Pada sudut sofa, tempat dimana dirinya harus berjauhan dengan Lolita, Adnan memangku wajahnya menggunakan tangan. Matanya tak pernah lelah untuk mengamati wajah yang akhir-akhir ini selalu menghiasi tidur malamnya.‘Cantik,’ puji Adnan, tak bersuara. Kecantikan itu baru Adnan sadari keberadaannya.Benar! Ia sungguh terlambat menyadarinya. Semua itu dikarenakan tingkah unik Lolita yang berhasil menutupi kecantikan yang seharusnya dirinya sadari sejak awal.Bagaimana bisa dirinya tak mengetahui ini lebih cepat. Senyum dan bahkan tawa lepasnya— semuanya tampak menawan untuk dilihat. Sampai mati pun, ia mungkin tak akan merasakan bosan.“Aduh! Udah mau jam 5 ternyata.” Pekik ibu Adnan sembari berdiri. “Ibu tinggal dulu ya.. Loli ngobrol sama Aulia dulu ya. Ibu tinggal sebentar.” Setelah mengatakannya, perempuan cantik itu berlari kecil menuju ruang tamu.“Tante mau pergi ya, Ul?” tanya Lolita sembari memperhatikan ibu Adnan yang tampak tergesa.“Nggak kok, Mbak. Ibu mau tugas negara, nyam
Read more