Home / Pernikahan / Setelah Istriku Berkata Lelah. / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Setelah Istriku Berkata Lelah.: Chapter 51 - Chapter 60

137 Chapters

Ikhram Membawa Kartika Pulang.

Aku membuka mata dengan linglung. Aku masih bingung, karena tidak tau sejak kapan tertidur, aku meraba sisi sampingku tapi tidak ada tanda keberadaan Ikhram. Aku segera bangun lalu memeriksa kamar mandi, tapi tetap tidak terlihat tanda keberadaan suamiku itu. 'Kemana dia, kenapa pergi tidak bilang-bilang?' Aku mengambil ponsel untuk menghubunginya. Saat itulah muncul sebuah pesan yang membuatku terkejut setengah mati. Ponselku sampai jatuh karena terkejut, dengan tangan gemetar aku meraih ponselku lalu membuka pesan itu lagi. "Mencari suamimu? Dia sedang bersama wanita yang benar-benar dia cintai." Aku membuka beberapa foto yang baru di kirimkan, oleh seseorang dengan nomor asing. Di pesan itu jelas terlihat Ikhram memeluk seorang wanita yang sedang hamil. Dari latar belakangnya terlihat itu di Bandara, apa wanita ini .... Kartika. Bukankah dia sudah menikah kenapa ada di Indonesia.Banyak pertanyaan yang membuatku sesak. Aku menghubungi Ikhram tapi operator bilang di luar jangkauan
Read more

Menenangkan Diri

"Ha!" teriakku panjang.Brak, tiba-tiba seseorang menendang pintu kamar mandi. Aku yang sedang berdiri di bawah shower, tidak menoleh sama sekali karena sudah tau siapa pelakunya. "Keluar, tinggalkan aku sendiri," pintaku lirih."Apa yang kau lakukan, Ikhram?!" pekikku. Bukannya keluar dia justru meraih handuk, melilit tubuhku lalu mengangkatku keluar dari kamar mandi. "Tenangkan dirimu, kita bicara tapi setelah kau berganti baju." Dia segera menuju ke lemari, mengambil baju lalu meletakan ke atas tempat tidur. "Berhenti, aku bisa melakukannya sendiri. Keluar, tinggalkan aku, temani saja tamumu." Aku memberi tanda mengunakan daguku, ke arah pintu kamar. Di sana Kartika berdiri sambil mengelus perutnya.Terdengar Ikhram menarik napas lalu menghampiri Kartika. Aku segera berbalik dan kembali ke kamar mandi, aku baru membasahi tubuhku belum juga pakai sabun, si bodoh Ikhram sudah keburu datang."Tunggu saja di luar, sebentar lagi Denis datang. Dia akan mencarikan hotel atau penginapan
Read more

Kemarahan Ikhram.

"Ayo masuk, lelang akan dimulai." Aska mengajakku masuk. Dengan tenang aku mengikutinya, di dalam sudah banyak orang. Jadi kami segera menuju ke ruang VIP, ruangan yang di sediakan untuk Aska."Barang nomor 53, itu yang kita incar. Pikirkan berapa maksimal harga yang harus kita keluarkan." Aku segera melihat barang yang Aska tunjuk, salah satu vas peninggalan dinasti Qing. "69,5 Juta Dolar Amerika." Aku tercekat saat menyebut harga benda antik itu."Vas ini salah satu dari 18 vas yang di buat pada dinasti Qing. Jadi harganya memang lumayan mahal, tapi kita harus mendapatkannya." Aku kembali menelan ludah, begitu mendengar ucapan Aska.Orang kaya dengan uang yang tak bisa habis. Demi hobby mereka rela mengeluarkan banyak uang. "Kalau begitu, ayo kita dapatkan barang itu." Aska mengangguk, lalu kami mengikuti lelang sampai tiba pada barang yang kami incar.Aku mengerutkan kening, saat melihat banyak juga yang mengincar vas ini. "Biarkan dulu, kita mulai setelah mendekati akhir penawaran,
Read more

Pilih, Aku Yang Pergi Atau Wanita Itu?

"Aku merasa seperti seorang pelacur, yang tertangkap berzinah dengan suami orang. Bagaimana bisa kau lakukan ini padaku, Ikhram?" tanyaku lirih. Ikhram tidak menjawab dia hanya memelukku dari belakang. Sudah dua jam aku tidur membelakanginya, aku masih tidak bisa menatap wajahnya setelah memaksaku berhubungan intim.Airmata masih tidak mau berhenti mengalir. Rasa sakit tak hanya terasa di area intimku tapi juga hatiku, bagaimana bisa pria baik dan lembut itu berubah dalam sekejap. Bukan aku yang salah, tapi kenapa selalu kena hukuman. "Sebelum terlambat, ayo kita berpisah, Mas," ucapku dengan suara gemetar.Tidak ada suara dari Ikhram. Dia meraih tanganku kemudian menciumnya, lalu menyematkan sesuatu di jari manisku. Aku tersentak saat melihat cincin berlian biru langka itu ada di jariku. "Ini?" tanyaku bingung."Aku sudah mencarimu sejak dua Minggu yang lalu. Denis berhasil melacak keberadaanmu di lelang itu, saat datang aku juga melihatmu bersama Askara Wijaya. Apa kau tau rasa saki
Read more

Obat Dan Herbal Berbahaya Untuk Kehamilan Amara.

"Aman Sayang, pintu juga masih terkunci rapat." Ikhram menghampiri setelah memeriksa pintu dan jendela. "Kau juga aneh, di depan ada satpam, jadi tak ada yang bisa masuk tanpa ketahuan," kata Ikhram pelan. "Ke kamar lagi yuk," ajaknya lagi. Aku mengikuti tanpa penolakan, entah kenapa perasaan ini sama, seperti saat sebelum rumah tanggaku hancur. "Berhenti memikirkan yang tidak-tidak. Cukup pikirkan aku saja." Ikhram kembali mengajakku berbaring lalu memelukku dengan erat. Mungkin merasa aku masih melamun, jadi dia mengangkat daguku lalu kembali mencium bibirku dengan lembut. Aku memejamkan mata, berusaha melupakan perasaan yang tidak enak ini. "Tidurlah lagi, aku tidak akan pergi kemana-mana." Mendengar perintah Ikhram aku segera memejamkan mata. Entah karena lelah atau karena terlalu nyaman dalam pelukan Ikhram. Aku jadi tidur dengan nyenyak, aku bahkan bangun lebih lama darinya. Saat membuka mata pria ini tengah menatap wajahku, aku cemberut karena merasa jelek saat tidur."Apa ka
Read more

Di sekap dalam perusahaan Ikhram.

"Sayang, aku ada urusan di luar, jadi tidak pulang makan siang," pesan Ikhram yang baru saja aku terima. Padahal aku baru saja selesai masak, ini sudah yang ketiga kalinya dia tidak pulang untuk makan siang. Aku tidak tau dia kemana, tapi Denis selalu bilang kalau dia sedang ada di luar. Jadi aku mengira mereka bersama, sebaiknya aku antar saja makan siang untuknya. Sekalian jalan-jalam melihat perusahaannya. Dengan senang hati aku mulai menyusun makanan ke dalam rantang. Tak lupa aku membawakan puding yang baru aku buat, Ikhram sangat menyukai puding buatanku itu. Aku juga dengan senang hati membawakan makanan yang sama untuk Denis. Aku harap mereka bisa makan bersama meski tanpa aku temani, meski tidak terlalu menyukai Denis, tapi aku tidak suka menyimpan dendam pada pria itu. Setelah memastikan semua masakan siap di dalam rantang. Aku segera masuk ke kamar untuk mandi dan bersiap pergi ke perusahaan Ikhram. Setengah jam kemudian aku sudah menaiki mobilku dan bergerak menuju peru
Read more

Bertemu Suami Di Dokter Kandungan Bersama Wanita Lain.

"Silakan tunggu sebentar ya, Bu. Setelah pasien di dalam keluar anda bisa masuk." Aku menganggukkan kepala, pada seorang perawat yang mengantarku ke bagian Poli Obstetri Ginekologi.Setelah pergi dari perusahan Ikhram. Kepalaku semakin sakit dan perutku terasa sangat mual, jadi aku memutuskan pergi ke rumah sakit. Setelah di periksa aku di bawa ke tempat ini, dokter bilang kemungkinan aku hamil.Untuk memastikan diagnosanya, maka harus di periksa secara detail. Dengan lembut aku membelai perut yang masih datar itu, dengan harapan ada janin di sana. Agar rumah tanggaku membaik dan bisa bertahan. Aku mengangkat kepala karena mendengar suara pintu terbuka. Aku berdiri tepat saat dua orang keluar, dari dalam ruangan yang akan aku masuki. Kakiku lemas saat melihat, seorang pria menopang wanita yang sedang hamil. Selain aku kedua orang itu juga terkejut. Aku terkekeh geli dengan air mata mengalir di pipiku, siapa sangka akan bertemu ikhram dan Kartika, di depan ruangan dokter kandungan. "S
Read more

Melarikan Diri Setelah Mendengar Rencana Mama Rida

"Mama tidak perduli, dengan masalah mereka. Begitu cucu mama lahir, kita akan memikirkan lagi cara mengusir wanita gila itu." Aku terdiam mendengar ucapan mama Rida. Siapa yang dia sebut wanita gila, apa yang dia maksud itu ... Aku. Dia berencana memisahkan aku dengan anakku? Tidak boleh. Aku harus mencari jalan, agar rencananya tidak terjadi. "Sayang, sedang apa di situ." Aku tersentak mendengar suara Ikhram. Aku segera mengambil gelas dan mengisi dengan air. Begitu mama Rida datang, dia terkejut melihatku. "Sejak kapan kau ada di sini, Amara?" tanyanya dengan tatapan curiga. "Baru saja, Tante. Ini mau ambil air minum," jawabku sambil berusaha menenangkan diri, dari detak jantung yang tak terkendali."Minum air biasa atau air hangat, air dingin tidak bagus untuk kandunganmu," ujarnya pelan namun terdengar sinis. "Iya, ini juga air biasa. Amara, kembali ke kamar lagi, Tante." Tanpa menunggu lama, aku segera berjalan ke kamar. Tanpa memperhatikan tatapan Ikhram dan mamanya. "Sayang,
Read more

Hampir Ketahuan Ikhram Dan Denis.

"Sudah periksa Mbak Ayu, apa kata dokter? Perasaan ini terlalu besar, jika menurut umur kandungan yang Mbak ayu bilang," tanya ibu Aris. Aku tersenyum lalu mengelus perutku yang memang lebih besar dari umumnya. "Tiga anak, Bu. Aku mengandung tiga anak kembar," ujarku senang."Apa, kembar?!" Aku terkejut, melihat ibu Aris jatuh terduduk lalu pingsan. Aku berteriak lalu segera meminta bantuan, untung ada pembeli yang datang. Dia membantu mengangkat ibu Aris dan meletakkan ke tempat tidur. Setelah memberinya mintak kayu putih, baru dia sadar lalu menyentuh perutku. Matanya terlihat berkaca-kaca, aku masih tidak mengerti dengan reaksinya, namun aku segera paham setelah Aris pulang. "Jadi Aris juga punya kembaran, namun meninggal waktu lahir?" tanyaku lirih. "Itu karena saya tidak punya cukup uang untuk periksa, Mbak Ayu. Dengan rajin kontrol, Mbak bisa mengambil keputusan terbaik, untuk menyelamatkan anak-anak Mbak Ayu." Aku kembali tersenyum lalu mengambil keputusan. "Saya akan kembali
Read more

Pulang Membawa jenazah anakku.

"Pak." Setelah diam cukup lama, akhirnya aku memanggil pria yang sangat aku rindukan itu. Tidak ada suara hanya napas yang terdengar tersengal. "Di mana? Pulanglah," suara bapak terdengar gemetar. "Aku akan kembali ke rumah Ikhram. Bapak tidak perlu ke mari tapi temui Aska, dia menunggu bapak di terminal." Aku tidak menjelaskan lebih jauh, bapak bilang sudah mengerti jadi aku tidak melanjutkan bicara dengannya.Lima belas menit kemudian sebuah mobil berhenti di depanku. Setelah memastikan mobil itu pesananku, aku segera naik dengan mengendong seorang bayi. Sopir mungkin mengira bahwa aku baru melahirkan, memang aku melahirkan tapi anak yang aku gendong ini sudah tidak bernyawa. Aku menangis dan menciumi wajah kecil itu. Sopir di depan tersenyum, mungkin mengira aku terlalu bahagia karena memiliki seorang anak. Tanpa mengetahui kalau hatiku sedang hancur, dari tiga anak justru anak bungsuku yang tidak bisa bertahan. Sempat masuk inkubator, tapi tadi pagi dia menghembuskan napas terak
Read more
PREV
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status