"Apa dia sudah gila?" "Sudah lama aku mencarimu," ujar wanita itu."Hei, siapa kau? Apa yang kau lakukan. Astaga…. Kenapa mesti dapat pemandangan seperti ini, dan kalau gak dilihat ini adalah tontonan yang seru," ujar Ari sambil menggeleng, dan segera menutup pintu agar tidak menjadi tontonan para karyawan lainnya.Namun, Ari tidak keluar dari ruangan itu. Dia begitu penasaran dengan apa yang akan Dewa lakukan kepada perempuan itu.Perempuan itu terus menciumi bibir Dewa dan turun ke leher, semetara tangannya menggerayangi Dewa. Dan bahkan memegang bagian paling sensitif Dewa."Jangan di tahan," ujar wanita itu yang sepertinya sudah mulai terangsang. Dan terus saja menggerayangi tubuh Dewa."Kau benar-benar menggairahkan," ujar perempuan itu yang terus saja menciumi Dewa, bahkan menggesekkan dadanya kepada Dewa.Ternyata Dewa hanya diam, sedikitpun Dewa tidak merespon apa yang dilakukan oleh perempuan itu.Meskipun sebenarnya Dewa sedang berusaha kuat untuk menahan gejolak jiwa kelel
“Jangan membuat kami marah! Cepat katakan!” “Aku….”“Lanjutkan sesuai rencana, Go. Kita tidak akan menunggu terlalu lama. Karena dia adalah orang yang membahayakan,” perintah Dewa kepada Rigo dan kembali ke meja kerjanya.“Siap, Pak!” jawab Rigo sembari mengeluarkan ponsel dari saku celananya, dia akan menelepon polisi. Agar perempuan itu dibawa ke kantor polisi dan dilakukan interogasi oleh para polisi yang bertugas.Perempuan itu tampak menunduk.“Setelah itu bawa keluarganya kepadaku,” pesan Dewa kepada Rigo.“Tolong…, jangan libatkan keluarga aku. Mereka tidak tahu apapun yang aku lakukan. Mereka pasti akan sangat kecewa,” mohon perempuan itu menunduk dan bersujud.Dewa memandang Rigo dan menganggukkan kepalanya pertanda dia akan tetap meneruskan menyerahkan perempuan itu ke pihak kepolisian.“Akui siapa yang ada di belakang kau, maka kami berjanji akan melindungi mereka,” ujar Dewa memberikan suatu tawaran kepada perempuan itu.Perempuan itu menghela nafas berat.“Agata, orang y
"Yang penting bagi orang ini adalah keuntungan," lanjut Zaki.Dewa masih diam mendengarkan apa yang Zaki jelaskan, karena sepertinya Zaki belum mau mengatakan kenal atau tidak, jika dia belum menyelesaikan ceritanya."Dan dia bisa melakukan apa saja asal ada yang membayar. Kemungkinan Agata menerima bayaran dari seseorang untuk melakukan sesuatu, dan perempuan itu utusannya. Bisa jadi perempuan itu memang tidak tahu apapun selain hanya perintah Agata.""Aku kenal Agata, beberapa kali berurusan dengan perempuan itu, dan paling rumit."Zaki menyelesaikan ceritanya."Rumitnya seperti apa?" tanya Dewa."Dia akan bertele-tele hanya untuk mendapatkan bayaran yang mahal. Dan berbohong adalah keahliannya," jelas Zaki lagi.Dewa menghela nafas berat, karena biasanya ya pastinya orang itu menginginkan uang yang banyak. Mereka pastinya memiliki akal bulus asal bisa memeras orang lain dan dia akan mendapatkan keuntungan yang banyak."Cari tahu alasan dia mengirim kupu-kupunya ke kantorku," permin
“Dia bersama siapa ya? Kayaknya jauh lebih muda?”“Mereka terlihat tidak terlalu akrab dan sedikit canggung.”Dewa mengamati William yang sedang bersama dengan seseorang perempuan dewasa, dan umurnya sepertinya masih lebih muda daripada Kalila. Sepertinya sekitar 30-an. Keduanya terlihat sedang berdiri di ujung parkiran, dan sepertinya pertemuan itu sedikit tersembunyi karena William maupun wanita itu sangat sering celingukan, seolah-olah sedang takut kalau dipergoki oleh seseorang.Jepret!Dewa mengambil gambar keduanya dari jarak jauh dan menggunakan zoom dan segera mengirimkan foto itu kepada Zaki, siapa tahu Zaki mengenalnya.Send!Dewa mengirimkan foto itu kepada Zaki dan berharap Zaki segera membaca pesannya. Namun, hingga beberapa saat Zaki tidak kunjung membacanya. Bahkan sampai keduanya orang itu pergi dan masuk ke mobil masing-masing.“Ayo kita lanjut saja, Zaki juga belum membaca pesan. Mungkin dia sedang sibuk,” ujar Dewa yang kemudian mengajak semuanya untuk masuk ke mall
“Dewa…,” panggil Rasti pelan sembari menunduk saat tahu kalau anaknya sudah berada di rumah saat dia dan Kalila sedang bersitegang.Dewa tidak menjawab dan terus masuk ke dalam rumah, dilihatnya Kalila yang duduk dengan santai sambil tersenyum miring.“Kenapa kau cepat pulang?” tanya Kalila seolah tidak terjadi sesuatu.Kalila tidak peduli, meskipun dia tahu kalau Dewa sedang menahan amarahnya. “Itu tidak penting! Bisa kau jelaskan apa maksudmu berkata seperti itu kepada ibu?!” tanya Dewa dengan berteriak karena kesal dan menatap tajam ke arah Kalila. Karena yang Dewa tahu selama ini hubungan Rasti dan Kalila mulai sedikit membaik, Dewa tidak tahu kalau sebenarnya di belakangnya hubungan keduanya bagaikan menggenggam bara.“Dewa, ibu yang salah,” ujar Rasti pelan dan berusaha agar Dewa tidak marah kepada menantunya itu.Rasti tahu meskipun Dewa menghargai dan mencintai Kalila, kalau sudah menyangkut hinaan kepada ibunya Dewa bahkan tidak segan-segan kepada orang tersebut.“Kau dengar
“Kenapa?” tanya Kalila heran.“Tidak apa-apa.”“Kau lagi mabuk?” Kalila yang sepertinya masih tidak percaya dengan ajakan yang diberikan oleh Dewa terus saja mengajukan pertanyaan kepada sang suami. Dewa menggeleng dan menahan tawanya melihat reaksi yang diberikan oleh Kalila.“Aku tidak mabuk, dan juga aku rasa tidak memerlukan alasan kalau mau mengajak istri sendiri untuk bersenang-senang di luar,” jawab Dewa yang kemudian duduk di ujung pembaringan sambil menatap ke arah Kalila.“Bersama ibumu itu?” tanya Kalila yang tampaknya masih tidak menyukai Rasti.“Dia ibuku dan juga ibumu, karena kita adalah suami istri. Orang tuaku adalah orang tuamu, begitu juga sebaliknya,” ujar Dewa pelan. Dia tahu Kalila memang tidak mudah menerima hal itu untuk mengakui Rasti sebagai ibunya. Namun, Dewa juga tidak akan lelah mengingatkan Kalila agar mengakui hal itu. Karena tidak ada yang bisa menyangkal hubungan itu.“Kita hanya berdua saja. Ibu tidak ikut,” lanjut Dewa yang membuat mata Kalila tam
“Ternyata….” Dewa bergumam dalam hatinya dan langsung duduk di belakang kemudi.“Ada apa?” tanya Kalila heran.Kalila menangkap ada suatu keanehan di wajah Dewa saat Dewa membaca sebuah pesan di ponselnya. Kalila tidak tahu itu pesan dari siapa, yang pastinya pesan yang diterima oleh Dewa itu pastinya sangat mengganggunya, karena raut wajah Dewa langsung berubah kesal saat membaca pesan itu.“Tidak apa-apa, hanya sebuah pesan iseng yang tidak penting,” jawab Dewa berusaha untuk santai. Dewa tidak ingin Kalila tahu apa yang mengganggunya itu, walaupun sebenarnya dalam hatinya sangat ingin mengumpat ketika membaca pesan yang dikirimkan oleh Zaki tersebut.‘[Itu adalah Agata.]’Itulah pesan singkat yang Dewa terima dari Zaki. Informasi dari Zaki ini sungguh sangat mengganggu, karena semua hal yang tadinya tertuduh kenapa Agata melakukan itu seolah mendapat jawaban. Dan seolah sekarang sudah jelas, orang yang berada di belakang Agata adalah orang yang tadi bersamanya, siapa lagi kalau bu
"Bersiaplah…," bisik Dewa di telinga Kalila.Nafas Dewa semakin memburu, tampaknya Kalila sedang berusaha untuk membalas semua sentuhan Dewa.Dewa menarik tangannya, dan bersiap akan melakukan permainan inti mereka. Namun, Dewa tidak mau terburu-buru karena takutnya Kalila akan terkejut. Namun…."Maaf, Dewa. Sepertinya aku belum siap," ujar Kalila memejamkan matanya. Tubuh Kalila belum bisa menerima tubuh Dewa yang sudah siap untuk melakukan tugasnya."Kita coba dulu…," jawab Dewa yang belum bisa melepaskan Kalila dari kungkungannya.Kalila menggeleng sehingga perlahan tubuh polos Dewa yang sedang berada diatas tubuh polos Kalila turun. Dewa benar-benar kecewa, untuk kali kesekian nya dia gagal dalam melaksanakan tugasnya sebagai suami.Dewa hanya diam, terbaring menatap langit-langit kamar hotel itu menerawang dengan tubuh polos tanpa sehelai benangpun. Seolah-olah semua itu sedang mengejeknya yang
"Kok bisa seperti ini?" tanya Dewa pelan."Surat apa?" tanya Rasti yang heran melihat perubahan ekspresi di wajah Dewa. Seperti sedang menyimpan sesuatu yang sangat berat.Dewa memberikan selembar surat tersebut kepada Rasti. Dan dari membaca kop nya saja Rasti tahu kalau surat itu adalah dari pengadilan."Gugatan dari Kalila?" tanya Rasti lagi."Bukan.""Terus?""Ini surat putusan perceraian. Kalila begitu pintar, entah kapan dia memasukkan gugatan dan sidang tahu-tahu sudah ada keputusan seperti ini," ujar Dewa lagi sambil menggeleng.Bahkan Dewa sendiri sangat heran saat mendapati surat itu dikirimkan ke rumahnya, karena seharusnya yang bersangkutan harus mengambil sendiri."Betapa matangnya persiapan kamu, Kalila. Sehingga aku tidak sadar apa yang kamu lakukan," gumam Dewa lagi sembari berlalu menuju kamarnya."Dewa, suratnya kamu simpan. Dan lebih baik seperti ini. Kamu tidak pernah mengkhianatinya, dan ini adalah keputusan Kalila sendiri," ujar Rasti, dan dalam hatinya Rasti ter
“Terserah papa mau percaya atau tidak, yang pasti saya memiliki semua buktinya. Dan dibawa ke jalur hukum pun semua akan percuma. Karena saya memang memiliki bukti yang kuat, dan juga penjual perusahaan itu juga adalah pemilik perusahaan itu sendiri,” jawab Dewa pelan.“Kau pikir aku akan percaya!” teriak William.Dewa hanya bisa menghela nafas berat mendengar semua apa yang William katakan.“Kau tunggu saja, Dewa! Kau pasti akan hancur! Kembalikan KL Group biar aku maafkan engkau!” teriak William.“Akan aku kembalikan jika Kalila yang minta!” Tut!Setelah mengatakan demikian Dewa mematikan sambungan telepon kepada William. Dia tidak ingin melanjutkan pembicaraan kepada William. Karena dia tahu William tidak akan pernah percaya dengan apapun yang dia katakan. Dan William pastinya akan tetap menyalahkannya.“Dia baru tahu, dan ini artinya babak baru pasti akan di mulai,” gumam Dewa pelan.“Pekerjaan selanjutnya akan lebih berat, baik Deka maupun Kalilagara pastinya akan menjadi target
“Kenapa? Apa ibu salah? Ibu rasa semua yang ibu katakan itu benar, dan kamu juga sudah mengetahuinya. Tapi, kamu selalu menepisnya dan seolah-olah kamu tidak tahu!”Ternyata Rasti semakin menjadi, bukannya dia berhenti saat mendengar Dewa mulai emosi malah Rasti semakin meninggikan suaranya.“Untuk apa kamu sedih dengan kepergian mereka, seharusnya ini adalah awal yang baik untuk kamu! Kamu bisa menjadi seperti kamu yang seharusnya!”“Ibu, tolong berhenti. Biarkan Dewa berpikir untuk semua ini,” ujar Dewa pelan dengan pandangan Dewa yang memelas meminta Rasti untuk tidak lagi melanjutkan perkataannya.Dewa tahu kalau Rasti memang tidak merestui dengan Kalila, namun selama ini Rasti tidak pernah mengungkapkan keberatannya secara langsung. Mungkin saat ini Rasti merasa takut karena sumber kekayaan mereka berasal dari Kalila.“Ibu sudah mencoba untuk menerima Kalila dalam beberapa tahun ini, ibu sudah mencoba untuk mengerti perasaan kamu. Namun, belakangan ibu tahu kalau dia adalah penyu
"Aku tidak bisa menahanmu lagi," ujar Dewa pelan sembari memegang tangan Kalila dengan erat. Dia tidak menyangka kalau ternyata hubungannya dengan Kalila akan seperti ini."Jangan lupa hidup bahagia," ujar Kalila dengan suara yang serak.Sebenarnya dalam hati Kalila terasa begitu berat meninggalkan Dewa. Karena jujur dalam hatinya dia sudah jatuh cinta kepada Dewa. Namun, Kalila terus berusaha menyangkalnya.Dia jatuh cinta bersamaan dengan Danaya juga jatuh cinta kepada lelaki yang sama. Sehingga tidak ada pilihan baginya selain pergi meninggalkan Dewa. Dia tidak ingin Danaya semakin menjadi-jadi mengharapkan Dewa karena dia juga tidak ikhlas meskipun Danaya adalah anaknya sendiri.Disamping menjauhkan Danaya dari Dewa, kepergian Kalila juga untuk menjauhkan Danaya dari ambisi William. Kalila tidak akan membiarkan anaknya menjadi korban keserakahan keluarganya."Jangan lupa hubungi aku dimanapun kamu berada. Aku butuh kabar dari kamu yang akan membuat aku tenang," ujar Dewa sambil me
"Aku harus menyusulnya" teriak Kalila marah dan segera berbalik arah.Bahkan Kalila lupa kalau dia ingin berganti pakaian tujuannya pulang.Hap!Dewa menahan tangan Kalila dan kemudian menggeleng, dia tidak ingin Kalila menyelesaikan masalah dalam keadaan emosi."Biarkan saja dulu," ujar Dewa pelan.Kalila menepis tangan Dewa dengan erat."Biarkan gimana? Kamu dengar sendiri kan apa yang akan papa lakukan kepada Danaya? Bagaimana kamu akan membiarkannya? Atau kamu memang setuju dan mendukung papa agar aku tidak pergi?" tanya Kalila yang meluapkan amarah yang tidak terbendung itu.Pikirannya saat ini benar-benar kalut. Bagaimana kalau terjadi sesuatu kepada anaknya itu? Dia tidak mau anaknya yang tidak mengerti apapun menjadi korban kakeknya. Dia tidak ingin Danaya dimanfaatkan oleh William.Dewa membimbing Kalila untuk duduk di sofa depan televisi, dengan menggenggam tangan Kalila, Dewa mulai berbicara secara lembut dan pelan."Tidak mungkin papa akan memaksa Danaya sekarang. Papa pas
“Aku tidak gila, cobalah kamu lihat video itu. Mungkin itu tidak dengan kualitas bagus, tapi cukup puas sebagai kenang-kenangan,” jawab Dewa dengan kembali menarik selimut dan kembali memejamkan matanya.Kalila tidak menjawab, dia sedang mengunduh video yang dikirimkan oleh Dewa. Walaupun dia sangat marah dengan apa yang dilakukan oleh Dewa memvideokan aktivitas mereka bercinta, namun Kalila sangat penasaran apakah memang dia berhasil melakukannya. Kalila merasa tidak percaya kalau dia akhirnya bisa mengatasi segala ketakutannya, dan bisa menghilangkan traumanya saat berhubungan badan dengan lelaki.Akhirnya video yang dikirimkan oleh Dewa sudah selesai terdownload, dan Kalila melihat video yang berdurasi beberapa menit itu membuatnya tercengang. Dia melihat bagaimana liarnya dia saat bermain bersama Dewa, bahkan terlihat kalau Kalila yang lebih banyak mendominasi permainan.Suara desahan dan erangannya terdengar jelas di dalam video tersebut, membuat wajah Kalila memerah. Dia merasa
“Maksudnya?” tanya Kalila bingung.“Kita harus menyelesaikan semua yang tertunda,” jawab Dewa.“Jangan gila! Aku sedang tidak mau melakukan apapun selain minum! Jangan membuat aku marah!” bentak Kalila kepada Dewa.Dewa hanya menghela nafas berat dan tetap memarkirkan mobil yang dikendarainya.“Ini adalah hotel bintang lima dilengkapi dengan bar dan club terbaik. Ada ruang VIP yang akan menjaga privasi kita agar tidak terganggu oleh orang lain,” ujar Dewa sembari mematikan mesin kendaraannya.Kalila terdiam, dia tidak menyangka kalau ternyata Dewa tahu tempat seperti ini yang berada di tempat yang sangat sejuk dan nyaman. “Selain itu juga pemandangan kebun teh yang menghijau dan tiupan angin dari perkebunan ini membuat minum kamu semakin nikmat. Sudah aku katakan aku akan memberikan kenangan yang terbaik buat kamu,” lanjut Dewa yang kemudian mengajak Kalila untuk segera turun.“Darimana kamu tahu tempat seperti ini?” tanya Kalila penasaran.“Internet. Aku pernah mencari di internet t
Tap!Dewa segera menangkap tangan tua William yang akan menampar Kalila. Sedangkan Kalila sudah memejamkan matanya, karena dia tahu tangan itu pasti mendarat di wajahnya. Meskipun sudah keriput, tapi tenaga William masih cukup kuat untuk menampar anaknya."Jangan main kekerasan, Pa," ujar Dewa yang kemudian melepaskan tangan William sambil menatap tajam lelaki yang sudah berumur itu."Jangan ikut campur!" teriak William marah."Tidak bisa! Dia adalah istriku, tidak ada seorangpun yang boleh menyakitinya. Sekalipun ayah kandungnya sendiri!" teriak Dewa dengan emosi yang meledak-ledak.Kalila yang mendapat perhatian seperti itu dari Dewa merasa begitu senang. Dia benar-benar mendapatkan perlindungan dari seorang suami. Hatinya menghangat, namun dia juga tidak bisa merubah keputusannya. Apalagi melihat tingkah William yang bahkan sudah mengincar Danaya.Wajar kalau saat ini William tidak terlalu mengejar Kalila untuk berpisah dengan Dewa dan menikah dengan temannya, ternyata William sed
Tangan Dewa kemudian bergerak ke bawah diantara kedua paha Kalila, kemudian bermain di sana keluar masuk pada inti Kalila sehingga desahan kembali keluar dari bibir tipis Kalila.Juga sesuatu yang sudah mengeras sejak tadi diantara kedua paha Dewa pun sepertinya sudah mendesak ingin mengambil alih tangan Dewa, dan seolah-olah berkata; “Ini adalah waktunya untuk menuju landasan.”“Baiklah, sudah waktunya kamu beraksi,” gumam Dewa dalam hatinya sambil menatap miliknya yang sudah siap tempur. Dewa membuka kedua paha Kalila, tidak ada penolakan dari Kalila. Bahkan sepertinya Kalila terbius dengan yang dimiliki oleh Dewa. Karena mata Kalila sejak tadi tidak beralih dari pusaka kebanggan Dewa tersebut.Tok! Tok! Tok!Sayup-sayup terdengar pintu ruangan Dewa diketuk dari luar. Dewa tidak peduli, karena dia sudah mengunci pintu itu jadi tidak akan ada orang yang bisa masuk.“Ada yang mengetuk,” ujar Kalila menahan tubuh Dewa yang berada diatas tubuhnya.“Abaikan, dan jangan pedulikan. Seharu