Semenjak pemadaman lampu terjadi, sikap Julvri dari waktu ke waktu semakin aneh. Membuat Arum tidak nyaman dan kebingungan pada saat itu juga. Ada perasaan cemas namun tidak lebih besar dari ketakutan. “Julvri, tunggu sebentar!”“Arum, berhentilah berbicara untuk saat ini.”“Apa? Tidak. Bukan begitu. Tanganku—”Genggaman tangan Julvri semakin erat saja, seolah-olah ingin mematahkan pergelangan tangan. Tidak peduli seberapa besar Arum merengek, Julvri tidak mendengarkan. Hingga suatu ketika, Julvri membawanya ke bangku taman yang terletak tak jauh dari pusat acara diadakan. Julvri menyuruh istrinya duduk namun tanpa berusaha melepas genggaman tangannya itu.“Julvri, tanganmu membuatku kesakitan. Aku mohon lepaskan, aku berjanji tidak akan ke mana-mana dan menghubungi siapa pun tanpa seijinmu,” ucap Arum. Julvri menghela napas panjang, lantas duduk berjongkok di hadapannya. Pelan, ia melepas genggaman tangan itu. Fokus Julvri teralihkan dengan kedua kaki Arum yang gemetaran. “Kamu t
Last Updated : 2024-10-29 Read more