All Chapters of Kunkungan Pernikahan Suami Psikopat: Chapter 51 - Chapter 60

117 Chapters

Tertipu Dengan Umpan

Sekecil apa pun harapan itu maka Arum takkan ragu menerimanya namun jika menoleh ke belakang dan mengingat akan resiko besar menanti maka seketika pikiran buruknya muncul dan emosi pun jadi sulit dikendalikan.“Tidak .... aku tidak mau mati! Aku takut ...,” Harapan langsung lenyap sekejap, dunia menjadi kelabu dan perlahan kehilangan cahayanya. Sinar mata yang redup mengungkapkan keputusasaan terdalam. Sosok lelaki yang berada di hadapannya seolah hilang entah kemana padahal sudah jelas ada di depan mata hanya saja Arum tidak bisa melihatnya.“Aku akan mati. Aku pasti akan mati kalau keluar dari rumah ini, Julvri akan langsung tahu,” ujar Arum sembari memeluk tubuhnya sendiri yang bergetar. Takut, cemas dan panik. Semua hal itu dirasakannya hanya karena satu kalimat Julvri yang terlintas dalam benak. Seolah-olah perkataannya adalah mutlak dan tidak terbantahkan. Melawannya saja sungguh mustahil.“Tenang, Arum!” Jean berusaha menenangkan. “Dia menyelipkan suatu benda yang membuatn
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Masalah Tidur

Umpan yang diberikan terpancing, Julvri mengira bahwa detektif yang datang adalah Jean namun kenyatannya bukan. Detektif Arya yang datang tuk membicarakan tentang tuduhan itu beserta dengan kasus Eka. Samar-samar Jean merasakan sebentar lagi akan mencapai ke jalan yang sesungguhnya. Di mana ia akan bisa mendapatkan bukti konkrit terkait pembunuhan itu. Walau hanya dugaan belaka namun dengan adanya Arum maka itu akan memperkuat dugaan tersebut.Di malam, melewati perbatasan kota pusat dan saat ini berada di kota lain. Jalan raya masih sangat ramai hingga saat ini, setelah beberapa lama Jean menunggu seraya memainkan jari di stir mobil, akhirnya kendaraan di depan sudah mulai bergerak.“Aku ingin bertanya karena kamu tidak mengatakan apa-apa sejak tadi. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kamu sampai disekap meski di dalam rumah sendiri?” tanya Jean.Tidak mendengar jawaban darinya, Jean lantas berpikir mungkin karena Arum masih enggan untuk bercerita. “Begitu ya. Ya sudah kalau kamu
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Sejenak Merasa Lega

Masalah hati tidak ada yang tahu. Terkadang merasa lega namun juga menyakitkan, perasaan yang seringkali berubah-ubah dan mustahil dikendalikan itu membuat Arum frustasi hingga tidak dapat tertidur kembali. Semalaman bergadang, waktunya dihabiskan hanya untuk memandang langit malam saja.  Hingga fajar menyingsing, matahari telah terbit dari arah timur, langit mulai cerah dan para burung mulai beraktivitas begitu pula dengan manusia di sana. Dengan pakaian yang masih sama, Arum keluar dari kamar dan secara kebetulan Jean berada di depan.  “Oh.” “Baru saja aku ingin mengetuk pintu,” ucap Jean lantas tersenyum. “Kita ke tempat kenalanku sebentar ya, bagaimana?” imbuhnya mengajak. Arum menganggukkan kepala. Perasaan bersalah masih melekat karena ia terlalu merepotkan bagi Jean, meski Jean berkata tidak tapi Arum tidak merasa begitu.  
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Sudah Siap Bercerita

Senyum telah terukir kembali di wajah manisnya. Seolah beban terangkat ke langit, tiada menyisakan satu debu pun. Terlihat begitu ceria, Arum benar-benar sangat bahagia saat ini. “Ibu, sudah aku katakan berulang kali. Aku tidak apa-apa. Aku sungguh baik-baik saja.” ["Ibu merasa ada yang aneh, Arum. Suamimu berwajah sedih saat datang tapi Ibu merasa dia hanya berpura-pura."] “Ibu ... sudahi pembicaraan yang berkaitan dengan Mas Julvri. Aku hanya ingin tahu kabar Ibu tapi belum dijawab juga sampai sekarang.” ["Maaf. Ibu baik-baik saja. Tapi Ibu khawatir tentang suamimu itu, kalau bisa segera gugat cerai saja."] Saran Ibu tidak jauh dari sebelumnya. Arum sempat berencana cerai tapi dengan dalih akan ditalak langsung oleh Julvri. Tetapi Julvri tidak pernah mengatakan talak dan tiba-tiba memberikan surat cerai walau semuanya palsu dan Arum mencoba untuk memperc
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Karakter yang Berubah

Perdebatan di antara mereka yang sebetulnya tidaklah berguna. Mereka saling melampiaskan amarah, kecewa namun juga khawatir. Terutama Jean, saking khawatirnya ia marah-marah pada Arum.  Tepat setelah kalimat keputusasaan itu terlontar, seketika Jean terdiam di tempat. Situasi di antara mereka jadi canggung dan Dion pun secara tidak sengaja mendengar perdebatan itu karena kerasnya mereka berteriak. “Maafkan aku.” “Tidak. Ini salahku.” Mereka sama-sama keras kepala dan berakhir menyalahkan diri sendiri. Dion yang masih berada di ruang belakang pun lantas sengaja membuka pintu. Suara dari pintu tua mengagetkan mereka berdua, spontan Arum dan Jean melirik ke sumber suara itu. “Apa aku menganggu?” tanya Dion sambil tersenyum. “Dion—” “Maafkan aku, Pak Dion. Bukan bermaksud untuk
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Teror dari Orang Terkasih I

Jika saat itu Julvri tidak sadar kalau Arum melihat aksi kejinya di sebuah gang kecil maka apa yang akan dilakukan olehnya? Arum dibuat bungkam. Jean berdiri di hadapannya bukan sebagai seorang teman lama melainkan seorang detektif. Ia berniat menyelidiki perkara kasus misterius yang belakangan terjadi, instingnya seolah berkata ini semua berkaitan dengan Julvri.  “Bagaimana? Apa kamu bisa menjawabnya?” tanya Jean serius. Kadang kala pria ini perhatian, dirinya memang menyukai Arum tapi ia mampu mengendalikan diri dan berjaga jarak. Pria yang keras kepala, tegas namun lembut. Setiap penuturannya singkat dan jelas pun terasa seperti dikritik pedas. “Itu ...,” “Kalau tidak bisa menjawab maka ya sudah. Aku tahu kamu takut.” “Lalu apa?” Dahi Arum berkerut, ia mendelikkan mata dan sesaat aura kebencian terlihat
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Teror dari Orang Terkasih II

Matahari telah meninggi ke atas kepala, cuaca panas menyeruak tak tertahankan. Rasa pengap ia rasakan di mobil yang tidak ada pendingin ataupun sebuah pengharum. Terlebih melihat Jean yang terus memaki seseorang dari panggilan itu dalam kepanikan, membuat Arum merasa jadi tambah panas.  “Aku tidak akan membiarkanmu berhubungan dengannya lagi! Kupastikan itu terjadi, secepatnya akan aku temukan bukti dan menyingkitkanmu yang sudah tidak waras itu!” tutur Jean dengan berani.  Ia menoleh ke kanan dan kiri secara bergantian, dahinya berkerut tidak santai. Setelah itu Jean mendadak berlari pergi dan membuat Arum semakin cemas. Banyak pertanyaan yang ingin ditanyakan pada Jean namun orangnya malah melarikan diri begitu saja. “Sebenarnya apa yang terjadi? Aku tidak mengerti.” Pintu mobil tidaklah terkunci otomatis, sesaat ia berpikir untuk lari dan mengejar Jean akan tetapi
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Teror dari Orang Terkasih III

Arum memukul-mukul dada Jean. Amukannya tak pernah berhenti begitu pun dengan ocehan berupa amarah yang terpendam lama. Wajah Arum pucat pasi, pandangannya tak benar-benar mengarah pada Jean melainkan ke orang lain.  Orang-orang mulai memperhatikan mereka berdua. Sekilas terlihat seperti sedang terjadi KDRT atau sejenisnya. Jean melirik ke sembarang arah dengan sorot mata yang tajam guna menelisik keadaan sekitar serta mencari keberadaan sosok pria tidak waras itu.  “Orang itu. Sebenarnya ada di mana dia?”  Jengkel karena sejak tadi dipermainkan, Jean menggigit bibir bawahnya. Sedikit darah mulai menetes dari sudut bibir tanpa ia sadari. Jean kembali menatap Arum dan memastikan bagaimana keadaan mentalnya saat ini. “Pergilah! Aku tidak mau!”  “Tidak mau? Tidak mau apa? Sejak tadi kamu terus menyuruhku untuk pergi. Apa yang sedang
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bayangan

Hari semakin berlalu, waktu terasa panjang dan menenangkan. Meskipun hanya berlaku untuk sementara waktu tapi pasti 'kan dinikmati dengan tenang. Wanita yang bebas, senyum periang selalu terukir di wajahnya. Sorot mata bercahaya seperti gadis kecil yang polos itu sungguh memikat banyak hati orang.“Julvri.”Arum melindur, tanpa ia sadari dirinya memanggil-manggil nama sang suami. Dahinya berkerut, keringat mulai bercucuran. Tiba-tiba hati yang terasa tenang menjadi gundah entah mengapa. Arum bertanya-tanya apa yang terjadi pada dirinya namun tidak ada jawaban sama sekali.“Kenapa ... Julvri? Kenapa? Aku ... hanya berharap kita berdua ... bahagia.” Perlahan kedua matanya terbuka, manik-manik berwarna hitam kecoklatan memiliki cahaya yang sedikit redup. Melihat beberapa perabotan sederhana di sekitar serta sebuah pintu kayu terletak di bagian sisi kirinya. Belum lama ia memperhatikan pintu itu kemudian terbuka dan Jean datang. “Jean?” Arum beranjak dari ranjang kecil, Jean menyuruhny
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Telepon

Jalan persimpangan terbilang cukup jauh dari penginapan. Sepinya jalan benar-benar membuat orang tenang tapi juga membuat Arum sedikit was-was akan keadaan sekitar. Menelisik keadaan sekitar, yang bahkan seekor serangga saja tidak terlihat di depan mata. Suara yang sejak tadi memanggilnya justru menghilang begitu Arum berbelok ke kanan. Tidak mendapati siapa pun selain dirinya sendiri, dengan bertelanjang kaki ia berputar di tempat. Bola matanya bergerak ke kanan dan kiri, berusaha mencari sesuatu atau sumber suara mencurigakan itu. “Siapa yang memanggil tadi ya? Aku bingung.” Kedua alisnya hampir menyatu, beberapa pertanyaan terus bergilir dalam otaknya. Sebanyak apa pun pertanyaan pun rasanya tidak akan pernah ada jawaban. Arum mundur setengah langkah kemudian sesuatu yang berat di saku celana hitamnya bergerak lalu terjatuh membentur jalanan beraspal. “Ponselku?!” jerit Aru
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status