Semua Bab Lelaki Kontrak Super Kaya: Bab 81 - Bab 90
96 Bab
Bab. 81
“Ah sudah gila tuh orang!”“Apa yang kau lakukan, hei? Turun kalau kau memang berani!”Brruummm!“Hah! Dasar pengecut!”Dewa benar-benar kesal dengan apa yang dilakukan oleh pemilik mobil sedan itu, dia bahkan berani sekali menabrak mobil SUV dari belakang. “Apa sih yang dia mau, apa dia gak sadar siapa yang dia tabrak. Berani sekali!” kesal Dewa dan memukul kemudi dengan marah.Namun, seperti biasanya Dewa tidak akan pernah turun dari mobilnya. Selagi mobilnya masih bisa dikendarai sampai tempat tujuannya Dewa tidak akan terpancing dengan apapun. Apalagi yang kali ini, hanya sebuah mobil sedan menabrak mobilnya. Dan Dewa pikir hanya sebatas penyok atau paling parah kaca lampu belakang yang pecah.“Sepertinya orang itu tidak ada pekerjaan, dan dia bosan hidup. Mending terjun saja dari jembatan ini, biar jadi pusat perhatian,” ujar Dewa yang terus menggerutu.Dewa memilih pergi dari tempat itu, karena sepertinya dimana-mana dia pergi, pasti ada yang mengikuti.“Lumayan, ada pengawal g
Baca selengkapnya
Bab. 82
"Okelah, kalian berjaga hati-hati.""Siap, Pak!""Aku masuk, jangan lupa kunci kembali pintunya. Kalila tidak pulang."Krek!Suara kunci besi yang besar itu terdengar, dan pintu pagar yang tingginya bahkan bisa jadi melebihi penjara tersebut sudah terkunci dengan rapat.Tampak Jojo dan Rigo menunggu kedatangan Dewa sambil bermain gaple di gazebo."Kalian tahu mobil yang mondar mandir?" tanya Dewa setelah turun dari mobilnya dan duduk di dekat kedua pengawalnya itu sambil menikmati sebatang rokok."Tahu, Pak. Aku tahu itu mobil siapa," jawab Jojo dengan santai.Dewa tersenyum karena dia kenal Jojo, jika dia bersikap lebih tenang itu artinya dia tahu."Baguslah kalau kau tahu, aku heran aja sekuriti pada heboh dan tegang," jawab Dewa dan kembali menghisap rokoknya, kemudian mengeluarkan asap putih berbentuk garis lurus."Mereka terlalu panik dan heboh. Padahal, mereka seharusnya tahu. Walaupun orang itu memotret rumah ini, yang nampak hanyalah pintu pagar besi yang tinggi. Orang tidak a
Baca selengkapnya
Bab. 83
“Ya Tuhan….”“Mereka siapa, Bu?”“Kami tidak diajak masuk? Atau kami harus berdiri disini sampai kapan?”“Kalian siapa?” tanya Dewa yang merasa tidak sabaran menunggu jawaban Rasti yang hanya terdiam dengan mulut yang terbuka.Dewa benar-benar tidak tahu dengan kedua orang yang sudah berumur itu, dan Dewa belum pernah bertemu mereka.“Kami adalah….”Lelaki tua yang sudah sedikit berumur itu menjawab namun suaranya tercekat, sepertinya mereka tidak bisa melanjutkan ucapannya.“Budi, kau boleh pergi. Biar kami berbicara dengan tamu ini,” ujar Dewa meminta sekuriti segera meninggalkan mereka, karena Dewa melihat dua orang itu adalah sepasang suami istri, yang saat ini mereka malah menangis. Dewa yakin kedua orang ini menangis pasti ada sebabnya.“Bu…,” panggil Dewa memegang tangan Rasti. Rasti tidak menjawab, bahkan Dewa tidak tahu ekspresi apa yang ibunya tunjukkan. Karena Rasti hanya membeku melihat kedua orang tersebut, tidak ada sambutan hangat ataupun penolakan. Dan itu membuat Dew
Baca selengkapnya
Bab. 84
“Ibu….”“Rasti….”“Kenapa, Bu?” tanya Dewa sambil menggeleng dan tanpa terasa air matanya akhirnya jatuh juga. Padahal sejak tadi Dewa berusaha menahannya.Rasti menggeleng.“Tidak, tubuh Rasti begitu kotor untuk kalian. Rasti tidak ingin kembali mengotori kalian, Papa, Mama,” gumam Rasti pelan yang melepaskan tangan Wibowo dan terus mundur beberapa langkah.Jawaban yang diberikan oleh Rasti, justru membuat Wibowo dan Farni menangis dan terduduk. Mungkin sakit yang Rasti alami masih terasa hingga saat ini, apalagi saat Rasti dikatakan kotoran pembawa aib. Dan ini adalah kali pertama Rasti memanggil mereka dengan sebuatan ‘papa’ dan ‘mama’ setelah sekian lama mereka berpisah.Mendengar jawaban yang diberikan oleh ibunya membuat Dewa yang kemudian menghambur memeluk ibunya dengan erat.“Tidak! Ibu tidak kotor! Semua yang ibu lakukan ada alasannya, dan sekarang ibu telah menjadi wanita terhormat. Jangan pernah bilang seperti itu, manusia tidak tahu dosa orang lain, dan siapa tahu Tuhan
Baca selengkapnya
Bab. 85
“Hah?! Dia siapa? Kenapa dia bisa lakukan itu??”“Pak, nanya nya satu-satu. Biar aku gak bingung jawabnya!”“Oh iya, maaf. Kau silakan jawab sekarang.”“Bapak dimana?”“Itu pertanyaan, Ari! Bukan jawaban!” kesal Dewa kepada sekretarisnya itu yang disuruh untuk menjawab pertanyaan, malah melontarkan pertanyaan balik kepadanya.“Oh iya pak, maaf. Udahlah bapak datang saja kesini, aku tidak ada ide untuk menjawab sekarang,” ujar Ari yang kemudian memutuskan sambungan telepon kepada bosnya itu.Dewa hanya menggeleng dengan apa yang dilakukan oleh Ari, bagaimana bisa dia bilang belum ada ide untuk menjawab pertanyaan Dewa. Padahal dia lah yang memberikan informasi kepada Dewa kalau ada seseorang yang mengamuk di acara pembukaan cabang Daraka yang berada dibawah bendera Deka Group.Dewa berangkat dengan terburu-buru.“Jojo, Rigo kita berangkat sekarang, ke jalan Cempaka Putih. Tempat peresmian cabang Daraka!” teriak Dewa memanggil kedua pengawalnya itu.“Siap, Pak!” jawab kedua pengawalnya
Baca selengkapnya
Bab. 86
“Buka mulutmu!”“Sejak tadi dia hanya menggeleng dan tidak mengeluarkan sepatah katapun!”“Apakah kau bisu? Tapi, menurut cerita Ari kau merusak semuanya sambil berteriak! Kenapa sekarang kau malah diam?”Dewa duduk tepat di hadapan lelaki yang telah mengacaukan acaranya itu. Lelaki yang masih sangat muda, dan terlihat sedang frustasi.“Apakah kau hanya gila sesaat?” tanya Dewa sembari menarik kerah baju lelaki itu.Lelaki itu tampak meringis, dia sepertinya tahu saat sedang berhadapan dengan siapa. Kemudian dia tersenyum, yang seolah-olah mengejek.“Akhirnya aku bertemu juga dengan pemilik perusahaan ini yang dengan seenaknya mendirikan perusahaan di tanah orang tanpa membayar ganti rugi!” teriak lelaki itu kemudian.Semua orang tampak tercengang karena ternyata lelaki itu sengaja diam dan tidak mengeluarkan suaranya, karena dia ingin bertemu Dewa secara langsung.Plak! Plak!Jojo langsung mengambil alih saat Dewa melepaskan baju lelaki itu. Jojo menamparnya dengan sangat keras, sehi
Baca selengkapnya
Bab. 87
“Kurang ajar!”Braaak!“Pak, ada apa?” “Apa yang dia inginkan?”“Pak, siapa yang bapak maksud?”Ari yang masuk ke ruangan Dewa tampak keheranan melihat Dewa yang sangat marah dengan sorot mata tajam. Mendengar suara gebrakan meja, Ari dengan buru-buru masuk ke ruangan Dewa.Karena Ari melihat Dewa yang sangat marah, Ari yakin ada sesuatu yang mengganggunya sehingga membuat Dewa sangat marah seperti itu, Ari menutup pintu ruangan Dewa dengan pelan dan duduk di hadapan Dewa.“Benar-benar musuh dalam selimut, dan orang seperti ini tidak baik diajak berteman,” gumam Dewa kembali duduk di kursinya dan menerima satu botol air mineral dingin dari Ari.Ari tidak bertanya sedikitpun, karena Ari tahu Dewa perlu waktu untuk meluapkan semua amarahnya.Setelah beberapa saat, Dewa tampak sudah mulai tenang. Emosinya sudah stabil, berkali-kali dia menenggak minumannya itu.“Ada apa, Pak?” tanya Ari kemudian memberanikan diri bertanya kepada Dewa.“Kau tahu siapa orang yang menggunakan kemeja hijau
Baca selengkapnya
Bab. 88
"Apa dia sudah gila?" "Sudah lama aku mencarimu," ujar wanita itu."Hei, siapa kau? Apa yang kau lakukan. Astaga…. Kenapa mesti dapat pemandangan seperti ini, dan kalau gak dilihat ini adalah tontonan yang seru," ujar Ari sambil menggeleng, dan segera menutup pintu agar tidak menjadi tontonan para karyawan lainnya.Namun, Ari tidak keluar dari ruangan itu. Dia begitu penasaran dengan apa yang akan Dewa lakukan kepada perempuan itu.Perempuan itu terus menciumi bibir Dewa dan turun ke leher, semetara tangannya menggerayangi Dewa. Dan bahkan memegang bagian paling sensitif Dewa."Jangan di tahan," ujar wanita itu yang sepertinya sudah mulai terangsang. Dan terus saja menggerayangi tubuh Dewa."Kau benar-benar menggairahkan," ujar perempuan itu yang terus saja menciumi Dewa, bahkan menggesekkan dadanya kepada Dewa.Ternyata Dewa hanya diam, sedikitpun Dewa tidak merespon apa yang dilakukan oleh perempuan itu.Meskipun sebenarnya Dewa sedang berusaha kuat untuk menahan gejolak jiwa kelel
Baca selengkapnya
Bab. 89
“Jangan membuat kami marah! Cepat katakan!” “Aku….”“Lanjutkan sesuai rencana, Go. Kita tidak akan menunggu terlalu lama. Karena dia adalah orang yang membahayakan,” perintah Dewa kepada Rigo dan kembali ke meja kerjanya.“Siap, Pak!” jawab Rigo sembari mengeluarkan ponsel dari saku celananya, dia akan menelepon polisi. Agar perempuan itu dibawa ke kantor polisi dan dilakukan interogasi oleh para polisi yang bertugas.Perempuan itu tampak menunduk.“Setelah itu bawa keluarganya kepadaku,” pesan Dewa kepada Rigo.“Tolong…, jangan libatkan keluarga aku. Mereka tidak tahu apapun yang aku lakukan. Mereka pasti akan sangat kecewa,” mohon perempuan itu menunduk dan bersujud.Dewa memandang Rigo dan menganggukkan kepalanya pertanda dia akan tetap meneruskan menyerahkan perempuan itu ke pihak kepolisian.“Akui siapa yang ada di belakang kau, maka kami berjanji akan melindungi mereka,” ujar Dewa memberikan suatu tawaran kepada perempuan itu.Perempuan itu menghela nafas berat.“Agata, orang y
Baca selengkapnya
Bab. 90
"Yang penting bagi orang ini adalah keuntungan," lanjut Zaki.Dewa masih diam mendengarkan apa yang Zaki jelaskan, karena sepertinya Zaki belum mau mengatakan kenal atau tidak, jika dia belum menyelesaikan ceritanya."Dan dia bisa melakukan apa saja asal ada yang membayar. Kemungkinan Agata menerima bayaran dari seseorang untuk melakukan sesuatu, dan perempuan itu utusannya. Bisa jadi perempuan itu memang tidak tahu apapun selain hanya perintah Agata.""Aku kenal Agata, beberapa kali berurusan dengan perempuan itu, dan paling rumit."Zaki menyelesaikan ceritanya."Rumitnya seperti apa?" tanya Dewa."Dia akan bertele-tele hanya untuk mendapatkan bayaran yang mahal. Dan berbohong adalah keahliannya," jelas Zaki lagi.Dewa menghela nafas berat, karena biasanya ya pastinya orang itu menginginkan uang yang banyak. Mereka pastinya memiliki akal bulus asal bisa memeras orang lain dan dia akan mendapatkan keuntungan yang banyak."Cari tahu alasan dia mengirim kupu-kupunya ke kantorku," permin
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status