Aku meraih selimut lalu menutupi tubuhku. Sakit hati tidak lagi aku hiraukan, saat ini aku hanya ingin tidur. Lebih dari dua jam Ikhram menjamah tubuhku, aku tidak menunggunya keluar dari kamar mandi. Memilih memejamkan mata dan melupakan kemarahan hari ini."Sayang, bangun dulu." Aku merasa sentuhan lembut di pipiku, tapi tidak membuatku bangun. Biarlah aku tenangkan diri dulu setelah mendapat hukuman, padahal aku tidak merasa melakukan kesalahan apapun."Hai, jangan menangis. Aku minta maaf kalau membuatmu marah." Ikhram menciumi wajahku, setelah melihat air mata mengalir di pipiku. "Bukan aku yang marah, tapi justru kau yang terlihat marah sejak tadi. Kau bahkan mendiamkan aku, meski aku sudah meminta maaf padamu." Aku berkata pelan, dengan air mata yang tak mau berhenti mengalir. Aku menyingkirkan tubuh Ikhram, lalu berjalan menuju ke kamar mandi. Ikhram menatap dengan wajah sedih, tadi saja sok keras kepala, sekarang bisa pula dia memasang wajah sedih begitu."Sayang, kita bicara
Read more