Home / Romansa / Mengandung Benih Bos Arogan / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Mengandung Benih Bos Arogan: Chapter 81 - Chapter 90

118 Chapters

Bab 81 – Mencari Bukti

“Bunda paham kecemasanmu. Tapi mereka melakukannya untuk menghentikan Sherena. Wanita itu sudah banyak sekali menyakiti orang lain, termasuk keluargamu, Ziana. Seseorang harus menghentikannya dan menjebloskan dia ke penjara.”“Bunda tahu ceritanya?”“Maha sudah menceritakan semuanya. Bunda pikir, kelakuan Sherena hanya sebatas sikapnya yang sombong dan arogan. Tapi ternyata lebih parah dari itu. Pertama toko kuenya Hannah, lalu kakak iparmu difitnah ‘kan? Belum lagi kematian kedua orang tuamu dan kakak iparmu itu juga.”“Apa, bunda?”Juwita langsung gelagapan menyadari dirinya sudah keceplosan. Mahanta memang menceritakan semuanya tentang perbuatan Sherena termasuk dugaan kematian orang tua Ziana, dan Renan yang berhubungan dengan Sherena. Tapi Mahanta meminta Juwita merahasiakan bagian kematian ketiga keluarga terdekat Ziana itu.“Bunda, apa maksud ucapan bunda tadi? Sherena ada hubungannya dengan kematian kedua orang tuaku dan kak Renan? Darimana bunda tahu itu? Katakan, bunda,” des
Read more

Bab 82 – Duplikat Handphone

“Simpan saja wajah memelasmu itu. Siapa suruh menyakiti istrimu disaat dia paling membutuhkanmu. Melahirkan sendirian itu tidak enak, Maha. Ziana pasti merasa tidak punya suami, padahal masih ada.”“Aku tahu, om. Dan aku sangat menyesal. Tapi aku tidak mau berpisah dengan Ziana. Aku tidak bisa hidup tanpa dia, om.”“Bulol memang terdepan, om. Percuma saja menasehatinya sekarang. Satu-satunya yang ia inginkan hanya Ziana,” sambar Lintang.“Kita bahas nanti saja. Lihat kesana.”Mereka bertiga menoleh ke arah yang ditunjuk Tomo. Tampak sebuah mobil yang mereka tunggu sejak tadi, akhirnya lewat di hadapan mereka. Lintang segera menyalakan mesin mobil dan menjalankannya keluar dari tempat persembunyikan mereka. Bukan hanya mobil Mahanta, tapi juga beberapa mobil lain bermunculan mengepung mobil itu.Pengiriman uang memang sengaja dilakukan di pagi hari saat jalanan dipenuhi kendaraan yang berlalu-lalang. Dan kali ini perjalanan mereka sedikit terganggu karena penutupan jalan yang dilakukan
Read more

Bab 83 – Saudara Tiri

“Maid, cepat kesini. Kenapa meja makan masih berantakan? Cepat bereskan,” omel Juwita.Ziana yang mendengarnya, menghela nafas lega lalu mendorong Arjuna agar berjalan keluar mansion lebih cepat. Mereka segera masuk ke dalam mobil dan pergi dari mansion itu. Masih belum tenang, Ziana terus menoleh ke belakang untuk memastikan tidak ada yang mengejarnya.“Jangan menoleh lagi. Kita keluar seperti biasa. Bukan maling. Apa yang membuatmu khawatir?”“Aku tidak bilang mau pergi pada bunda. Bagaimana kalau bunda tahu aku keluar bersamamu?”“Sebaiknya kau tidak membawa-bawa namaku atau aku tidak mau menolongmu lagi.”“Apa-apaan itu? Kau tidak mau bertanggung jawab?”Arjuna mendengus kesal, “Justru aku sedang melakukan tanggung jawabku sekarang. Sekarang kita mau kemana?”“Apa kau lupa untuk menduplikat handphone ini?” Ziana menggoyangkan ponsel yang masih dipegangnya.“Ya, aku tahu.”Mobil terus bergerak cepat menuju sebuah tempat yang tidak bisa Ziana bayangkan sebelumnya. Saat Arjuna memark
Read more

Bab 84 – Bukti Kejahatan Sherena

“Bukan. Jay itu anak tante Emma dengan suami pertamanya. Setelah bercerai, tante Emma hidup bersama Jay. Saat itu om Hasan mulai mendekatinya sampai mereka menikah. Tante Intan setuju kok. Bahkan hadir di acara pernikahan mereka. Soalnya sejak awal pernikahan om Hasan dan tante Intan hanya sebatas bisnis keluarga saja. Maha saja dibuat waktu mereka sama-sama mabuk.”“Memangnya adonan,” sambar Ziana sedikit kesal. Sedang serius pembicaraan mereka, Arjuna justru menambahkan hal lucu di dalamnya.“Maha yang bilang gitu. Aku nggak salah dong,” protes Arjuna tidak mau disalahkan.“Lalu bagaimana kelanjutannya?” Pertanyaan dari hacker yang sejak tadi menguping pembicaraan mereka membuat keduanya menoleh. “Lanjutkan ceritanya, sambil aku cari semua bukti kejahatan di handphone ini.”“Aku belum tahu bagaimana rupa Jay dan tante Emma. Apa kau punya fotonya, Arjuna?”“Foto Jay ya...” monolog Arjuna lalu mencari sesuatu di ponselnya. “Sepertinya aku tidak punya yang terbaru. Kami jarang berkumpu
Read more

Bab 85 – Ziana Melawan Sherena

Perhatian Ziana teralihkan saat ponselnya berdering nyaring. Keningnya mengerut melihat nomor tidak dikenal di layar ponselnya. Sedikit ragu Ziana menerima telepon itu dan menyapa lawan bicaranya.“Halo? Siapa ini?”[“Halo, Ziana. Lama tidak bertemu. Apa kau masih bisa tidur nyenyak setelah merebut Maha-ku?”]Ekspresi Ziana berubah dingin saat mendengar suara seseorang yang tidak akan pernah ia lupakan selamanya. “Sherena. Kamu masih berani menelponku setelah semua yang kau lakukan.”Terdengar suara tawa mengejek dari seberang sana. [“Kenapa harus takut? Kamu bukan siapa-siapa tanpa Maha-ku. Kamu itu cuma parasit tidak berguna. Wanita jalang!”]“Setidaknya aku berstatus sebagai istri Maha yang sah. Apa kau punya akta pernikahan dengan Maha? Ups! Sepertinya tidak dan tidak akan pernah.”Jantung Ziana berdetak kencang ketika membalas hinaan Sherena padanya. Bukan karena dia takut pada Sherena tapi menahan emosinya agar tetap bisa berpikir jernih. Sangat sulit bagi Ziana bicara pada Sher
Read more

Bab 86 – Terbongkarnya Kejahatan Sherena

“Makasih, pak,” ucap Ziana setelah turun dari boncengan ojek online.Ziana menarik penutup hoodienya hingga menutupi sebagian kepala dan wajahnya. Ia memastikan alamat tempat yang menjadi lokasi penculik Hannah, sebelum memutari sekitar tempat itu. Dilihatnya pagar yang cukup tinggi di bagian samping gudang yang terlihat cukup tua itu.Ketika melihat setumpuk kotak di samping pagar, Ziana mendapat ide untuk melompat masuk dengan berpijak pada kotak-kotak itu. Ziana perlahan menaiki kotak lalu mengintip ke balik pagar. Ia sedikit terkejut karena berhadapan langsung dengan jendela yang terdapat di samping gudang. Ziana bisa melihat ke dalam gudang yang cukup terang itu.“Kak Hannah,” bisik Ziana melihat kakaknya duduk terikat dengan mata dan mulut tertutup. Ziana sangat mengenal postur tubuh Hannah hingga langsung mengenalinya meskipun terhalang kaca dan kondisi Hannah.Tapi Hannah tidak sendirian di dalam gudang itu. Ada dua orang bersamanya. Mereka berdiri di dekat Hannah dan sepertin
Read more

Bab 87 – Sherena Yang Sesungguhnya

“Tenang dulu, tante. Semuanya akan terbuka hari ini. Saat ini juga. Tapi sebelum itu...” Mahanta fokus menatap Rania yang sibuk memperlihatkan boneka beruangnya pada kedua bayi Zaidan dan Ananda. “Tante Juwita, tolong bawa Rania dan bayi kami ke kamar tamu ya. Disana,” tunjuk Mahanta.Juwita yang ingin tahu ceritanya, terpaksa mengangguk. Dia mendorong stroller kembar itu sambil menggandeng Rania menuju kamar tamu. Setelah pintu kamar tamu tertutup, Mahanta kembali menatap satu persatu orang yang ada di ruangan itu.“Aku mulai ya. Kalian pasti sudah tahu siapa Sherena. Tapi yang kalian belum tahu adalah perbuatan jahat yang Sherena lakukan selama ini.”Nenek Darisa yang ingin bicara, terdiam saat Mahanta mengangkat tangannya. “Ada waktunya nenek untuk bicara nanti. Tapi tidak sekarang. Aku akan mulai mengatakan apa saja yang sudah Sherena lakukan selama ini. Dan semua ini ada hubungannya dengan Ziana, istriku dan Zaidan, bayi kami.”“Bayi cacat dibelain terus,” dumel nenek Darisa memb
Read more

Bab 88 – Menginginkan Milik Mahanta

“Papamu? Aku tidak yakin. Seharusnya dia sudah ada disini saat ini, Sherena. Tapi dimana dia?” Mahanta tersenyum mengejek ke arah Sherena.“Apa maksudmu, Maha? Kau apakan papaku?! Lepaskan aku!” Sherena memberontak dalam ikatannya hingga kedua pergelangan tangannya berdarah. Tatapannya nyalang menatap Mahanta penuh dendam.“Diam, Sherena. Atau kulakban mulutnya,” ancam Mahanta. “Papamu sudah berada di tangan yang tepat. Siapa suruh melakukan kejahatan untuk menjalankan bisnisnya. Papamu juga yang mengancam bisnis papaku ‘kan? Sampai salah satu kantor cabang kami tutup.”“Apa benar, Maha? Pak Nugraha yang melakukan itu?”“Aku sudah tahu sejak awal, pah. Tapi papa tidak akan percaya karena buktinya tidak ada. Papa Sherena menyuruh preman-preman yang dibayarnya untuk meneror para pegawai kita hingga trauma. Bahkan pengrusakan fasilitas kantor juga dilakukan oleh mereka.”“Wah, benar-benar nggak habis pikir papa. Tega banget Pak Nugraha melakukan itu. Apa dia tidak memikirkan dampaknya?”
Read more

Bab 89 – Dimana Semua Orang?

“Kau membuat mama malu, Jay. Mama tidak pernah mengajarimu merebut apa yang menjadi milik orang lain,” ucap Emma kecewa.“Tapi mama melakukannya ‘kan? Mama merebut papa Hasan dari tante Intan.”Emma kembali melayangkan tamparan ke pipi putranya. “Kami menikah atas restu kak Intan, Jay. Apa yang mama lakukan berbeda denganmu, Jay. Jelas-jelas Ziana tidak setuju. Kamu tidak boleh memaksanya.”“Kenapa, mah? Kenapa aku tidak boleh mendapatkan apapun yang kuinginkan? Bahkan setelah semua yang kulakukan, aku tidak mendapat apapun selain menjadi bayangan Maha saja.” Jay terduduk di lantai yang dingin dengan tatapan kosong.“Jay, kamu salah, nak. Papa tidak mau kau terbebani dengan semua tugas untuk menjadi pewaris Hirawan. Kau pernah mencobanya ‘kan dan __”“Aku gagal. Aku tahu, pah. Tidak perlu papa ingatkan lagi.”“Dan apa kau ingat kenapa sampai kau gagal?”Jay terdiam memikirkan pertanyaan Hasan. Seharusnya ia berhasil memenangkan sebuah tender besar ketika sakit typus menyerangnya. Demi
Read more

Bab 90 – Cabut Sampai Ke Akarnya

Sambil berjalan keluar dari kamar bayinya, Ziana mencoba menghubungi Tomo. Setelah menunggu sebentar, akhirnya Tomo mengangkat teleponnya.“Halo, Ziana. Ada apa?”[“Ayah dimana sekarang? Kok nggak ada di mansion?”] tanya Ziana sedikit cemas.“Ayah masih diluar sama bunda, sama anak-anak juga. Kamu bukannya lagi sama Maha? Kok sudah pulang?”Ziana mengerutkan keningnya mencoba mencerna apa yang Tomo katakan. “Memangnya kenapa, ayah? Aku nggak ada urusan sama dia.”[“Masih ngambek ya? Kasihan Maha, Na. Dia melakukan itu untuk melindungi Zaidan. Coba kamu pikirkan baik-baik, Na.”]“Yah, aku masih sakit hati ya.”[“Ayah tahu. Tapi nggak baik lama-lama bertengkar. Lagian masalahnya sudah jelas ‘kan? Bunda juga titip pesan, bikinin adiknya Zaidan katanya.”]Ziana melotot kaget dan tersedak liurnya sendiri mendengar permintaan Juwita. “Uhuk! Ayah, aku belum lewat masa nifas. Masa sudah minta lagi?”[“Ya sudah, nunggu lewat masa nifas kata bunda. Sudah ya. Ayah mau bantu bunda dulu. Inget bai
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status