Semua Bab Mengandung Benih Bos Arogan: Bab 101 - Bab 110

118 Bab

Bab 101 – Imunisasi Bayi

Sesampainya di rumah sakit, Ziana dan Rianti segera menuju ruang imunisasi. Ziana sudah mengatur temu janji dengan dokter anak dan tiba tepat waktu. Sebelum mereka sampai di depan ruangan dokter anak, keduanya bertemu dengan dokter Kavya. “Halo, Ziana. Apa kabar?” “Baik, Kavya. Kamu apa kabar?” balas Ziana sambil mendekat untuk memeluk Kavya. “Baik dong. Bayimu gimana? Mau imunisasi ya?” tebak Kavya. Dokter wanita itu menatap gemas bayi Zaidan yang tertidur lelap dalam gendongan Ziana. “Iya nih. Mana ketiduran lagi. Susah dibangunin. Kavya mau kemana?” “Mau visit bentar. Tapi tunggu deh, aku mau lihat bayimu imunisasi. Siapa namanya?” “Zaidan. Ayo, kita ke ruang dokter anak dulu,” ajak Ziana. Dokter Kavya mengangguk, lalu mengalihkan pandangannya menatap Rianti yang masih stand by di samping Ziana. Keningnya mengerut mencoba mengingat dimana dirinya pernah melihat Rianti sebelumnya. “Dia siapa, Na?” tanya dokter Kavya sambil tersenyum tipis pada Rianti. “Dia Rianti. Dia yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-14
Baca selengkapnya

Bab 102 – Memaafkan Tapi Tidak Melupakan

“Baik. Pak Jay apa kabar? Sedang apa disini?” Ziana benar-benar hanya ingin berbasa-basi sambil menunggu Rianti kembali. Posisinya saat ini sangat aman karena berada di lobby rumah sakit yang terdapat perawat dan sekuriti. Jadi kecil kemungkinannya kali Jay ingin melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Tapi tetap saja hati Ziana tidak bisa tenang. “Kamu masih saja formal ya, Na. Kamu boleh kok panggil aku Jay seperti Maha memanggilku.”“Saya tidak enak, Pak. Sudah kebiasaan. Biarlah tetap begitu.”Jay mengangguk lalu beralih menatap Zaidan di gendongan Ziana. “Kamu ngapain disini, Na? Sendirian?”“Nggak, Pak. Saya sama Rianti, pengasuhnya Zaidan. Sebentar lagi dia akan kembali ke sini. Saya baru selesai imunisasi Zaidan. Sejak lahir, dia belum diimunisasi.”Jay menghela nafas panjang lalu tersenyum pada Ziana. “Maafkan Sherena ya. Kecemburuan dan ambisi membuatnya buta. Aku sangat bersyukur karena Zaidan baik-baik saja dan segera ditemukan saat itu.”“Saya memang sudah memaafkan Sh
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-15
Baca selengkapnya

Bab 103 – Mantan, Balikan Yuk

Rianti buru-buru berdiri dan melepaskan dirinya dari pelukan Arjuna. Wanita itu menatap Arjuna dengan sorot mata yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Begitu pula dengan Arjuna yang tidak bisa mengalihkan tatapannya dari Rianti. Pria itu memindai wanita cantik di hadapannya seolah Rianti adalah benda seni yang dipajang di museum. “Arjuna, syukurlah kamu sudah datang. Ayo cepat kita pulang. Zaidan mulai rewel,” ucap Ziana yang buru-buru mendekati Arjuna. Tidak ada tanggapan dari Arjuna membuatnya menoleh menatap Rianti dan Arjuna bergantian. Jiwa keponya meronta-ronta ingin tahu apa yang suda terjadi diantara mereka berdua. “Kalian berdua saling kenal?” “Tidak.” “Iya.” Keduanya kompak menjawab bersamaan tapi dengan jawaban yang tidak sinkron. Rianti menjawab ‘tidak’, sedangkan Arjuna menjawab ‘iya’. “Apa? Jadi yang benar yang mana? Riantia, kamu kenal Arjuna?” tanya Ziana sambil menatap Rianti yang sedikit pucat. “Jelas kenal ‘lah. Kami dulu__” “Nona, sebaiknya ki
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-16
Baca selengkapnya

Bab 104 – Anti Balikan

“Lepasin!” pinta Rianti tertahan. Wanita itu khawatir ada orang yang akan memergoki mereka sekarang. Saat Rianti mencoba melepaskan pelukan Arjuna, pria itu justru mempererat pelukannya. “Aku tidak mau balikan dengan pria brengsek sepertimu. Arjuna, lepasin aku. Kita sudah berakhir. Pergi!” “Tidak. Kau pikir berapa lama aku menunggu saat seperti ini, babe. Kau hutang banyak penjelasan padaku,” bisik Arjuna membuat Rianti semakin meronta. Tiba-tiba terdengar suara dari ujung lorong yang mereka berada saat ini. Rianti mulai panik dan wajahnya terlihat pucat. Dia benar-benar tidak ingin siapapun memergoki mereka. Rianti tidak ingin pekerjaannya terusik hanya karena hubungan masa lalunya dengan Arjuna. “Arjuna, aku peringatkan kamu. Lepasin aku. Ada orang kesini,” pinta Rianti cemas. “Kenapa? Biar mereka semua tahu, kau milikku, Rianti.”“Jangan gila.”Rianti tidak punya pilihan ketika suara-suara itu semakin mendekat. Sebentar lagi seseorang akan muncul di belokan lorong dekat kamar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-17
Baca selengkapnya

Bab 105 – Masuk Sedikit, Ditarik Lagi

“Kami tidak melakukan apa-apa, nyonya. Percayalah. Saya sedang da …. mmmpphh!”Rianti tidak bisa bicara lagi lantaran Arjuna sudah membekap mulutnya. Wanita itu mencoba memberontak, tapi Arjuna lebih kuat darinya. “Jangan dengarkan dia, tante. Rianti hanya malu. Iya ‘kan, babe.”Juwita menghela nafas panjang. “Kalian ini. Lebih baik kalian menikah saja. Mau sekalian dengan pernikahan Hannah dan Lintang?”Rianti mencoba menggeleng, tapi Arjuna lebih dulu menjawabnya. ”Kalau boleh, mau banget, tante. Nanti saya bicarakan dengan Lintang juga. Makasih, tante.”Juwita kembali menatap Rianti yang masih dibekap tanpa ada kesempatan untuk bicara. Rianti mencoba menggeleng tapi bekapan Arjuna terlalu kuat. Belum lagi sakit perutnya yang bertambah parah dengan sesuatu yang semakin banyak keluar dari bagian intinya. “Ya, sudah. Tante ke depan dulu. Rianti, kamu istirahat saja sampai … ehem.” Juwita berdehem demi bisa melanjutkan bicaranya. “... bisa jalan lagi ya. Saya akan bilang pada Ziana ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-18
Baca selengkapnya

Bab 106 – Minta Susu

“Mas, kamu sudah pulang?” sapa Ziana sembari tersenyum lebar. Mahanta mendekat lalu mengecup kening Ziana dengan lembut. Pria itu tersenyum menatap wajah putranya yang tertidur lelap dengan mulut sedikit terbuka. Ziana menyadari Zaidan sudah melepaskan sumber makanannya, lalu segera menarik penutup dadanya lagi. “Yah, kok ditutup,” protesnya membuat Ziana menepuk lengannya pelan. “Aku ‘kan sudah bilang mau langsung pulang setelah selesai meeting. Gimana imunisasinya tadi? Zaidan nangis nggak?” “Nangis sebentar, habis itu tidur lagi. Dia kuat banget, mas.”“Jelas ‘lah siapa dulu mamanya. Mama Ziana, wanita paling kuat dan tegar yang pernah kukenal.”Ziana tersipu malu mendengar pujian Mahanta. Dia tidak pernah membayangkan hidupnya akan dimanjakan seperti putri dan ratu oleh orang tua angkat dan suaminya sendiri. Bahkan Ziana tidak pernah memintanya, tapi Mahanta selalu mengerti bagaimana dirinya. “Aduh, bunda jadi malu nih. Jadi paham rasanya jadi obat nyamuk,” ucap Juwita pura-pu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-19
Baca selengkapnya

Bab 107 – DP Dulu Baru Nikah

“Benarkah?”Ziana menyodorkan handuk pada Mahanta yang terus bercerita sambil membersihkan tubuhnya. Perempuan itu membantu mengeringkan rambut Mahanta sebelum mereka pindah ke depan wastafel. “Aku mendengar kabarnya ketika Arjuna masuk rumah sakit karena asam lambung. Herannya, sudah sakit seperti itu, dia masih bisa ikut ujian. Apa nggak gila?”“Berarti Arjuna itu pintar banget ya?”“Lebih ke bulol nggak sih?” sambar Mahanta. “Iya juga ya. Sekarang setelah tahu Rianti ada disini, apa Arjuna akan serius dan menikahinya?”Mahanta mengangkat kedua bahunya. “Mana kutahu? Mungkin iya. Mungkin juga tidak.”“Kenapa? Kan Arjuna masih mencintai Rianti. Memangnya nggak mau berjuang?”“Hubungan mereka rumit, sayang. Penyebab putusnya juga karena Arjuna yang selingkuh. Kasarnya seperti itu. Jadi kecil kemungkinannya kalau Rianti mau kembali pada Arjuna, kecuali…”Ziana berbinar menanti ucapan Mahanta selanjutnya, “Kecuali apa?”“Kecuali mereka DP dulu, baru nikah. Seperti kita.”Ziana memukul
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-21
Baca selengkapnya

Bab 108 – Pancingan Ziana

Semua orang di meja makan melotot kaget mendengar ucapan Arjuna. Bahkan Mahanta dan Lintang sampai menjatuhkan peralatan makan yang dipegangnya. Tomo dan Juwita nyaris tersedak makanan yang sedang mereka kunyah. Bergantian semua orang menatap Arjuna dan Lintang dengan tatapan tidak percaya. “Apa kamu sudah gila, Arjuna?” tanya Mahanta yang lebih dulu menguasai emosinya. “Hah? Apa maksudmu? Aku nggak gila.”“Kamu bilang apa tadi? Kamu dan Lintang akan menikah. Apa itu nggak gila namanya?”Arjuna terdiam sejenak sebelum nyengir lebar, “Maksudku, kami akan menikah di hari yang sama. Tentunya dengan pasangan masing-masing.”“Hampir saja aku mengira kau sudah belok,” tungkas Mahanta. “Enak saja. Aku masih normal. Dimataku hanya Rianti yang paling cantik.”“Kayak Rianti mau saja nikah sama kamu.”Arjuna membulatkan matanya melotot pada Mahanta, sebelum tubuhnya lemas kembali. “Iya juga ya. Sampai detik ini saja, dia masih belum mau memaafkanku. Ada yang bisa menolongku nggak?”Mahanta dan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-22
Baca selengkapnya

Bab 109 – Lelahnya Percintaan Orang Lain

“Teman-temanku disekolah, om. Mereka bilang gitu. Beneran, om?”Lintang membersihkan tangannya sebelum menatap Rania dengan hangat. “Rania sayang ‘kan sudah punya papa Renan. Tapi Rania boleh manggil om, ayah, kalau Rania mau.”Hannah tersenyum sendu mendengar jawaban Lintang. Kedua matanya langsung berkaca-kaca karena Lintang masih menganggap Renan sebagai papa kandung Rania. Lintang juga bisa menempatkan dirinya hingga Rania merasa nyaman. “Ayah Lintang, gitu, om?” tanyanya lagi.“Iya, sayang. Mau nggak?”Rania terlihat ragu sejenak sebelum melirik ke arah Hannah. Merasa Rania meminta pendapatnya, Hannah menunduk mendekatkan wajahnya. “Rania mau?” “Boleh, mah?” tanyanya ragu. “Iya, sayang. Rania boleh panggil om Lintang dengan panggilan ayah Lintang.”“Ayah Lintang. Yeay!” Semua orang di meja makan terkekeh geli melihat tingkah lucu Rania yang sangat senang. Sekali lagi Lintang tersenyum pada Hannah yang balas tersenyum padanya. “Kesayangan buna senang ya?” tanya Ziana ikut m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-23
Baca selengkapnya

Bab 110 – Mari Kita Bicara

Tengah malam, Rianti tersentak kaget lalu mengerjakan matanya perlahan. Ia mencoba mengingat keberadaannya saat ini yang masih berada di kamar Zaidan. Saat Rianti memeriksa boks bayi itu, matanya melotot karena Zaidan tidak ada di dalam boks itu. “Zaidan dimana?” Lekas Rianti berlari keluar kamar dan melihat sekitarnya sudah gelap. Sedikit ragu, Rianti menoleh ke arah kamar Ziana dan Mahanta. Besar kemungkinan Zaidan ada disana. Tapi alasan kenapa Ziana tidak membangunkan Rianti membuatnya bingung. “Apa kucoba ketuk saja ya?” Rianti berjalan mendekati pintu kamar dan bersiap mengetuknya. Tapi tangannya melayang di udara karena keraguan yang masih menggantung. Akhirnya Rianti memutuskan untuk mengirimkan chat pada Ziana. {“Malam, nona. Maaf saya ketiduran tadi. Apa sekarang bayi Zaidan bersama nona?”}Rianti mengirimkan chat itu dan menunggu. Ia berharap Ziana masih terbangun dan membalas chatnya. Tapi selang lima menit kemudian, belum juga ada balasan dari Ziana. Pesannya juga ti
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-25
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status