"Padahal saya juga berniat melamarnya. Sayang, saya terlambat darimu, Am." Aku terkejut sampai tersedak mendengar ucapan pak Abraham. Bagaimana dia berniat melamar-ku jika dia sudah punya anak dan istri. "Bukan untukku, tapi untuk seseorang yang sejak lama memujamu, Ara." Aku terdiam mendengar ucapan pak Abraham. Siapa pula orang itu, perasaan selama di sini aku tidak pernah mengenal pria lain, selain pak Abraham dan Rio. "Dia tidak memiliki kesempatan lagi, saya akan membawanya pulang dan menikahinya," ucap Ikhram dengan nada yang terdengar ketus.Pak Abraham tertawa melihatnya. Aku hanya menundukkan kepala karena malu, bagaimana bisa Ikhram berubah menjadi seperti ini. "Kalian lanjutkan makan siangnya, saya akan pergi ke restoran yang di pesan Amara. Ada seseorang yang menunggu di sana." Pak Abraham terlihat menarik napas panjang, aku tidak tau karena apa dia melakukan itu."Pemuja rahasia, ya?" Ikhram bertanya sembari tersenyum. Entah kenapa senyumnya itu terlihat menakutkan. "Deni
Baca selengkapnya