“Nggak perlu ditungguin. Dinda udah janjian sama gue buat pulang bareng.”Sean, remaja yang menjadi partnernya di kelas tari menghampiri mereka dan berdiri di samping Dinda. Tubuhnya yang jangkung membayangi gadis itu.Dinda merasakan kelegaan mengaliri hatinya saat Sean datang. Walau menyebalkan, Dinda lebih memilih digoda anak itu dibanding harus berduaan sepanjang makan malam dengan Aldi.“Siapa kamu?” Aldi menatap Sean dengan mata menyipit.“Siapa kamu?” Sean membeo. Matanya memandang Aldi dari atas ke bawah dan menyeringai. “Asal Anda tahu, Om, yang bukan murid di sini nggak boleh masuk.”Aldi mendengus. Rahangnya menegang. Matanya yang biasanya bersinar hangat berubah menjadi dingin. Dia lalu mengabaikan Sean dan beralih pada Dinda. “Saya tunggu kamu di luar.”“Dibilang Dinda ada janji sama gue, jadi Om nggak perlu nunggu dia. Udah tuli ya, Om?” ejek Sean.“Bener, Din?” Tentu saja Aldi tidak percaya jika ucapan itu tidak keluar langsung dari mulut Dinda.“Eh, iya bener, Di,” den
Baca selengkapnya