Home / Pernikahan / Setelah Istriku Berkata Lelah. / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Setelah Istriku Berkata Lelah.: Chapter 41 - Chapter 50

137 Chapters

Menikahlah Denganku.

Aku dan Ikhram duduk berhadapan, selesai makan adalah pilihan untuk bicara, dengan begitu kami bisa berpikir dengan baik. Itu adalah harapanku bicara baik-baik tentang hubungan Ikhram dan Kartika."Kami tidak ada hubungan apa-apa, Ara. Murni hubungan sebagai teman tak lebih." Ikhram menjelaskan, tapi aku masih menunggunya bicara. Tidak menyela atau membantahnya sampai dia selesai bicara."Kau tau salah satu alasan aku berpisah dengan Bram? Itu karena Bram telah mendua. Aku bisa menerima segala hal yang terjadi dalam pernikahan, hidup melarat tanpa harta atau makan sekali sehari. Aku bisa menjalaninya tapi tidak dengan berbagi, meski hanya berbagi perhatian dengan wanita lain. Sebab dengan berbagi perhatian, bisa terjadi sesuatu yang di murkai Allah yaitu ... Berzinah. Itulah salah satu alasan aku menolak lamaranmu, karena kau belum selesai dengan masa lalu-mu." Aku menatap wajah Ikhram.Terlihat jelas kemarahan di sana, tapi aku tidak memperdulikannya. Untuk saat ini dia bisa marah, t
Read more

Aku Madu Dan Kau Lebah

"Menikah!" teriak ibu. Aku menjauhkan ponselku ketika mendengar teriakannya, wanita itu terdengar histeris pasti tempat itu sudah gempar sekarang. "Cepat katakan, apa yang terjadi, Amara Ayunda!" Benar kan, bapak pasti salah paham sampai teriak begitu. Ibu pasti tidak menyimak ucapanku."Bapak tenang dulu, tarik napas dan jangan berpikir macam-macam. Aku mana bisa menikah tanpa wali, jadi aku masih tangung jawab bapak." Terdengar helaan napas lega, menyusul suara permintaan maaf ibu pada bapak."Kau membuat bapak hampir kena serangan jantung. Bagaimana bisa, ibumu bilang kau sudah menikah." Aku tertawa mendengar ucapan bapak. "Belum menikah, Pak. Ikhram akan datang melamar lalu kami akan menikah, dia ada di Bali menemui Ara, kami sudah bicara dan dia masih berkeras, menikahi Ara jadi selanjutnya tergantung dengan pembicaraan orang tua." Aku menjelaskan pada bapak. Untunglah semua baik-baik saja. Bapak tertawa karena kekonyolan tadi, ibu juga meminta maaf berulang kali. Dia nyaris me
Read more

Gangguan Sebelum Pernikahan.

"Masih mau ribut soal lebah dan lalat?" tanya Ikhram saat melihatku masih cemberut. "Tentu saja, aku sudah pernah membuang sampah, mana mungkin mau menyimpan sampah lagi. Jadi jangan pernah mengundang lalat, kalau tidak mau menjadi sampah." Ikhram tertawa sedangkan aku masih diam. "Kalau begitu jangan cemberut lagi, kan sudah aku bilang tidak akan menjadi sampah. Cukup Bram yang kau buang seperti sampah, aku jangan kau buang seenakmu." Ikhram berkata sembari mengengam tanganku menuju ke ruang tunggu airport. Setelah ribut panjang di depan pak Abraham. Akhirnya Ikhram berhasil membawaku pulang ke kampung, bapak dan ibu tentu saja senang. Mereka juga sudah bersiap menyambut kedatangan Ikhram dan orang tuanya. "Untuk menghemat waktu, aku akan pulang ke kampung sendiri, sedangkan kau akan datang menyusul bersama papa dan mamamu, Mas," ujarku saat sudah di dalam pesawat."Tidak bisa, aku akan mengantarmu sampai rumah. Menginap satu malam baru besoknya kembali ke rumah papa, dua hari kemu
Read more

Memukuli Mantan Adik Ipar.

"Kau sudah gila, Ikhram." Aku nyaris berteriak saat sampai depan rumah bapak. Ada tenda yang terpasang dan masih banyak orang yang tengah sibuk di belakang. Jelas mereka sedang masak-masak.Ikhram tertawa sembari menghampiri orang tuaku dan juga orang tuanya. Dia merencanakan semuanya tanpa memberitahuku, bagaimana bisa dia melakukan ini tanpa bicara dulu denganku. "Tolong jangan marah, kita ijab Qabul dulu sekalian kenduri kecil, untuk memberitahu warga kalau kita sudah sah sebagai suami-isri. Resepsi akan kita lakukan di hari Minggu di hotel yang sudah mama pesan." Ikhram menjelaskan dengan sabar.Aku memukuli tubuhnya karena geram. Bagaimana bisa dia melakukan hal besar ini, bagaimana jika semua tidak sesuai dengan rencananya, apa yang akan terjadi padaku dan juga orang tua kami."Allah, aku tidak tau harus bicara apa lagi padamu, Mas. Ini benar-benar di luar nalarku." Aku terduduk di ruang tamu yang sudah di decor sedemikian rupa. Mereka kompak bekerjasama menipuku."Dengarkan aku
Read more

Bram Datang Setelah Amara Sah Menjadi Istri Ikhram.

"Saya terima nikah dan kawinnya, Amara Ayunda binti Muhammad Husin dengan mas kawin. Sebuah rumah, mobil dan uang satu milyar dibayar tunai." Kata sah memenuhi ruangan tamu rumah bapak. Selain aku semua orang terkejut mendengar mas kawin yang Ikhram sebutkan, mbak Vivi dan Desi bahkan terduduk lemas. Aku masih linglung saat melihat Ikhram mengulurkan tangannya. "Cium dong, Sayang. Tangan ini yang mulai sekarang akan mengambil alih, tugas untuk menjaga dan melindungimu, bapak bisa istirahat." Aku mendengus tapi tetap meraih tangannya, lalu membawanya ke depan hidungku. Kemudian Ikhram memegang wajahku, lalu memberi kecupan di keningku. Saat mengangkat kepala terlihat dia tersenyum, terlihat matanya berkaca-kaca. Sebesar apa sebenarnya dia mencintaiku, pertanyaan yang terus mengusik pikiranku selama ini. Setelah ijab Qabul, kami menuju ke depan dan menemani para tamu makan. Acara di rumah bapak tidak terlalu besar, hanya makan bersama agar semua orang tau aku dan Ikhram sudah sah. Pa
Read more

Aktifitas Manis Pengantin Baru.

Aku menangis sambil memukuli bahu Ikhram. Ini sudah ke empat kalinya dia membajak tubuh ini, tadi aku iba melihatnya yang bolak-balik di tempat tidur, jadi aku mengatakan kalau tidak sedang datang bulan.Begitu selesai mendengar laporanku dia langsung mengila. Tenaganya seolah tidak berkurang sama sekali, meski sudah hampir tiga jam bercocok tanam. Sekarang dia masih terus bergerak sedangkan aku sudah sangat lelah, "Sayang aku lelah, cepat selesaikan," bujukku dengan wajah yang mungkin sudah berantakan. Bukannya berhenti dia justru mempercepat gerakan pinggulnya. Sedangkan aku hanya bisa pasrah menerima hentakan pinggulnya. Beberapa saat kemudian dia menyatukan kening kami, dan berusaha mengatur napasnya yang masih memburu."Aku lelah, kita istirahat dulu," pintaku lagi sembari mencium pipinya. Ikhram tidak bicara hanya menatap mataku, perlahan dia menjauh setelah mengecup keningku. Aku menarik napas lega lalu beranjak ke kamar mandi, untung kamar ini ada kamar mandi sendiri, jadi tid
Read more

Siapa Yang Salah, Siapa Yang Dihukum.

Setelah lebih dari lima jam melakukan perawatan dan juga menahan malu. Aku dan ibu akhirnya selesai, kini sedang menunggu Ikhram dan bapak yang pergi entah kemana. Sambil menunggu aku masih menundukkan kepala, setiap kali melihat para terapis aku makin merasa malu. Bagaimana tidak, dengan cupang di seluruh badan aku terpaksa melakukan perawatan tubuh. Kalau tidak karena Ikhram yang sudah melakukan reservasi, aku juga tak sudi melakukan perawatan, di saat tubuh penuh bekas percintaan dengan Ikhram meski dia suami sah-ku.Untunglah aku tidak lagi terlalu lama menahan malu. Ikhram datang bersama bapak, wajah mereka terlihat senang. Aku dan ibu memicingkan mata karena merasa curiga. "Pasti ada sesuatu dengan mereka, kenapa senyumnya terlihat mencurigakan," bisikku pada ibu. "Ibu juga curiga, tidak biasanya bapak tersenyum seperti itu. Ibu takut bapak juga kepingin kawin lagi." Aku tersentak mendengar ucapan ibu. Kemudian memperlambat langkah sebelum memilih kabur, Ikhram, bapak dan ibu
Read more

Akibat Kecemburuan Ikhram.

Aku meraih selimut lalu menutupi tubuhku. Sakit hati tidak lagi aku hiraukan, saat ini aku hanya ingin tidur. Lebih dari dua jam Ikhram menjamah tubuhku, aku tidak menunggunya keluar dari kamar mandi. Memilih memejamkan mata dan melupakan kemarahan hari ini."Sayang, bangun dulu." Aku merasa sentuhan lembut di pipiku, tapi tidak membuatku bangun. Biarlah aku tenangkan diri dulu setelah mendapat hukuman, padahal aku tidak merasa melakukan kesalahan apapun."Hai, jangan menangis. Aku minta maaf kalau membuatmu marah." Ikhram menciumi wajahku, setelah melihat air mata mengalir di pipiku. "Bukan aku yang marah, tapi justru kau yang terlihat marah sejak tadi. Kau bahkan mendiamkan aku, meski aku sudah meminta maaf padamu." Aku berkata pelan, dengan air mata yang tak mau berhenti mengalir. Aku menyingkirkan tubuh Ikhram, lalu berjalan menuju ke kamar mandi. Ikhram menatap dengan wajah sedih, tadi saja sok keras kepala, sekarang bisa pula dia memasang wajah sedih begitu."Sayang, kita bicara
Read more

Janji Ikhram Pada Bapak Amara.

"Sayang bangun, kita berhenti sebentar, makan siang." Aku membuka mata dengan malas, setelah semalaman dihajar habis-habisan, akhirnya aku bisa tidur dengan nyenyak di dalam mobil. Tadi pagi kami bertolak menuju ke rumah orang tua Ikhram, untuk melaksanakan resepsi yang akan dilakukan lusa."Sudah sampai?" tanyaku pelan. "Belum, masih setengah jalan. Mau makan siang dulu, kasihan bapak dan ibu pasti juga sudah lapar. Ini sudah hampir jam makan siang," ujar Ikhram lagi. "Iya, aku juga sudah sangat lapar. Aku mau makan siang juga." Ikhram tertawa lalu mengajakku keluar. Ternyata kami sudah berhenti di depan sebuah restoran, Denis juga sudah membawa bapak dan ibu masuk ke restoran. Aku pergi ke toilet sebentar mencuci muka lalu bermake-up sedikit. Aku tak pede dengan wajah bekas bangun tidur, ini semua karena Ikhram dia terus menerus meminta jatah. Sehingga mengurangi waktuku tidur, sekarang mudah sekali aku tidur asal letak kepala langsung tidur."Sudah segar lagi?" tanya Ikhram seolah
Read more

Kebusukan Liana.

Aku menarik napas panjang, saat menyaksikan ballroom hotel yang di sulap menjadi tempat resepsi pernikahan. Tamu undangan juga dari kalangan pebisnis sampai pejabat daerah.Ikhram terus tersenyum dan menemaminku, saat para tamu datang berjabat tangan dengan kami. Dia sempat berbisik untuk melepaskan sepatuku jika sudah merasa capek. Aku hanya tersenyum dan mengatakan padanya kalau aku baik-baik saja. Meski aku merasa kakiku rasanya mau patah, saat sedang berbisik di telinga Ikhram. Seseorang justru datang bersama mama Ikhram. "Selamat, akhirnya kalian menikah juga. Aku senang akhirnya Amara sembuh dari penyakitnya." Aku dan Ikhram saling pandang. Sedangkan mama Ikhram terlihat bingung. "Amara sakit, sakit apa? Kok mama tidak tau dia sakit." tanya mama Ikhram dengan cemas. "Bukan sakit, Ma. Hanya ...." Ikhram belum menyelesaikan ucapannya, tapi di potong oleh Liana. "Amara tidak bilang, kalau dia pernah menjadi pasienku, Tante?" Suara Liana pelan tapi cukup membuat mama Ikhram terkej
Read more
PREV
1
...
34567
...
14
DMCA.com Protection Status