Semua Bab CINTA TERLARANG TUAN MAJIKAN: Bab 61 - Bab 70

80 Bab

Bab 61

Dinda tidak tahu batas beberapa hari yang dimaksud Bima. Awalnya dia berpikir Bima pergi hanya sekitar empat atau lima hari. Satu minggu paling lama. Tetapi sudah lebih dari satu minggu sejak terakhir mereka bertemu dan Dinda belum mendengar kabar apapun darinya.Beberapa kali dia tergoda untuk menghubunginya. Namun Dinda segera mengurungkan niatnya. Bima berpikir dia telah mengkhianatinya dan Dinda sedang berusaha mendapatkan kembali kepercayaannya. Walau hari-harinya dilalui dengan kekhawatiran dan kerinduan, Dinda tetap berusaha untuk menahannya.Sayangnya tidak ada yang bisa ia tanyai. Dinda tidak mengenal orang lain selain keluarga Bima yang mungkin tahu keadaannya. Dia tidak mungkin pergi ke rumah Kartika untuk menanyakan hal itu. Pada hari ke sepuluh Dinda menemukan sebuah jawaban, meski dia sendiri tidak yakin. Tetapi dia merasa layak untuk mencobanya.Akhirnya pada malam ke sebelas kepergian Bima, Dinda berdiri di depan pintu itu dan mengetuknya. Dia langsung pergi ke sana se
Baca selengkapnya

Bab 62

Dua minggu. Bima belum kembali. Masih tidak ada kabar darinya. Dinda hanya menerima satu atau dua potong informasi tentangnya saat menanyai Daniel. Dia selalu mengatakan Bima baik-baik saja dan menyuruh Dinda untuk tidak perlu mengkhawatirkannya.Tentu saja Dinda tetap khawatir. Apapun bisa terjadi dalam waktu itu. Walau Dinda ingin mempercayainya, dia tidak bisa mencegah untuk memikirkan kalau perasaan Bima mungkin berubah dalam waktu dan jarak sejauh itu.Dinda menghembuskan napas kasar. Tubuhnya terasa lelah dan tak bertenaga. Dia hampir tidak punya waktu untuk istirahat selain saat ia tidur di malam hari. Meski pekerjaannya di kantor sudah lebih ringan setelah peluncuran produk, dia masih harus terus membuat video promosi dan mengunggahnya. Beberapa media bahkan menghubunginya dan meminta waktunya untuk diwawancara. Tetapi di antara pekerjaan dan kelas privatnya, Dinda tidak lagi punya tenaga dan waktu untuk menerima tawaran itu.Bahkan dia harus minta izin untuk pulang lebih awal
Baca selengkapnya

Bab 63

“Nggak perlu ditungguin. Dinda udah janjian sama gue buat pulang bareng.”Sean, remaja yang menjadi partnernya di kelas tari menghampiri mereka dan berdiri di samping Dinda. Tubuhnya yang jangkung membayangi gadis itu.Dinda merasakan kelegaan mengaliri hatinya saat Sean datang. Walau menyebalkan, Dinda lebih memilih digoda anak itu dibanding harus berduaan sepanjang makan malam dengan Aldi.“Siapa kamu?” Aldi menatap Sean dengan mata menyipit.“Siapa kamu?” Sean membeo. Matanya memandang Aldi dari atas ke bawah dan menyeringai. “Asal Anda tahu, Om, yang bukan murid di sini nggak boleh masuk.”Aldi mendengus. Rahangnya menegang. Matanya yang biasanya bersinar hangat berubah menjadi dingin. Dia lalu mengabaikan Sean dan beralih pada Dinda. “Saya tunggu kamu di luar.”“Dibilang Dinda ada janji sama gue, jadi Om nggak perlu nunggu dia. Udah tuli ya, Om?” ejek Sean.“Bener, Din?” Tentu saja Aldi tidak percaya jika ucapan itu tidak keluar langsung dari mulut Dinda.“Eh, iya bener, Di,” den
Baca selengkapnya

Bab 64

Dinda menggigit bibir bawahnya, menebak reaksi Bima jika ia menceritakan semua yang terjadi sepanjang hari ini. Mungkin dia tidak akan menyetujui keputusannya lagi. Tetapi kali ini Dinda akan memaksa Bima untuk mendengar alasannya.Di atasnya, Bima menatap Dinda dengan campuran antara nafsu dan ingin tahu. Walau wajahnya tenang, matanya menyorotkan gairah yang menyala-nyala. Kepala Bima turun dan dia membenamkan wajahnya di leher Dinda, menghirup aroma tubuhnya dalam-dalam.“Jadi kamu masih belum berhenti?” desisnya.Dinda terkesiap saat Bima menghisap leher di bawah telinganya. Tulang-tulangnya terasa lembek. Napasnya mulai tidak teratur. Dia bahkan kesulitan untuk menjawab pertanyaan Bima.“I─iya─ah”Bibir Bima berpindah, kali ini bawah dagunya, terus turun hingga berhenti di ujung belahan dada Dinda. “Kenapa?”“Karen─aah...,” pekik Dinda. Sekuat tenaga dia mendorong Bima menjauh dari tubuhnya. “Boleh aku jawab nanti? Atau kamu bisa berhenti dulu─”“Oke. Jawab nanti.”Bima kembali m
Baca selengkapnya

Bab 65

Masih terekam jelas di ingatan Dinda saat dia harus berpanas-panasan di bawah terik matahari untuk mencari kerja. Dia banyak berjalan kaki demi menghemat ongkos kendaraan karena saat itu dia tidak punya pekerjaan. Hanya makan dua kali sehari agar pengeluarannya bisa ditekan. Tidak menyalakan AC di apartemennya agar biaya listrik tidak melonjak. Bahkan Dinda sempat ingin menjual apartemen pemberian Iskandar itu dan pindah ke tempat yang lebih sederhana, tetapi dia mengurungkan niatnya. Dinda merasa bersalah jika menjual apartemen itu.Hari-harinya mulai membaik saat ia mendapat pekerjaan di tempatnya sekarang. Walau lebih seperti pesuruh pada awalnya, bayaran yang ia dapat cukup untuk biaya hidupnya dan sedikit tabungan. Dia bisa makan tiga kali sehari dan menyalakan AC saat cuaca panas. Bagi Dinda itu sudah cukup. Dinda tidak pernah menginginkan sesuatu yang lebih dari itu. Dia tidak lagi punya cita-cita dan ambisi. Tidak ada keinginan untuk sekedar naik jabatan atau berkuasa. Seringk
Baca selengkapnya

Bab 66

‘Jalan seratus meter dari tempat kamu sekarang ke arah barat. Jangan bilang siapa-siapa atau foto ini akan tersebar.’Panik menyebar ke setiap sel di tubuh Dinda. Tangannya bergetar hebat. Pilihannya ada dua. Mendatangi bahaya secara sukarela dan menyelamatkan yang ia punya sekarang atau mengabaikannya dan rahasia kelamnya akan terungkap. Jika berita itu menyebar, semua yang ia bangun akan hancur. Nama Bima dan keluarganya juga akan terseret ke dalamnya. Dinda tidak mau itu terjadi.Dia bimbang. Tidak ada waktu untuk berpikir. Tapi kenapa dia harus takut? Dinda pernah kehilangan segalanya dan dia tetap bertahan. Lagipula itu hanyalah foto USG. Semua bisa direkayasa. Dia bisa mengelak jika orang-orang bertanya.Sebuah pesan masuk lagi. Dinda menarik napas dan merapalkan manteranya sebelum membuka pesan itu. Dari nomor tidak dikenal lagi.‘Jangan lama-lama. Atau Bima akan dikenal sebagai pemerkosa dan mendekam di penjara.’Benar. Entah narasi apa yang akan muncul bersamaan dengan foto i
Baca selengkapnya

Bab 67

“Kenapa?”Suara Dinda menggema ke seluruh ruangan kecil itu. Hanya itu yang bisa keluar dari tenggorokannya. Tidak ada yang masuk akal baginya saat ini. Dinda tidak ingin mempercayai semua ini perbuatan Aldi.Pria itu mendekat dan berhenti di dekat meja di tengah ruangan. Wajahnya masih dihiasi senyum. “Kenapa apanya?”Cengkeraman Dinda di headboard semakin kuat. Tubuhnya masih lemah, bahkan dorongan kecil mungkin bisa membuatnya limbung. Tenggorokannya terasa sangat kering. “Kenapa kamu melakukan ini?”Aldi tertawa keras seolah pertanyaan Dinda adalah sebuah lelucon. “Kamu tanya kenapa?” dengusnya. “Bukankah sudah jelas?”Apapun yang ada di kepalanya, Dinda merasa harus tetap mendengar pengakuan Aldi. Dia butuh mendengarnya agar jika ia berhasil keluar dari tempat sialan itu, Dinda tidak akan merasa berhutang lagi padanya. “Jelaskan.”“Semuanya karena kamu.” Aldi duduk dengan santai di kursi dan memainkan pisau kecil yang berkilat di tangannya. Raut wajahnya berubah serius. Dia menat
Baca selengkapnya

Bab 68

Bima menggunakan semua koneksinya untuk melacak keberadaan Dinda. Seluruh kamera pengawas yang dipasang di sekitar studio Hilda diperiksa. Mereka menemukan rekaman mobil yang dicurigai sebagai kendaraan yang dipakai pelaku untuk menculik Dinda. Sean lalu mengkonfirmasinya. Penyelidikan mereka menemui jalan buntu saat menemukan fakta kalau plat nomor yang dipakai adalah palsu. Mereka terpaksa melacak jejak mobil itu melalui rekaman kamera pengawas yang terpasang di jalanan. Bima harus mengeluarkan uang yang cukup besar untuk itu.Sinyal dan koordinat ponsel Dinda pun tidak membantu. Esok harinya polisi menemukan ponsel Dinda di tumpukan sampah dedaunan di hutan di pinggiran kota. Mereka menelusuri tempat-tempat di sekitarnya tetapi nihil. Tidak ditemukan sesuatu yang mencurigakan.Bima tidak tidur sejak Dinda menghilang. Dia ikut mencari gadis itu bersama pihak kepolisian. Dia dan Daniel bergantian mengemudi. Dua hari setelah Dinda menghilang, Bima mendapat telepon dari Iskandar. Saat
Baca selengkapnya

Bab 69

“Dehidrasi dan pemakaian chlorofom yang berlebihan. Mungkin Saudari Dinda harus dirawat sampai dua atau tiga hari lagi. Dan saya sarankan agar Dinda berkonsultasi dengan psikolog untuk menyembuhkan traumanya.”Samar-samar Dinda mendengar seseorang berbicara di dekatnya. Kesadarannya mulai pulih meski kepalanya masih terasa sakit. Saat matanya terbuka, Dinda kembali melihat Bima di sampingnya.“Air,” gumamnya.Sama seperti sebelumnya, Bima membantunya mengambil air dan menopang tubuhnya saat Dinda minum. Dia tidak kembali berbaring. Tubuhnya sudah terasa lebih baik. Dinda duduk setelah Bima menaikkan ujung brankar untuk tempatnya bersandar.“Berapa lama aku pingsan?” tanya Dinda. Suaranya serak.“Tiga jam.”Dinda memperhatikan Bima. Pria itu hanya memakai kemeja kusut dan jins hitam. Wajahnya kasar karena beberapa hari tidak bercukur. Kantung matanya terlihat lebih gelap, menunjukkan betapa sedikit jam tidurnya.“Kamu bisa pulang dan istirahat dulu. Aku udah enakan,” kata Dinda.Bima l
Baca selengkapnya

Bab 70

“Aku datang untuk memberitahu kalian kalau aku akan menikahi Dinda. Secepatnya.”“Mama nggak setuju,” Kartika serta merta memeberikan penolakan. Dilepaskannya tangan Bima yang sejak tadi ia pegang.Tentu saja Bima sudah menduganya. “Aku nggak minta persetujuan Mama. Aku cuma mau memberitahu kalian,” kata Bima dengan tenang, membuat sang Mama memberengut.“Apa Dinda setuju?” Iskandar buka suara. “Kamu sudah membicarakan ini dengannya?”Bima tertegun. Ayahnya selalu lebih jeli dalam segala hal. Tetapi Bima yakin. Dia tidak melihat ada sesuatu yang membuat Dinda menolaknya. “Dinda masih belum seratus persen pulih. Aku akan mengatakan semuanya setelah kondisinya lebih baik.”Iskandar mengangguk. Ia menatap Bima yang duduk di seberangnya. “Pastikan Dinda benar-benar bersedia.”“Papa mengizinkan mereka menikah?” suara Kartika naik satu oktaf. “Apa Papa sudah gila?”“Dan kenapa Mama nggak mengizinkan?” desis Bima. “Bukankah Dinda sudah mengikuti syarat yang Mama berikan?”“Banyak alasannya,”
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status