Home / Pernikahan / Setelah Istriku Berkata Lelah. / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Setelah Istriku Berkata Lelah.: Chapter 11 - Chapter 20

137 Chapters

Tekanan Jiwa

POV : Amara.Aku memilih keluar dari rumah untuk menenangkan diri. Masalah demi masalah membuatku hampir gila. Belum lagi ketika mengetahui, betapa hinanya pria yang aku nikahi. Dia rela mendatangi pangkalan demi memuaskan nafsunya."Setan!"Aku berteriak sembari menendang kaleng kosong bekas minuman. Terlalu emosi hingga tak menyadari seseorang mengikuti sedari tadi. "Kau tak perlu marah-marah, kita bisa bersenang-senang seperti yang Bram lakukan."Aku terkejut saat seorang pria berdiri di depanku. Sepertinya dia mengenalku buktinya dia menyebut nama mas Bram. "Kau tau Ara, aku selalu memimpikan mu sejak Bram berkata. Kalau kau jauh lebih hebat dari wanita-wanita pangkalan, itu salah satu alasan kenapa Bram menolak ketika diajak pergi, namun akhirnya dia mulai mencoba mendatangi pangkalan. Mungkin ingin merasakan perbedaan istrinya dengan pela**r."Aku terkejut mendengar ucapan pria asing ini bicara. Aku bisa menyimpulkan kalau dia teman mas Bram, kurang ajarnya lagi, mas Bram membic
Read more

Keputusan Ara.

Teriakan mas Bram tak membuatku takut lagi. Kini sebuah ponsel telah aku miliki, setelah dua bulan menipu mereka semua soal uang kiriman bapak."Aku membeli ponsel baru, sama seperti punyamu. Jangan protes karena ini mengunakan uang pemberian bapak, kalau kau tak suka kita pisah saja, bapak pasti mengerti karena aku sendiri yang akan bilang." Aku menarik napas berharap mas Bram takut. Ternyata ancamanku berguna juga, mas Bram takut aku minta cerai."Sial, kalau begini tak perlu begitu lama tersiksa, hidup tanpa uang bersama mas Bram," pikirku."Kenapa kau tak mau mengerti juga. Kita hanya perlu bertahan lima tahun saja, sampai angsuran motor itu selesai. Setelah itu kita terbebas dari ketua adikku karena mereka sudah tamat sekolah." Aku mendengus kesal, ini sudah hampir lewat dua tahun. Aku masih diminta bersabar lagi, apa mas Bram mau aku benar-benar gila."Maaf aku tak bisa lagi mas, jangankan lima tahun, sekarang saja aku sudah mulai tak waras."Aku pergi meninggalkan mas Bram. Lal
Read more

Pembalasan.

Brak ....Husin mengebrak meja dia tak sadar tengah berada di mana. Ucapan Amara sungguh membuatnya emosi. "Kau sudah hampir gila, Ara. Tapi kau masih berat berpisah dengan Bram, dimana akalmu tersimpan?"Husin sampai kehabisan akal untuk menyadarkan anaknya. Dia merasa Amara memang sudah gila, karena masih berat melepaskan Bram suaminya. "Aku sudah kehilangan segalanya, Pak. Bram tak boleh lepas begitu saja, aku yakin pria yang mencoba memperkosaku adalah temannya," ucap Amara.Husin dan istrinya terkejut, mereka menatap Amara seolah tak percaya. Apalagi kalau orang yang membuat mereka kehilangan calon cucu adalah teman Bram. "Lalu apa rencanamu? Jangan bilang kau berniat kembali dengan Bram untuk balas dendam."Mendengar pertanyaan bapaknya, Amara tampak terdiam karena dia belum punya rencana untuk membalas dendam. "Aku bisa membantumu, Ra. Aku tau dimana suamimu kerja, mungkin kau bisa temukan pria, yang hendak memperkosa-mu itu di tempat yang sama."Kali ini semua orang menatap Ik
Read more

Bertemu Bram Dan Rudi.

"Saudara Bramantyo, anda sudah terlalu banyak Meminta ijin cuti. Sehingga banyak pekerjaan yang terbengkalai, saya harap anda mulai memperbaiki kinerja di perusahaan ini, kalau tidak dengan terpaksa anda kami pecat."Bram menarik napas saat mendengar ucapan HRD. Dia memang sering cuti sejak kepergian Amara, sehingga pekerjaannya menjadi berantakan."Baik pak, saya akan memperbaiki kinerja saja. Terima kasih telah memberi saya kesempatan kedua."Bram segera keluar setelah diijinkan untuk pergi. Dengan langkah lemas dia menuju ke meja kerjanya, namun saat di lorong ia bertemu seorang wanita yang sama persis dengan Amara."Sayang, kau kemana saja, syukurlah kau mau menemui aku lagi."Plak ...plak ....Bram menyentuh kedua pipinya yang terasa perih. Setelah melepas pelukan di tubuh wanita yang mirip Amara, dia di hadiahi dua kali tamparan."Kurang ajar, berani sekali orang miskin sepertimu menyentuhku!" teriak wanita itu Bram terkejut dia sampai mundur. Dia melihat tatapan jijik dari waj
Read more

Pembalasan Pertama.

"Sudah berapa lama kalian bekerja di perusahaan ini? Apa begini cara kerja kalian? Pantas perusahaan ini tak berkembang. Ternyata hanya memberi gaji buta pada kalian."Hari pertama Amara bekerja, sudah membuat Bram dan Rudi malu luar biasa. Amara berteriak di tengah-tengah para pegawai yang hendak pergi makan siang. Tadi saat Amara memasuki ruangannya sudah membuat Bram dan Rudi terkejut, siangnya baru mereka paham Wanita yang mirip Amara ini kejam dan tidak punya perasaan."Membuat laporan seperti ini, anak kecil juga bisa. Kalian berdua perbaiki ini, sebelum pulang aku mau sudah ada di atas mejaku!" pekiknya.Bram dan Rudi saling menatap. Mereka tak percaya harus mengulang membuat laporan itu, mana harus selesai sebelum pulang pula. "Siapa sih yang menerima mereka bekerja, Mas? Menyusun laporan saja masih berantakan. Heran saja perusahaan sebesar ini memiliki pekerja seperti mereka."Bram dan Rudi terus menerus menarik napas panjang, karena Amara terlihat marah-marah. Meski melalui
Read more

Di Pecat

"Apa kau bilang Bram? Di pecat, kok bisa? Memangnya kesalahan apa yang kau lakukan?!" pekik ibu Bram.Wanita itu berteriak, setelah anaknya berkata, kalau dia sudah tidak berkerja lagi. Kali ini Bram harus menerima tatapan sinis, dari ibu dan kedua adiknya. "Memangnya kenapa kalau aku tak bekerja? Mulai sekarang kita hidup masing-masing. Aku sudah tak sanggup menafkahi kalian bertiga."Bram berkata dengan santai membuat kedua adiknya melotot. Karena mereka selalu mengandalkan uang dari Bram saja. "Ini tidak boleh terjadi Bu, sebentar lagi kami ujian, kalau tak membayar uang sekolah mana bisa ikut ujian. Setelah tamat kami juga mau kuliah, kalau mas Bram tidak kerja siapa yang membiayai kita?" rengek kedua adik Bram.Bram menarik napas mendengar ucapan adiknya. Ternyata selama ini Amara benar, dia terlalu memanjakan kedua adiknya, sehingga keduanya tak bisa bertahan. Ketika mereka tertimpa masalah keuangan. "Kau dimana Ara? Kenapa kau menghilang begini? Bahkan di persidangan kau juga t
Read more

Rudi Terusir Dari Rumah

"Tapi kita harus bagaiman lagi Bram, kalau kau di pecat? Selama ini hanya kau tulang punggung keluarga ini." Bram terlihat sedih mendengar ucapan ibunya. Dia tak menyangka nasibnya akan seburuk ini, kehilangan istri dan sekarang kehilangan pekerjaan. "Seandainya ibu sedikit saja berbuat baik pada Amara, semua ini tidak akan terjadi. Apa ibu tidak sadar kalau selama ini aku lebih condong memanjakan ibu daripada istriku, bahkan untuk nafkah saja dia menerima sisa dari ibu. Aku harus melunasi semua hutang ibu yang tak ada habisnya, sedangkan Amara tidak bicara apapun meski dia kekurangan, tapi apa yang ibu lakukan padanya selain menyakitinya. Seandainya ada kesempatan kedua aku ingin meminta maaf padanya, Bu. Tapi kemana aku harus mencarinya? Setelah dia pergi lalu menghilang begitu saja.Mana sidang cerai akan terus berlanjut, tapi sampai sekarang aku belum juga bertemu dengan Amara. Entah dimana dia bersembunyi." Bram terlihat bingung, matanya menatap nanar ke luar rumah. Seolah berh
Read more

Menghancurkan Tangan Rudi.

'Aku tak tau, dia pergi dengan seorang pria yang menolongnya. Aku tak sempat memperkosanya.' Bram teringat ucapan Rudi tadi. Akhirnya dia hanya bisa menangis, dia baru tau apa yang menimpa Amara. Keributan di rumah Rudi, berakhir dengan pengusiran pria itu dari rumah mertuanya."Percuma kau menangis Bram. Semua sudah terjadi, menurut ibu itu bagus, jadi kau tak perlu berhubungan lagi dengan Amara. Dia pasti tak akan lepas dari keluarga besar Yanto," ucap ibu Bram dengan santai.Mendengar ucapan ibunya, Bram teringat nasib Yanto. Pria itu cacat seumur hidup, karena ketabrak mobil saat melarikan diri dari kejaran bang Poltak suami si Butet.Dia ingat jelas ucapan ibunya Yanto yang akan membalas dendam, karena suami dan anaknya sekarang hidup sengsara. "Anakku cacat, semua ini karena Amara. Aku bersumpah akan mencari dan menuntut balas padanya."Itu ucapan terakhir yang didengar Bram. sebelum dia pergi meninggalkan rumah lamanya, karena di jual oleh bapak Amara. Alasannya rumah itu pembe
Read more

Kedatangan Dua Pria.

Bram berlari dan segera berlutut, dia tau pria ini pasti merasakan sakit yang luar biasa, karena putrinya menderita di bawah perlindungannya."Maafkan Bram, Pak. Tolong beritahu di mana Amara berada, aku mau minta maaf." Bram menangis membuat Husin meludah ke tanah. Dia muak melihat tingkah Bram, seolah pria itu tengah bersandiwara di hadapannya."Sudah cukup Bram, semoga kau bisa memperbaiki diri meski tanpa Amara. Lepaskan dia, kalau memang kau mencintainya." Bram masih berlutut sambil menangis. Namun Husin tak mau tau lagi, dia tadi datang untuk melihat kehancuran menantunya, kini dia bisa melangkah dengan tenang, setelah melihat kedua pria itu saling menghancurkan."Dendam sudah terbalaskan, sekarang kita tinggal menunggu kehancuran Bram dan keluarganya. Mereka tak boleh hidup tenang setelah membuat Amara menderita." Husin menatap ikhram yang sedang mengemudikan mobil. Pria itu tersenyum seolah ikut senang setelah mengetahui yang terjadi pada Bram."Benar, ini pasti jadi berita ba
Read more

Ketemu Mantan Mertua.

"Disini rupanya kau bersembunyi, Ara? Pantas berkeras minta cerai setelah kabur dari rumah, rupanya kau sudah dihidupi pria kaya dasar lont*."Plak ....Ibu Bram terkejut, saat merasakan pipinya terasa perih, setelah menerima tamparan dari Amara. Wanita itu menatap mantan menantunya yang dua bulan lalu baru ketuk palu. "Berani kau menamparku dasar murahan. Kau tinggalkan suami mu demi hidup mewah dengan pria kaya."Wanita itu kembali bicara menghina Amara. Dia tampak senang, saat beberapa orang warga datang karena ingin tau masalahnya."Ada apa ini Jeng? Apa kau kenal wanita ini?"Mendengar pertanyaan itu membuat ibu Bram tersenyum senang. Dia pasti akan membuat malu Amara yang telah menyengsarakan hidup Bram. "Tentu saja aku kenal, dia mantan menantuku yang pergi dari rumah, lalu menggugat cerai suaminya. Anakku yang malang terus mencari, sedang wanita ini hidup nyaman menjadi simpanan orang kaya."Amara mengepalkan tangannya, karena warga mulai berkomentar buruk padanya. Mantan mert
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status