Home / CEO / Dalam Dekapan Kakak Ipar / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Dalam Dekapan Kakak Ipar : Chapter 41 - Chapter 50

63 Chapters

Bab 41. Ditolak

Perjalanan Alissa sudah jauh meninggalkan kota tempat tinggalnya, tadi ketika sampai di terminal berikutnya ia turun dan masuk ke dalam bus lain. Kini saat turun ia bingung akan melangkahkan kakinya kemana. Alissa menyeret langkah keluar dari terminal, menatap gedung-gedung di sekitar dengan perasaan hampa. Tubuhnya memang ada di tempat itu, tetapi hatinya entah tertinggal dimana. Chit! "Awas!" Seorang pengemudi berteriak ketika hampir saja Alissa tertabrak mobil yang dikendarainya. Alissa terkejut dan segera menyingkir. Ia yang syok langsung mengusap dadanya. "Kalau jalan jangan melamun Mbak, bahaya!" seru pengemudi itu sambil kembali menghidupkan mesin mobilnya. "Maaf Mas!" seru Alissa sambil menangkupkan kedua tangan di depan dada. Pengemudi hanya mengangguk lalu kembali mengendarai mobilnya di jalanan. Alissa menatap ke samping jalan, dia melihat ada sebuah kantor yang berdiri di sana, meskipun tidak semegah perusahaan milik orang tua Virgo Alissa berharap bisa bekerja
Read more

Bab 42. Ada Saja Cobaannya.

Alissa berjalan gontai meninggalkan perusahaan tadi. Susah payah ia membangunkan semangatnya yang hampir patah. "Harus, aku harus semangat demi anakku. Masa hanya satu kali ditolak sudah merasa gagal?" Alissa memantapkan diri, hari itu juga ia lanjut mencari pekerjaan lain. "Hufft!" Alissa menghela nafas panjang lalu melanjutkan langkah. Beberapa perusahaan sedang maupun kecil sudah ia masuki, tetapi tidak ada satupun yang menerima dirinya. Alasannya sudah pasti karena tidak membutuhkan karyawan baru padahal tidak semuanya benar. Ada beberapa yang merasa tidak bisa menerima Alissa karena citra buruk wanita itu dengan Nicholas. Alissa menyadari betapa sulitnya mencari pekerjaan di zaman sekarang. Ia menyeka keringatnya lalu berteduh dari rasa panas di emperan toko. Hari sudah sore ketika dia memutuskan untuk kembali ke tempat tinggalnya. Ia yang kelelahan seharian berkeliling mencari pekerjaan tidak langsung masuk kamar melainkan berbaring dulu di kursi panjang terbuat dari kayu
Read more

43. Terkejut

"Aku." Pria yang bersama dengan Alissa berjalan ke sisi wanita yang melayangkan protes tadi. "Kita butuh karyawan tambahan," lanjut si pria sambil menggenggam tangan wanita di depannya lalu menciumnya dengan lembut. "Kamu tahu siapa wanita yang ingin kamu pekerjakan itu, Mas?" tanya si wanita sambil melirik Alissa tidak suka. Mendapatkan tatapan semacam itu Alisa langsung menunduk dan meremas kedua tangan. perasaannya mendadak tidak enak, pasti ada sesuatu yang membuat wanita tersebut tidak suka pada dirinya. Namun apa? Alissa merasa tidak pernah melakukan kesalahan apapun pada wanita tersebut. "Memangnya dia siapa? Ah saya tidak peduli siapa dia yang terpenting pekerjaan kita ada yang menangani daripada kelabakan melayani pelanggan yang banyak dari tadi pagi, aku lelah Sayang jika kita harus turun tangan sendiri." "Tapi Mas dia ini wanita yang lagi viral di medsos. Bagaimana kalau kafe kita tercemar hanya karena menerima dia bekerja disini?" Alissa baru paham kenapa wanita
Read more

Bab 44. Mimpi atau Nyata?

"A ... ku tidak melihat apapun." Meskipun suaranya bergetar Alissa berusaha bersikap tenang. "Mau kamu melihat ataupun tidak, kamu hanya perlu menutup mulut!" perintah atasannya dan Alissa mengangguk cepat. Kedatangannya di kafe pria itu hanya ingin mengais rezeki, bukan untuk menambah masalah. "Bagus kalau kamu paham," ujar pria itu lagi sedangkan si wanitanya hanya duduk dengan tenang seolah tidak perlu ada yang ia khawatirkan. Melirik rekan kerjanya itu Alissa menahan kegeramannya. "Anteng banget ya Allah seolah dia tidak merasa bersalah telah menganggu rumah tangga orang. Mana istrinya sedang hamil lagi." Alissa langsung menunduk dan mengelus perutnya. "Meskipun kehadiranmu ada karena sebuah kesalahan, tetapi mama yakin papamu tidak bejat seperti pria di depan," batin Alissa, seolah bicara dengan bayi dalam kandungannya dari hati ke hati. Alissa pernah berpikir Nicholas adalah pria yang tidak benar, tetapi setelah tahu bahwa sebenarnya pria itu belum memiliki pendamping hidu
Read more

Bab 45. Hampir Ketahuan

Setelah mendengar penjelasan Aska baru Alissa bisa bernapas dengan lega. Dia kembali membaringkan diri lalu terlelap dalam tenang. Jam 4 pagi dia terbangun karena alarm di ponselnya. Segera Alissa menyingkirkan selimut dan turun dari ranjang. Ia berjalan ke kamar mandi, mencuci muka lalu mengambil wudhu. Setelah selesai melaksanakan salat subuh ia beranjak ke dapur dan mulai memasak. Saat nasi dan ikan matang serta sayur sedang direbus ia kembali ke kamar mandi dan membersihkan diri untuk bersiap-siap bekerja. Alissa keluar dari kamar mandi dan mematikan kompor, setelah itu dia merias wajahnya tipis-tipis. "Kita makan dulu Sayang." Alissa mengusap perut sebelum tangannya meraih piring. Prank! Piring di tangan jatuh membentur lantai dan pecah berkeping-keping. "Astaghfirullah!" Alissa mengusap dada lalu menunduk untuk meraih pecahan piring. Sebelum pergi bekerja dia harus membersihkannya karena hari ini dia bisa pulang malam hingga bisa lupa akan pecahan itu. Saat tanganny
Read more

Bab 46. Berjanjilah untuk Kuat

"Dia? Siapa maksud Nyonya?" "Wanita yang lewat tadi." Melati melihat ke sekitar. "Oh itu ... tidak tahu Nyonya, mungkin keluarga pasien sebelah." Melati mengangguk kemudian masuk kembali. Aska menghembuskan napas lega. Untung saja Alissa bergerak cepat, kalau tidak, Aska pun akan terkena amarah. Tidak lama setelah itu Melati kembali bergerak keluar dengan Tuan Barata. "Karena sudah ada kamu aku titip Niko sebentar ya Aska," ucap Tuan Barata sebelum meninggalkan ruangan. "Ya kami ada urusan sebentar." Melati menimpali. "Baik Tuan dan Nyonya, saya tidak akan kemana-mana lagi kok." Keduanya mengangguk lalu pergi. Di kamar sebelah, seseorang yang sedang menunggui pasien menatap Alissa dengan bingung. "Maaf aku salah masuk kamar," ucap Alissa sambil menangkupkan kedua tangan di depan dada. Wanita yang diajak Alissa bicara mengangguk lalu fokus menyuapi pasien yang dijaganya. Alissa berjalan menuju pintu dengan langkah pelan. Saat hendak keluar dia melihat-lihat dulu. Menya
Read more

Bab 47. Perhatian Aska

"Maksud saya mungkin itu keringat, Nyonya." Melati meneliti secara seksama dan dia menemukan wajah Nicholas memang dipenuhi bintik-bintik kecil keringat. Dia berpikir mungkin itu adalah hasil penguapan dari sungkup oksigen yang ada di hidungnya. Kemudian wanita itu mengangguk dan Aska menghela napas panjang. Beberapa saat kemudian petugas medis datang dan mendorong brangkar lalu membawa keluar dari ruang rawat. Saat melewati koridor rumah sakit Alissa hanya bisa menatap Nicholas dari kejauhan. Dia mengusap perutnya dan mengatakan kata 'maaf' beberapa kali. Sementara air mata tergenang di pelupuk dan saat ia berkedip air matanya jatuh di pipi. "Tuan!" Setelah tubuh Nicholas dibawa keluar dari rumah sakit dan memasuki mobil, tubuh Alissa luruh ke lantai. Ia menutup wajah dengan kedua tangan dan tidak dapat lagi menahan isak tangis. Aska menatap tubuh ringkih Alissa dengan kasihan. Namun dibandingkan mendekat, Aska lebih membiarkan Alissa menuntaskan tangisnya agar dadanya tak l
Read more

Bab 48. Potong Gaji

"Baru bekerja sudah seenaknya terlambat!" Wanita pemilik kafe berdiri menyambut Alissa dengan kedua tangan di pinggang. Alissa menunduk dengan kedua tangan saling bertautan lalu meremas satu sama lain. Ia bahkan tidak berani mengangkat wajahnya. "Kamu ingin bolos ya? Kenapa tidak sekalian out saja dari sini?! Sudah pergi sana!" Alissa tersentak lalu dia merendahkan diri dengan bersujud di kaki wanita itu. "Maaf Bu, ini di luar rencana. Ada musibah yang menimpa keluargaku." "Ah, alasan! Kau pikir ini kafe milik kakek moyangmu hingga seenaknya sendiri? Kamu punya mulut dan handphone kan, untuk memberi tahuku? Atau, kalau kamu mau, kamu bisa menggunakan tanganmu untuk mengetik pesan!" Wanita itu meninggikan suaranya beberapa desibel. Wanita itu mundur dan Alissa mendongak dengan tatapan memelas. "Saya mohon Bu, hari ini saja aku lalai, lain kali tidak akan lupa mengabari lagi." "Kalau kamu dibiarkan tetap bekerja di sini nanti karyawan lain pasti meminta untuk dimaklumi. Sudah
Read more

Bab 49. Bertemu Madu

Sudah 1 bulan semenjak kepergian Nicholas ke luar negeri dan Alissa setiap hari mengkhawatirkan pria itu karena tidak lagi mendengar kabarnya. Aska benar-benar tidak tahu keberadaan atasannya sebab baik Tuan Barata maupun Melati merahasiakan perkembangan kondisi putranya. Entah apa tujuan mereka, hanya mereka berdua yang tahu. "Wah itu kan Alissa!" Tak disangka Desi melihat Alissa ada di ruangan belakang kafe dan matanya yang tajam bisa menangkap sosok Alissa di sana. "Ckk, mana sih?" tanya Virgo lalu menarik kursi dan duduk. "Itu tu, lihat! Sepertinya dia jadi karyawan di tempat ini." Desi menunjuk ke arah Alissa dan meyakinkan Virgo. "Bukan, kamu salah lihat," bantah Virgo. Dia tidak yakin itu Alissa karena tubuhnya semakin kurus. Virgo melambaikan tangan ke arah pelayan untuk memesan menu makan siang dan tidak memedulikan pembicaraan Desi yang baginya tidak penting. Ada atau tidak ada Alissa di tempat itu Virgo tidak mau tahu dan tidak akan mencari tahu. Setelah dia tahu Al
Read more

Bab 50. Berdebat

"Tidak Bu, bukan saya yang cari masalah tapi dia," jelas Alissa sambil menunjuk Desi. "Bohong Nyonya! Mana mungkin ada maling mau mengaku? Oh ya, aku sarankan agar Nyonya menyaring kembali karyawan yang bekerja pada Nyonya. Dia tidak pantas bekerja di tempat ini. Yang ada akan membawa sial saja." "Kamu! Kenapa senang sekali mencampuri hidupku? Aku sudah merelakan Mas Virgo untukmu, apa lagi yang kurang?" Alissa begitu kesal dengan Desi. Sudah merampas apa yang ia punya masih merasa belum puas juga. Apa wanita itu baru puas jika Alissa mati? Desi mengabaikan ucapan Alissa. "Karena wanita yang satu ini adalah wanita ular yang bisa merayu laki-laki. Jaga suami Nyonya ya, atau kalau sangat merepotkan mendingan Nyonya pecat saja wanita ini. Hidupnya penuh masalah. Apa Nyonya tidak mendengar berita tentang dia sebelumnya, bahwa dalam keadaan yang memiliki suami masih nekat berhubungan dengan pria lain. Apa itu namanya bukan gadis nakal?" Suara Desi menggebu-gebu seolah dia yang paling
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status