Beranda / Romansa / PELET CINTA LOLITA! / [11] Dipikir Enak?

Share

[11] Dipikir Enak?

Penulis: qeynov
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pejuang cintanya terkapar— begitu mungkin judul yang tepat untuk disematkan pada berita terbaru terkait Lolita Cantika.

Kabar mengenai Lolita yang berhasil mendapatkan si Ketua BEM langsung menyeruak, menyebar sampai ke sudut-sudut kampus.

Berita tersebut tersebar secepat kekuatan cahaya, mengalahkan si bintang utama yang tak kunjung siuman dari pingsannya.

Melisa menatap sengit Adnan yang setia menemani Lolita. Pemuda itu berdiri tepat disamping Kasur yang Lolita gunakan, sedangkan Melisa duduk manis pada sisi yang berlawanan.

“Kita harus ngobrol empat mata, Bang Ad-Piiiip!” Efek terlalu mendalami peran sebagai pembenci Adnan garis keras, sampai saat ini mulut Melisa secara otomatis masih melakukan sensor pada nama pemuda itu.

Hal tersebut merupakan bentuk solidaritasnya terhadap Lolita. Bersama sang sahabat, keduanya meninggalkan fans club yang dulunya menaungi nama mereka.

“Pergi deh lo berdua! Loli biar gue yang jagain.” Ucap Argam sembari mengibas-ngibaskan tangannya, perta
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PELET CINTA LOLITA!   [12] Maunya Lolita!

    “Lolita! Lepasin gue!” Lolita mengabaikannya. Sama seperti apa yang perempuan itu lakukan ketika dirinya meminta, ia pun melakukan hal yang serupa. “Tolong! Tolongin gue! Nih cewek freak ngamuk nggak jelas!” Anak-anak kampus mungkin akan segera menolong, jika kalimat itu keluar dari mulut orang lain. Sayangnya, kalimat itu dikeluarkan oleh sosok yang sering melakukan pembulian. Alih-alih membantu, mereka justru pura-pura tak melihat rombongan Lolita. “Diem! Gue sumpelin juga mulut lo pake kaos kaki!” Seorang perundung biasanya hanya berani bertingkah saat bersama gerombolannya. Ketika tersisa seorang diri, cakar dan taringnya lenyap, bersama mentalnya yang ikut melemah. Tujuan mereka berperilaku seolah menjadi superior adalah untuk mendapatkan pengakuan. Tapi pengakuan tersebut hanya bisa didapatkan ketika berada dikoloninya. “Sampe ada dosen ke sini, gue aduin kelakuan busuk lo di kamar mandi! Liat aja siapa yang bakal menang!” Lolita jelas memiliki kartu truf. Bukan dirinya y

  • PELET CINTA LOLITA!   [13] Ajakan Kawin Lari

    Keberadaan seseorang akan terlihat berarti ketika sudah melangkah pergi— mungkin demikianlah kalimat yang tepat untuk menggambarkan sosok Lolita dalam hidup Adnan.Siapa sangka jika gadis yang dulunya Adnan anggap mengganggu, justru merupakan gadis yang dapat memikat hati dan pikirannya.Adnan merasa kehilangan setelah hidupnya menjadi begitu normal, tanpa adanya gangguan yang biasa Lolita lakukan kepadanya. Hari-harinya menjadi tidak semenyenangkan dulu, tepatnya setelah Lolita mengabaikan eksistensinya di sekitar gadis itu.“Huft!”Ibu jari Adnan menekan tombol, ‘home,’ pada layar ponselnya. Meninggalkan aplikasi perpesanan yang selama sepuluh menit sudah dirinya mainkan.Percuma saja menghubungi Lolita melalui chat dan panggilan, karena tak ada satu pun pesan darinya yang mendapatkan balasan.“Nan, Adnan!!”Nando tiba dengan napasnya yang memburu. Jika Adnan tak salah tebak, sahabatnya itu pasti berlarian demi mencarinya.“Cewek lo! Si Lolipop weleh-weleh! Gue liat dia keluar dari

  • PELET CINTA LOLITA!   [14] Ilmu Baru untuk Dipelajari

    Tidak!— ini pasti hanyalah mimpi. Seorang Adnan Nabawi tidak mungkin melakukan hal-hal tercela, melebihi ciuman dipipi. Selama ini ia bahkan tak pernah melihat Adnan meninggalkan shalatnya ketika di kampus.“Ngomong sekali lagi kamu mau kawin lari! Cepet!”Apa ini sebenarnya.Ia merasa jika dirinya dan Adnan berada di dimensi lain, dimana hanya ada keduanya didalamnya.Sorot mata yang tajam. Kalimat tanya yang sarat akan amarah. Seluruhnya menerjemahkan sebuah ancaman, yang kapan saja akan siap dilayangkan padanya.Benarkah pria dihadapannya ini Adnan Nabawi?Mengapa dia tampak seperti orang lain. Ah, bukan orang, tapi malaikat yang sewaktu-waktu siap mengambil nyawanya.“Lol! Lolita!”Barulah ketika sepasang tangan menepuk-nepuk kedua pipinya, kesadaran Lolita kembali. Telinganya dapat mendengar pekik histeris milik orang-orang disekitarnya.“Kamu baik-baik aja?”‘yang bener aja ini orang,’ decih Lolita, geram. Tidak ada gadis yang baik-baik saja ketika ciuman pertamanya dicuri, begi

  • PELET CINTA LOLITA!   [15] Trio yang Harusnya Tak Dipertemukan

    ‘Gilak! Mevvah bingit!’ Kalimat tersebut terlintas begitu saja didalam benak Lolita. Ia terpesona pada bangunan megah yang menjulang tinggi dihadapannya.Pelatarannya yang luas membuatnya dapat melihat muka menawan bangunan tersebut. Padahal ia sendiri masih berada tepat di depan gerbang yang menjadi pintu masuk utama bangunan itu.Sebenarnya, kekayaan Ketua BEM-nya tidak lagi menjadi rahasia umum. Kabar yang berhembus mengatakan, jika pemuda itu berasal dari 2 keluarga yang kekayaannya bisa dikatakan seimbang.Lokasi kediamannya bahkan telah tersebar luas. Hanya saja Lolita belum pernah melihatnya secara langsung. Satpam perumahan yang menjaga area tersebut tak sekali pun membiarkan dirinya masuk ke dalam.Kini ia melihatnya. Melihat betapa luas dan megahnya bangunan yang Adnan sebut sebagai rumah masa depannya kelak.‘Kalau gue compare sama rumah gue sendiri, kayaknya hasilnya bakalan jadi 10:1.’Uh, membayangkan untuk menghitungnya saja sudah membuat Lolita bergidik ngeri. Rumah se

  • PELET CINTA LOLITA!   [16] Judulnya Salah Pilih Calon

    Pada sudut sofa, tempat dimana dirinya harus berjauhan dengan Lolita, Adnan memangku wajahnya menggunakan tangan. Matanya tak pernah lelah untuk mengamati wajah yang akhir-akhir ini selalu menghiasi tidur malamnya.‘Cantik,’ puji Adnan, tak bersuara. Kecantikan itu baru Adnan sadari keberadaannya.Benar! Ia sungguh terlambat menyadarinya. Semua itu dikarenakan tingkah unik Lolita yang berhasil menutupi kecantikan yang seharusnya dirinya sadari sejak awal.Bagaimana bisa dirinya tak mengetahui ini lebih cepat. Senyum dan bahkan tawa lepasnya— semuanya tampak menawan untuk dilihat. Sampai mati pun, ia mungkin tak akan merasakan bosan.“Aduh! Udah mau jam 5 ternyata.” Pekik ibu Adnan sembari berdiri. “Ibu tinggal dulu ya.. Loli ngobrol sama Aulia dulu ya. Ibu tinggal sebentar.” Setelah mengatakannya, perempuan cantik itu berlari kecil menuju ruang tamu.“Tante mau pergi ya, Ul?” tanya Lolita sembari memperhatikan ibu Adnan yang tampak tergesa.“Nggak kok, Mbak. Ibu mau tugas negara, nyam

  • PELET CINTA LOLITA!   [17] Pinangan Dadakan, Terima....

    “Apa?! Menikah sekarang juga?!”Pekik kekagetan menggema di ruang tamu kediaman Lolita. Pekikan tersebut berasal dari mulut Kirana— mami Lolita.“Mbak, ini gimana juntrungannya kok tiba-tiba harus nikah sekarang?! Kita aja nggak pernah bahas apa-apa!”— yang Kirana maksudkan adalah tentang konsep pernikahan. Keluarga besannya baru datang sekali untuk melamar dan setelah itu, mereka menghilang bagai kentut yang tersapu angin.Sebulan berselang tanpa kabar berita, mereka justru datang membawa serta sang putri lengkap bersama penghulu. Siapa yang tidak akan shock. Jantung yang terpasang di dadanya tak copot saja sudah syukur Alhamdulillah.“Sebelumnya kami benar-benar meminta maaf, Mbak Karina.”“Kirana!” Sewot mami Lolita, membenarkan namanya yang salah sebut.Lihatlah! Mereka bahkan melupakan nama calon besannya sendiri, tapi mendadak ingin melangsungkan pernikahan detik ini juga.‘Pasti ada yang salah,’ pikir Kirana, membatin.“Lol! Kamu nggak lagi hamil kan?”“Buset!!” Tubuh Lolita te

  • PELET CINTA LOLITA!   [18] May I, Wife?

    Ting! Ting!Tiing!Suara notifikasi ditambah dengan getar pada ponsel yang dirinya letakkan di atas lantai, membuat tubuh Lolita gemetaran.Sejak akun pribadinya ikut disematkan dalam postingan terbaru Adnan, ia tak dapat menghitung banyaknya teror yang masuk ke Instagramnya.Ratusan direct message masuk silih berganti, bersama umpatan-umpatan kasar para fans bar-bar Adnan. Belum lagi mereka yang mendendangkan spekulasi tak masuk akal tentang waktu berlangsungnya pernikahan.Seharusnya ia tak perlu kaget karena sang mami pun sempat berpikir ke arah yang tidak masuk akal. Menuduhnya berbadan dua sehingga harus segera melaksanakan pernikahan. Hanya saja ini berbeda.Maminya— beliau hanya satu orang, sedangkan orang yang berpikir dirinya hamil di luar nikah ada banyak sekali. Jari-jarinya pun mulai lelah membalas komentar yang terus saja berdatangan.Percuma!Menjelaskan sampai ibu jarinya patah, mereka tak akan mempercayai penjelasannya— lebih tepatnya, mereka memang tidak mau p

  • PELET CINTA LOLITA!   [19] Semua Gara-Gara Melkadot!

    “May I, Wife?”Keringat dingin mulai bermunculan pada wajah ayu Lolita. Air liurnya begitu sulit tertelan masuk ke dalam kerongkongan.Tatapan mata Adnan yang misterius membuatnya dilanda rasa gugup. Perutnya mulas, tapi hanya sebatas itu. Bukan sesuatu yang mengharuskannya untuk berlari menuju bilik toilet terdekat.“Lol, boleh?”Weh! Boleh apaan sih sebenernya?!— batin Lolita, bertanya-tanya.“Cium bibir kamu,” dan seolah-olah mengerti apa yang menjadi pertanyaan dalam benak sang istri, Adnan pun menyampaikan keinginannya secara gamblang.Kontan saja mata Lolita yang bulat, semakin membulat layaknya bulan purnama. Pemuda yang ia gilia dan menikahinya secara paksa ini, sebenarnya jenis manusia macam apa? Kok sikapnya jauh dari apa yang selama ini dirinya kenali sebagai Ketua BEM Universitasnya.Mungkin kah ini karena dirinya yang tak pandai menilai? atau memang dikarenakan Adnan yang terlalu lihai menutupi jati diri cabulnya?!‘Jawaban ke-2 sih kayaknya yang paling masuk akal. Mata g

Bab terbaru

  • PELET CINTA LOLITA!   [69] Will You Marry Me, Lol?

    “This is it, By.. Disini tempat paling bersejarah yang tadi aku bilang..” “Hah?!” Bercandaan Adnan sungguh tidak menyenangkan. Lolita sampai terperangah dibuatnya. Tempat yang Adnan sebutkan tidak lebih dari sebuah pohon besar dipinggiran jalan setapak yang sekitarnya tertanam beberapa pohon lain. “Haha-haha! Oh, aku tau. Disini pasti pernah dijadiin arena perang ngelawan penjajah kan?!” tanya Lolita dengan tawa sarkasnya. Adnan menggelengkan kepalanya. Pemuda itu kemudian setengah berjongkok, menurunkan sang istri dari punggungnya. “No, No! ini nggak ada hubungannya sama masalah penjajahan dulu, By.” “Nan, kamu paham sarkasme nggak?!” lontar Lolita dengan sadisnya. “Please lah! Kamu ngajak aku jalan jauh cuman buat liatin nih pohon?!” Sebelum sang istri menyemburkan amarahnya, Adnan meraih telapak tangan gadis itu dan berkata, “kamu bener, By. Tapi aku punya alasan kenapa bawa kamu kesini..” Adnan meremas jari-jari Lolita. Kepalanya mendongak, menatap ranting-ranting pohon y

  • PELET CINTA LOLITA!   [68] Alah!

    “Mel..”Lolita membuka pintu kamar yang disediakan untuk sahabatnya. Sebuah ruangan sederhana dengan perabotan selayaknya kamar tidur, tapi entah mengapa terasa begitu nyaman kala masuk ke dalamnya.“Tutup, Lol!” Erang Melisa, terdengar serak.Melihat satu-satunya sahabat yang ia punyai tepar tak berdaya, Lolita pun tak mampu menahan kikikkannya. “Capek banget ya, Bu?” tanya Lolita sembari mendudukkan dirinya pada pinggiran ranjang.Andai Melisa mengatakan ‘iya,’ Lolita akan sangat memaklumi jawaban tersebut. Sepanjang bus menyusuri jalanan, bersama kakak lelakinya, gadis itu membantu menjaga Awi.Ketiganya terlalu energik meski berada di dalam kabin bus. Ia yang melihat saja sampai keheranan. Mereka bertiga tampak seperti tak mempunyai tombol off, ada saja yang dijadikan kegiatan untuk seru-seruan, seakan mereka tak merasakan lelah barang sedikit pun.Eh, eh, ternyata... Asumsinya itu salah! Ketiganya rupanya masihlah seorang manusia biasa. Rasa lelah yang ia pertanyakan eksistensin

  • PELET CINTA LOLITA!   [67] Rupanya Adnan Punya Janji

    Rombongan dengan bus mewah yang berangkat dari Jakarta itu, tiba di Jawa Tengah pada pukul 08:00 pagi waktu setempat. Perjalanan tersebut terbilang cukup lama mengingat mereka beberapa kali singgah untuk bersenang-senang.Ya, bukan untuk beristirahat, tapi untuk bersenang-senang!Terhitung ada sebanyak 5 tempat persinggahan yang mereka jadikan spot untuk mengusir kejenuhan dalam perjalanan. Kegiatan yang dilakukan rombongan itu antara lain adalah makan, mengopi, berghibah dan satu kegiatan yang tak mungkin tertinggal yaitu, membelanjakan uang suami.Sebelum menuju rumah keluarga besar ayah Adnan, mereka juga sempat singgah ke penginapan terdekat untuk menyiapkan diri. Mereka semua mandi dan berdandan disana, memastikan jika diri mereka pantas untuk bertamu serta memampangkan muka.Dari apa yang Lolita dengar dari mulut ibu mertuanya, keluarga besar ayah Adnan sendiri telah mempersiapkan sambutan yang meriah demi menyambut kedatangan mereka. Kegiatan pembelajaran di pondok pesantren di

  • PELET CINTA LOLITA!   [66] Semua Demi Lolita Si Kesayangan Semua

    “Papa, bisnya bagus ya?!” Adnan tersenyum dengan anggukkan kepalanya. Ia membelai kepala Awi sembari bertanya, “Awi mau beli satu yang kayak begini?!” “Ma..” Sayangnya, jawaban Awi itu terpotong oleh suara batuk Lolita. “Enggak, Papa!” ubah Awi, menggeleng. Anak itu merangkak menaiki paha Adnan. Ia berusaha berdiri demi untuk membisikkan apa yang ingin dirinya katakan kepada sang papa. “Awi nggak mau soalnya Mama pelototin Awi.” Ucap Awi ditelinga papanya. Aduan bocah itu tak pelak membuat Adnan terkekeh. Betapa dahsyatnya seorang ibu. Tanpa berkata-kata saja, manusia berjenis kelamin perempuan itu dapat menciutkan nyali seseorang. Ah! Apa mungkin Awi-nya yang berbeda?! Dulu ketika dirinya kecil, semakin mamanya melotot, maka ia akan semakin senang untuk berulah. Terlebih disisinya ada opa dan oma yang selalu menjadi pendukung setianya. Kalau mamanya belum mereog, tingkah menyebalkannya akan terus berlanjut. “Good boy banget sih kamu jadi anak, Wi.” Kekeh Adnan, mencubit pipi te

  • PELET CINTA LOLITA!   [65] Bye-Bye, Tasya!

    Hari yang orang tua Adnan tetapkan sebagai hari keberangkatan ke kampung halaman pun tiba. Seperti yang Adnan katakan, hari tersebut berada pada angka ke enam dalam hitungan minggu, bertepatan dengan awal libur semester hingga tak mengganggu jalannya perkuliahan.Seharusnya! Karena mengganggu atau tidaknya, Adnan sendiri juga tidak tahu. Istrinya memutuskan untuk tak mengikuti jalannya perbaikan meski nilai-nilai mata kuliahnya belum keluar.Semoga saja tidak ada mata kuliah yang mengharuskan Lolita mengulang disemester selanjutnya. Sebentar lagi masa studinya akan berakhir dan secara tidak langsung, itu menandakan bahwa ia tidak lagi bisa menemani hari-hari sang istri di kampus. Mereka harus terpisah dalam beberapa jam setiap harinya.Ah! Membayangkannya saja, rasanya Adnan tak sanggup. Ia khawatir ada mahasiswa yang mendekati istrinya saat dirinya tak lagi berada disana.Nama istrinya sendiri kini sudah meroket selayaknya bintang kampus. Dia tidak lagi dibenci secara membabi-buta. B

  • PELET CINTA LOLITA!   [64] Senjata Makan Tuan

    Seorang gadis tampak merapikan rambut bergelombangnya. Bibir tipisnya yang terpulas pewarna berwarna merah keorenan, tertarik seiring dengan seringaian tipisnya.“Kata Mama, ini pasti berhasil!” gumamnya, percaya penuh akan kata-kata sang mama.Gadis itu adalah Tasya. Dikarenakan pengiriman pelet yang tidak kunjung menampakkan hasil, ia dan mamanya pun membuat gebrakan terbaru dengan memasang susuk pemikat.Kali ini ia memilih orang sakti yang namanya tersohor di kalangan para artis Ibu Kota. Rekam jejaknya sangat bagus. Mamanya sendiri mengakui eksistensinya yang masih bertahan sejak bertahun-tahun.Sosok yang mereka pilih ini dulunya sering dimuat dalam media publikasi, khususnya majalah wanita. Beliau juga sempat menjadi salah satu orang yang dituju oleh salah satu artis kenamaan Indonesia.Spesialis dari orang berkemampuan tinggi itu adalah ketok aura. Beliau membuka aura seseorang, menjadikannya lebih cantik dan bersinar dari sebelumnya.“Harus yakin!” Seloroh Tasya menarik masuk

  • PELET CINTA LOLITA!   [63] Bapak sama Anak, Sama-Sama Horornya

    “Bohong! Aku tuh tetangganya Adnan. Rumah aku ada didepan rumah dia. Kalau Lolita-Lolita itu udah kenal Adnan dari lama, nggak mungkin aku baru tau dia hidup di dunia!”Errr!!Kalimat yang Tasya lontarkan cukup pedas. Teman-temannya sampai tercengang mendengar penuturan gadis yang biasanya bersikap lembut itu.Arogan!Kalimat yang Tasya gunakan terdengar sangat arogan ditelinga teman-temannya. Semakin lama mereka mengenal Tasya, mereka semakin memahami bagaimana cara pikir gadis itu.Semua hal berkenaan dengan Adnan, entah itu benar atau tidak, Tasya bertindak seakan dirinya mengetahuinya lebih baik dari siapa pun.Tingkahnya seolah-olah dia dan Adnan hidup berbagi napas yang sama dan tidak pernah terpisahkan meski itu satu detik pun.Lambat laun, sikap terlewat halu itu tentu membuat teman-temannya merasa tak nyaman.“Lo kan cuman tetangganya, Tas. Nggak 24 ours bareng dia. Lagian dia kenal siapa, nggak mungkin laporan ke lo juga kan?”“Tapi nggak make sense kalau itu anak mereka. Si

  • PELET CINTA LOLITA!   [62] Efek Terlalu Ugal-Ugalan

    “Siapa lo, Lol?” Setiap kali pertanyaan itu muncul, maka dengan percaya dirinya Lolita akan mengatakan, “anak gue!”Jawaban tersebut kontan membuat heboh teman-teman kampusnya. Mereka yang tidak mengetahui asal-usul Awi pun berbondong-bondong mengerubungi Lolita.Karenanya, kantin siang ini menjadi sangat penuh dengan orang-orang yang penasaran akan keberadaan Awi.Lolita sungguh tak habis thinking dengan kekepoan orang-orang ini. Mereka seolah tak mempunyai pekerjaan selain mengurusi urusan orang lain.“Heh! Lo semua pada ngapain sih sebenernya?! Gue bukan Kendal Jenner, An,” Lolita menelan air ludahnya. Hampir saja dirinya keceplosan mengumpat di depan Awi. Sebagai seorang ibu muda, mulutnya harus terkontrol untuk dijadikan contoh yang baik. “An-Anjayani!”Aigoh! Terpakai juga akhirnya plesetan kontroversial yang sempat booming itu. Yah, mau bagaimana lagi! Namanya juga emak-emak. Moral anak lebih utama. Kalau tidak lupa sih! Manusia kan bisa saja khilaf. Asalkan tidak disengaja

  • PELET CINTA LOLITA!   [61] Punya 10 Anak? Hayuk!

    “Awi, kiss Kakeknya..” Setelah mendapatkan ciuman dari putranya, Diding memandang lama sang putra. Lengannya yang kurus terulur, membelai pipi bocah yang kini tampak berisi. “A-Awi,” Pria itu memaksakan diri untuk dapat berucap. Meski payah dalam mengusahakan suaranya, ia tetap berkata-kata, meminta Awi untuk menjadi anak yang penurut dan sholeh. “Bilang apa ke Kakek, Wi?” “Akek ati-ati. Telepon Awi..” “Ya, ya, pasti Kakek telepon Awi setiap hari,” jawab Diding cepat dengan pita suaranya yang bergetar karena menahan tangis. Perpisahan ini akan menjadi sangat lama untuk mereka. Meski merasa berat meninggalkan Awi, Diding harus melakukannya demi bisa mengumpulkan banyak uang. Mencari modal agar ia bisa mengasuh dan membesarkan Awi dengan tangannya sendiri. “Pak Diding, sehat-sehat ya.. Jangan khawatirin Awi disini. Bapak fokus kerja saja disana. Insyaallah, kalau Pak Didingnya nggak bisa pulang, nanti kita yang susulin buat anter Awi ketemu Bapak.” Diding pun meraih tangan Khoiro

DMCA.com Protection Status