ‘Dean’, yang justru muncul di Diani sebagai ‘Saifanah’ dengan gambar foto Aliya.Meski Aliya tidak pernah merasa terkait dengan nomor tersebut, ia anggap itu sebagai petunjuk awal.Entah bagaimana sebenarnya yang ia pikirkan atau ia rasakan.Aliya merasa perlu untuk mengetahuinya. Setelah nomor tersebut ternyata tidak aktif juga, ada perasaan kecewa dalam hatinya.Namun kemudian, Aliya menemukan nomor lainnya.Sebuah nomor dengan nama kontak bergambar bintang. Aliya memberitahukan Diani bahwa ia menemukan kontak aneh lainnya.D
last updateLast Updated : 2024-05-29
Read more

BAB 88

Beberapa saat kemudian.Aliya terbangun setelah terlelap dan mendapati dirinya berada pada kehampaan.Semua kosong dan gelap seperti malam. Namun ia bisa melihat sekelilingnya. Seolah berada di ruang angkasa.Meski serba hitam, tapi ia tidak merasa pengap ataupun terbutakan.Semua begitu jelas.Tak lama setelah ia memutar pandangan pada sekelilingnya itu, terdengar desau angin. Halus.Begitu embusan angin itu berlalu, satu sosok berdiri di hadapan Aliya, tak jauh, hanya beberapa meter darinya.Tinggi.Dengan sweater turtle neck berwarna coklat gelap bermotif salur dan celana kargo berwarna krem. Wajah tampan dengan tatapan terpancar hangat dari kedua bola mata berwarna hazel.Garis rahang yang kuat, hidung mancung khas keturunan eropa, alis cukup lebat melekuk seperti pedang, bibir tipis terukir indah, dihiasi dengan kumis halus yang menyambung ke jambang dan janggut tipisnya.‘Itu….. ‘
last updateLast Updated : 2024-05-30
Read more

BAB 89

Kebencian yang mengendap dalam diri Aliya sejak empat tahun lalu itu, luruh sudah, sama sekali tak berbekas.Karena Aliya sesungguhnya tahu, ini semua bukan salah Dean. Bukan salah mereka. Ini bukan berada dalam kekuasaan mereka juga.Mereka pun pasti menderita, karena mengerti kehancuran hati Aliya, namun tak kuasa berbuat apapun, meski hanya untuk mendekat pada Aliya atau memberikan dan mengucapkan kata-kata semangat itu.“Maaf….. Maafkan aku,” terdengar Dean berbisik lirih. “Maafkan kami semua…”Meski tangis Aliya telah mereda, namun ia masih terisak. Tangannya kembali melingkari pinggang Dean, dan mencengkeram kuat-kuat sweater Dean dengan jemarinya.Aliya takut. Ia takut tiba-tiba Dean menghilang lagi.“Maaf, karena kau harus melaluinya sendirian…” ujar Dean lirih.“Aku tidak akan kemana-mana,” lanjut Dean menenangkan Aliya. “Aku akan berada di sisimu mula
last updateLast Updated : 2024-05-31
Read more
PREV
1
...
7891011
...
28
DMCA.com Protection Status