Beranda / Pendekar / Pendekar Tanpa Wajah / Bab 291 - Bab 300

Semua Bab Pendekar Tanpa Wajah: Bab 291 - Bab 300

498 Bab

291 - Garuda Nirwana

"Screeecchh!"Dari langit, sebuah bayangan besar melesat turun dengan kecepatan luar biasa. Yao Chen terkesiap, matanya melebar melihat makhluk yang muncul.Burung raksasa itu memiliki sayap selebar sepuluh meter, berkilau dengan warna pelangi yang berubah-ubah di bawah sinar matahari. Paruhnya yang tajam terbuat dari logam murni, berkilat berbahaya. Ekornya panjang dan anggun, dihiasi bulu-bulu yang tampak seperti pedang tipis yang siap menebas."Sial!" seru Yao Chen dengan kesal. Dia tidak menyangka akan kemunculan mendadak ini.Burung itu menukik, matanya yang bersinar keemasan terfokus pada Bunga Seribu Berkas Cahaya. "Harta ini milikku, manusia kecil!" suaranya menggelegar, menggetarkan udara di sekitarnya.Yao Chen cepat bertindak, "Tidak secepat itu! Dinding Api Naga!"Api keemasan membentuk penghalang di depan bunga, membuat burung raksasa itu terpaksa mengubah arah pada detik-detik terakhir."Berani-beraninya kau menghalangiku!" raung sang burung, terbang melingkar di atas Ya
Baca selengkapnya

292 - Berempat 'Menikmati' Hukuman Surgawi

Garuda Nirwana menyadari bahaya yang mengancam, mulai mengepakkan sayapnya untuk menjauh. "Ini gila! Aku tidak akan terlibat dalam Hukuman Surgawimu!"Namun, sebelum dia bisa terbang lebih jauh, Yao Chen dengan cepat mengulurkan tangannya. "Rantai Samudera!"Aliran air melesat dari tangan Yao Chen, membentuk rantai yang dengan cepat membelit pergelangan kaki Garuda Nirwana."Apa?! Air juga?!" Garuda Nirwana berseru tak percaya. "Berapa banyak elemen yang kau miliki, manusia?!"Yao Chen tersenyum tipis. "Cukup banyak untuk mengejutkanmu."Sementara itu, di kejauhan, pertarungan sengit antara Kingkong Zirah Baja dan Singa Gunung Gigi Pedang terhenti seketika saat mereka melihat awan hitam pekat berkumpul di atas Yao Chen."Apa itu?" Singa Gunung Gigi Pedang bertanya, matanya melebar melihat pemandangan menakjubkan di langit.Kingkong Zirah Baja mengenali fenomena ini. "Itu Hukuman Surgawi! Apakah untuk Yao Chen? Tapi mustahil!"Yao Chen, menyadari kehadiran Kingkong, berseru, "Kingkong!
Baca selengkapnya

293 - Ranah Lanjutan: Kultivasi Tingkat 6

Singa Gunung Gigi Pedang dan Garuda Nirwana saling pandang, kemudian mengangguk lemah."Baiklah, manusia. Kami setuju," ujar Garuda Nirwana dengan suara berat.Hewan roh itu sudah tidak punya pilihan lain. Dia tak rela perjuangannya selama ini dalam dunia kultivasi harus hancur begitu saja oleh Petir Surgawi.Yao Chen tersenyum tipis. "Kalian membuat keputusan yang bijak."Kemudian kedua hewan roh itu menatap bingung ke Yao Chen.Singa Gunung melangkah maju terlebih dahulu. "Apa yang harus kulakukan?"Dia sama sekali tidak memiliki pengetahuan mengenai cara membuat kontrak dengan manusia."Cukup tempelkan dahimu padaku," instruksi Yao Chen.Singa Gunung Gigi Pedang menurut, menempelkan dahinya ke dahi Yao Chen. Seketika, cahaya keemasan muncul di antara mereka."Kontrak ... direstui surga," gumam Singa Gunung Gigi Pedang dengan nada takjub.Garuda Nirwana mengikuti, melakukan hal yang sama. Kembali, cahaya keemasan muncul, menandakan kontrak telah terbentuk."Sekarang, kalian akan ama
Baca selengkapnya

294 - Mengundang Bencana untuk Diri Sendiri

Yao Chen tersenyum kecil mendengar pertanyaan Kingkong Zirah Baja. Dia paham bahwa Tasbih Semesta memang merupakan pusaka yang sangat istimewa dan jarang ditemui."Itu kunamai Tasbih Semesta," jawab Yao Chen. "Dia merupakan pusaka kuno yang memiliki kekuatan luar biasa. Bahkan aku sendiri masih belajar memahami seluruh kemampuannya."Kingkong Zirah Baja mengangguk kagum, sementara Singa Gunung Gigi Pedang dan Garuda Nirwana yang telah pulih ikut mendengarkan dengan seksama."Dengan kekuatan seperti itu, kau pasti akan menjadi kultivator yang sangat kuat, bocah," komentar Garuda Nirwana.Kini dia sudah paham dari mana Yao Chen mendapatkan kekuatan yang tidak sesuai dengan tingkat kultivasinya. Tentu saja dari Tasbih Semesta. Bahkan dia yakin ketahanan Yao Chen menerima Petir Surgawi juga dari pusaka tersebut.Yao Chen mengangguk serius. "Ya, tapi kekuatan besar juga membawa tanggung jawab yang besar. Kita harus tetap waspada dan terus berlatih."Kingkong Zirah Baja menampar belakang ke
Baca selengkapnya

295 - Memutilasi Garuda Nirwana

"Kau berani menghina Yang Mulia ini?!" geram Gao Long pada Garuda Nirwana.Belum sempat Garuda Nirwana merespon, Gao Long sudah mengumpulkan energi murninya untuk diledakkan dan aura naga kuno semesta segera menindas semua hewan iblis di sana."A-apa? Kau ini ...." Garuda Nirwana merasakan lidahnya mendadak kelu. Bahkan dia nyaris mengompol di tempat.Apalagi saat Gao Long memunculkan wujud aslinya meski hanya sebuah hologram transparan, namun itu cukup menutupi langit di atas mereka saat dia menggerakkan tubuhnya hilir-mudik di angkasa, menyebabkan semua hewan roh berlarian ketakutan.Garuda Nirwana, Singa Gunung Gigi Pedang, hingga Kingkong Zirah Baja merasakan lutut mereka sudah selembek agar-agar.Angin kencang bertiup dan langit menggelap. Sosok raksasa dan digdaya Gao Long meraung hingga menggetarkan langit. Meski begitu, hanya hewan roh dan Yao Chen saja yang bisa mendengar dan melihat semua kejadian tersebut."Le-level 5!" Garuda Nirwana meneguk salivanya. Itu sama artinya den
Baca selengkapnya

296 - Sayap yang Sangat Bernutrisi

Keheningan yang mencekam menyelimuti area itu saat Gao Long mulai membakar sayap Garuda Nirwana menggunakan apinya yang dia atur sedemikian rupa. Untung saja Yao Chen selalu membawa bumbu bubuk beserta garam di cincin ruangnya.Aroma daging panggang memenuhi udara, membuat perut mereka bergemuruh meski pikiran mereka dipenuhi rasa bersalah. Sayap itu tergolong besar sehingga meski sudah dibagi-bagi, tetap saja porsinya berlimpah. "Makanlah," perintah Gao Long, menyodorkan potongan sayap yang sudah matang kepada Yao Chen.Dengan tangan gemetar, Yao Chen menerima potongan sayap sebesar paha sapi. Dia menatap Garuda Nirwana dengan pandangan meminta maaf sebelum menggigit daging itu."Maafkan aku," bisik Yao Chen pelan. Dia merasa gagal sebagai master. Tapi mau bagaimana lagi jika itu berkaitan dengan Gao Long?Kingkong Zirah Baja dan Singa Gunung Gigi Pedang juga mulai menyantap bagian mereka dengan berat hati. Garuda Nirwana hanya bisa memalingkan wajahnya, tidak sanggup melihat teman-
Baca selengkapnya

297 - Perampok Pil Ingin Merasakan Pil Pahitnya Sendiri

Yao Chen berdiri, waspada. "Saudara-saudara sekalian, ada yang bisa kubantu?"Pemuda tinggi itu melangkah maju, senyum licik terkembang di wajahnya. "Tentu saja, Saudara Yao. Kami melihat kau baru saja menyelesaikan pemurnian pil tingkat 4 level sempurna. Sungguh prestasi yang mengagumkan!"Tentu saja Yao Chen bukan orang bodoh yang tidak memahami makna ucapan bernada tamak dari rekan murid itu. Dia semakin waspada."Terima kasih," jawab Yao Chen singkat.Mungkin sebaiknya dia pergi saja untuk menghindari hal yang tak dia inginkan. Ketika dia bangkit berdiri, salah satu dari mereka mengadang langkahnya."Jangan terlalu terburu-buru begitu, Yao Chen. Kenapa kita tidak berbincang dulu supaya akrab?" Orang itu berbicara.Mereka saling pandang dan sudah memahami keinginan pemimpin kelompok tanpa perlu kata-kata. "Nah, Yao Chen, sebagai sesama murid sekte, bukankah seharusnya kita saling mendukung?" lanjut si pemuda berkumis tebal yang menjadi pemimpin mereka. "Bagaimana kalau kau membagi
Baca selengkapnya

298 - Mendekati Bahaya

"Kumpulan laknat!" teriak Yao Chen, marah. Dia tau dia takkan terkena efek dari racun di belati yang menancap di tubuhnya karena ada Tasbih Semesta. Kemarahannya bangkit dikarenakan sikap tak tau diri mereka yang baru saja diampuni.Si kumis tebal tertawa sinis. "Kau pikir kami akan membiarkanmu pergi begitu saja setelah mempermalukan kami?"Yao Chen menghela napas berat. Dia tahu bahwa situasi ini telah mencapai titik tanpa kembali. Dengan berat hati, dia mengambil keputusan tegas."Kalian tidak memberiku pilihan lain," kata Yao Chen sembari mengedarkan kekuatan Tasbih Semesta untuk menetralkan racun.Dalam sekejap, pertarungan kembali pecah. Kali ini, Yao Chen tidak menahan diri. Dia melesat ke arah si kumis tebal, pedangnya berkilat dalam cahaya redup gua."Pemotong Jiwa!" teriak Yao Chen.Pedangnya menembus pertahanan si kumis tebal, mengakhiri hidupnya seketika."Krrghh!" Si kumis tebal merasakan setengah tenggorokannya sudah tertebas, darah mencuat bagaikan air mancur. Ketiga r
Baca selengkapnya

299 - Pengkhianatan yang Terlalu Dini

'Senior keparat!' umpat Yao Chen dalam hatinya. 'Jadi kau ingin aku melawan hewan sekuat itu?'Yao Chen dan Yan Fei masih bersembunyi di balik rerimbunan tepi danau, mengamati naga banjir yang mengapung di tengah air. Di antara lilitan tubuh naga itu, Yao Chen melihat kilatan biru terang, tentunya itu sebuah fragmen yang dipenuhi aura kekuatan elemen air."Itu targetnya," bisik Yan Fei, matanya terfokus pada fragmen tersebut. "Kita harus mendapatkannya."Ingin sekali Yao Chen mundur dan mengulang waktu sehingga dia bisa menolak permintaan Yan Fei. Namun, harga dirinya mencegahnya memikirkan itu. Dengan cepat dia merasakan ketegangan di udara. "Jadi, apa rencananya, Senior?"Yan Fei menoleh ke arah Yao Chen, senyum tipis terbentuk di bibirnya. "Kau akan memancing naga itu, mengalihkan perhatiannya. Aku akan mencari celah untuk merebut fragmen air itu. Setelah aku mendapatkannya, aku pasti akan membantumu menghadapi naga itu."Meskipun ragu, Yao Chen mengangguk setuju. Ini sudah merupa
Baca selengkapnya

300 - Persekutuan Tak Terduga

Sebuah tembakan air bagaikan meriam memuntahkan isinya pun melesat keluar dari moncong naga, begitu kuat hingga membelah permukaan danau. Yao Chen hampir tidak punya waktu untuk bereaksi."Perisai Api Petir!" Yao Chen berteriak, menggabungkan kekuatan pedang dan cambuknya untuk membentuk perisai.Tembakan meriam air itu menghantam perisai Yao Chen dengan dahsyat. Kekuatannya begitu besar hingga mendorong Yao Chen ke belakang cukup jauh, menciptakan ombak besar di danau."Sungguh kekuatan yang mengerikan," gumam Yao Chen, merasakan lengannya gemetar akibat menahan serangan.Naga banjir tidak memberi Yao Chen kesempatan untuk bernafas. Dia kembali menembakkan meriam air, kali ini dalam bentuk peluru-peluru air yang melesat cepat."Tak bisa semudah itu, tuan naga!" Yao Chen berseru, tubuhnya berputar dengan lincah menghindari peluru-peluru air itu.Beberapa peluru berhasil dia potong dengan pedangnya, menciptakan uap panas yang mengepul di udara. Namun, satu peluru lolos dari pertahanann
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2829303132
...
50
DMCA.com Protection Status