"Kamu nggak marah padaku?" tanya Gyan, makin menyurukkan kepala ke paha Resta. Lengannya masih betah memeluk pinggang wanita itu. "Kenapa aku marah?" tanya Resta sambil lalu. Dirinya masih sibuk mengutak-atik ponsel, membiarkan Gyan tidur di pangkuannya. "Aku melarang kamu pegang salah satu anak cabang perusahaan papi di Bogor. Aku minta maaf."Napas Resta berembus kasar. Dia mengalihkan tatap dari layar ponsel. "Mau berapa kali lagi kamu minta maaf?" "Aku nggak bermaksud menghambat kamu berkembang seperti yang papi bilang. Aku masih butuh kamu." "Iya, iya, iya. Aku paham. Kamu nggak perlu ngulang-ngulang itu terus. Aku nggak apa-apa. Lagi pula aku masih perlu banyak belajar." Resta menyingkirkan ponsel ke atas nakas. Lantas meraih wajah Gyan. Membuatnya agar bisa menghadap dirinya secara langsung. "Kamu jangan merasa bersalah begitu," katanya sembari menunduk, menatap wajah pria itu. "Selain itu aku masih ingin terus bersama kamu," ucap Gyan dengan bibir mencebik. "Masa baru ja
Terakhir Diperbarui : 2024-04-14 Baca selengkapnya