“Ibu….”“Rasti….”“Kenapa, Bu?” tanya Dewa sambil menggeleng dan tanpa terasa air matanya akhirnya jatuh juga. Padahal sejak tadi Dewa berusaha menahannya.Rasti menggeleng.“Tidak, tubuh Rasti begitu kotor untuk kalian. Rasti tidak ingin kembali mengotori kalian, Papa, Mama,” gumam Rasti pelan yang melepaskan tangan Wibowo dan terus mundur beberapa langkah.Jawaban yang diberikan oleh Rasti, justru membuat Wibowo dan Farni menangis dan terduduk. Mungkin sakit yang Rasti alami masih terasa hingga saat ini, apalagi saat Rasti dikatakan kotoran pembawa aib. Dan ini adalah kali pertama Rasti memanggil mereka dengan sebuatan ‘papa’ dan ‘mama’ setelah sekian lama mereka berpisah.Mendengar jawaban yang diberikan oleh ibunya membuat Dewa yang kemudian menghambur memeluk ibunya dengan erat.“Tidak! Ibu tidak kotor! Semua yang ibu lakukan ada alasannya, dan sekarang ibu telah menjadi wanita terhormat. Jangan pernah bilang seperti itu, manusia tidak tahu dosa orang lain, dan siapa tahu Tuhan
“Hah?! Dia siapa? Kenapa dia bisa lakukan itu??”“Pak, nanya nya satu-satu. Biar aku gak bingung jawabnya!”“Oh iya, maaf. Kau silakan jawab sekarang.”“Bapak dimana?”“Itu pertanyaan, Ari! Bukan jawaban!” kesal Dewa kepada sekretarisnya itu yang disuruh untuk menjawab pertanyaan, malah melontarkan pertanyaan balik kepadanya.“Oh iya pak, maaf. Udahlah bapak datang saja kesini, aku tidak ada ide untuk menjawab sekarang,” ujar Ari yang kemudian memutuskan sambungan telepon kepada bosnya itu.Dewa hanya menggeleng dengan apa yang dilakukan oleh Ari, bagaimana bisa dia bilang belum ada ide untuk menjawab pertanyaan Dewa. Padahal dia lah yang memberikan informasi kepada Dewa kalau ada seseorang yang mengamuk di acara pembukaan cabang Daraka yang berada dibawah bendera Deka Group.Dewa berangkat dengan terburu-buru.“Jojo, Rigo kita berangkat sekarang, ke jalan Cempaka Putih. Tempat peresmian cabang Daraka!” teriak Dewa memanggil kedua pengawalnya itu.“Siap, Pak!” jawab kedua pengawalnya
“Buka mulutmu!”“Sejak tadi dia hanya menggeleng dan tidak mengeluarkan sepatah katapun!”“Apakah kau bisu? Tapi, menurut cerita Ari kau merusak semuanya sambil berteriak! Kenapa sekarang kau malah diam?”Dewa duduk tepat di hadapan lelaki yang telah mengacaukan acaranya itu. Lelaki yang masih sangat muda, dan terlihat sedang frustasi.“Apakah kau hanya gila sesaat?” tanya Dewa sembari menarik kerah baju lelaki itu.Lelaki itu tampak meringis, dia sepertinya tahu saat sedang berhadapan dengan siapa. Kemudian dia tersenyum, yang seolah-olah mengejek.“Akhirnya aku bertemu juga dengan pemilik perusahaan ini yang dengan seenaknya mendirikan perusahaan di tanah orang tanpa membayar ganti rugi!” teriak lelaki itu kemudian.Semua orang tampak tercengang karena ternyata lelaki itu sengaja diam dan tidak mengeluarkan suaranya, karena dia ingin bertemu Dewa secara langsung.Plak! Plak!Jojo langsung mengambil alih saat Dewa melepaskan baju lelaki itu. Jojo menamparnya dengan sangat keras, sehi
“Kurang ajar!”Braaak!“Pak, ada apa?” “Apa yang dia inginkan?”“Pak, siapa yang bapak maksud?”Ari yang masuk ke ruangan Dewa tampak keheranan melihat Dewa yang sangat marah dengan sorot mata tajam. Mendengar suara gebrakan meja, Ari dengan buru-buru masuk ke ruangan Dewa.Karena Ari melihat Dewa yang sangat marah, Ari yakin ada sesuatu yang mengganggunya sehingga membuat Dewa sangat marah seperti itu, Ari menutup pintu ruangan Dewa dengan pelan dan duduk di hadapan Dewa.“Benar-benar musuh dalam selimut, dan orang seperti ini tidak baik diajak berteman,” gumam Dewa kembali duduk di kursinya dan menerima satu botol air mineral dingin dari Ari.Ari tidak bertanya sedikitpun, karena Ari tahu Dewa perlu waktu untuk meluapkan semua amarahnya.Setelah beberapa saat, Dewa tampak sudah mulai tenang. Emosinya sudah stabil, berkali-kali dia menenggak minumannya itu.“Ada apa, Pak?” tanya Ari kemudian memberanikan diri bertanya kepada Dewa.“Kau tahu siapa orang yang menggunakan kemeja hijau
"Apa dia sudah gila?" "Sudah lama aku mencarimu," ujar wanita itu."Hei, siapa kau? Apa yang kau lakukan. Astaga…. Kenapa mesti dapat pemandangan seperti ini, dan kalau gak dilihat ini adalah tontonan yang seru," ujar Ari sambil menggeleng, dan segera menutup pintu agar tidak menjadi tontonan para karyawan lainnya.Namun, Ari tidak keluar dari ruangan itu. Dia begitu penasaran dengan apa yang akan Dewa lakukan kepada perempuan itu.Perempuan itu terus menciumi bibir Dewa dan turun ke leher, semetara tangannya menggerayangi Dewa. Dan bahkan memegang bagian paling sensitif Dewa."Jangan di tahan," ujar wanita itu yang sepertinya sudah mulai terangsang. Dan terus saja menggerayangi tubuh Dewa."Kau benar-benar menggairahkan," ujar perempuan itu yang terus saja menciumi Dewa, bahkan menggesekkan dadanya kepada Dewa.Ternyata Dewa hanya diam, sedikitpun Dewa tidak merespon apa yang dilakukan oleh perempuan itu.Meskipun sebenarnya Dewa sedang berusaha kuat untuk menahan gejolak jiwa kelel
“Jangan membuat kami marah! Cepat katakan!” “Aku….”“Lanjutkan sesuai rencana, Go. Kita tidak akan menunggu terlalu lama. Karena dia adalah orang yang membahayakan,” perintah Dewa kepada Rigo dan kembali ke meja kerjanya.“Siap, Pak!” jawab Rigo sembari mengeluarkan ponsel dari saku celananya, dia akan menelepon polisi. Agar perempuan itu dibawa ke kantor polisi dan dilakukan interogasi oleh para polisi yang bertugas.Perempuan itu tampak menunduk.“Setelah itu bawa keluarganya kepadaku,” pesan Dewa kepada Rigo.“Tolong…, jangan libatkan keluarga aku. Mereka tidak tahu apapun yang aku lakukan. Mereka pasti akan sangat kecewa,” mohon perempuan itu menunduk dan bersujud.Dewa memandang Rigo dan menganggukkan kepalanya pertanda dia akan tetap meneruskan menyerahkan perempuan itu ke pihak kepolisian.“Akui siapa yang ada di belakang kau, maka kami berjanji akan melindungi mereka,” ujar Dewa memberikan suatu tawaran kepada perempuan itu.Perempuan itu menghela nafas berat.“Agata, orang y
"Yang penting bagi orang ini adalah keuntungan," lanjut Zaki.Dewa masih diam mendengarkan apa yang Zaki jelaskan, karena sepertinya Zaki belum mau mengatakan kenal atau tidak, jika dia belum menyelesaikan ceritanya."Dan dia bisa melakukan apa saja asal ada yang membayar. Kemungkinan Agata menerima bayaran dari seseorang untuk melakukan sesuatu, dan perempuan itu utusannya. Bisa jadi perempuan itu memang tidak tahu apapun selain hanya perintah Agata.""Aku kenal Agata, beberapa kali berurusan dengan perempuan itu, dan paling rumit."Zaki menyelesaikan ceritanya."Rumitnya seperti apa?" tanya Dewa."Dia akan bertele-tele hanya untuk mendapatkan bayaran yang mahal. Dan berbohong adalah keahliannya," jelas Zaki lagi.Dewa menghela nafas berat, karena biasanya ya pastinya orang itu menginginkan uang yang banyak. Mereka pastinya memiliki akal bulus asal bisa memeras orang lain dan dia akan mendapatkan keuntungan yang banyak."Cari tahu alasan dia mengirim kupu-kupunya ke kantorku," permin
“Dia bersama siapa ya? Kayaknya jauh lebih muda?”“Mereka terlihat tidak terlalu akrab dan sedikit canggung.”Dewa mengamati William yang sedang bersama dengan seseorang perempuan dewasa, dan umurnya sepertinya masih lebih muda daripada Kalila. Sepertinya sekitar 30-an. Keduanya terlihat sedang berdiri di ujung parkiran, dan sepertinya pertemuan itu sedikit tersembunyi karena William maupun wanita itu sangat sering celingukan, seolah-olah sedang takut kalau dipergoki oleh seseorang.Jepret!Dewa mengambil gambar keduanya dari jarak jauh dan menggunakan zoom dan segera mengirimkan foto itu kepada Zaki, siapa tahu Zaki mengenalnya.Send!Dewa mengirimkan foto itu kepada Zaki dan berharap Zaki segera membaca pesannya. Namun, hingga beberapa saat Zaki tidak kunjung membacanya. Bahkan sampai keduanya orang itu pergi dan masuk ke mobil masing-masing.“Ayo kita lanjut saja, Zaki juga belum membaca pesan. Mungkin dia sedang sibuk,” ujar Dewa yang kemudian mengajak semuanya untuk masuk ke mall
"Kok bisa seperti ini?" tanya Dewa pelan."Surat apa?" tanya Rasti yang heran melihat perubahan ekspresi di wajah Dewa. Seperti sedang menyimpan sesuatu yang sangat berat.Dewa memberikan selembar surat tersebut kepada Rasti. Dan dari membaca kop nya saja Rasti tahu kalau surat itu adalah dari pengadilan."Gugatan dari Kalila?" tanya Rasti lagi."Bukan.""Terus?""Ini surat putusan perceraian. Kalila begitu pintar, entah kapan dia memasukkan gugatan dan sidang tahu-tahu sudah ada keputusan seperti ini," ujar Dewa lagi sambil menggeleng.Bahkan Dewa sendiri sangat heran saat mendapati surat itu dikirimkan ke rumahnya, karena seharusnya yang bersangkutan harus mengambil sendiri."Betapa matangnya persiapan kamu, Kalila. Sehingga aku tidak sadar apa yang kamu lakukan," gumam Dewa lagi sembari berlalu menuju kamarnya."Dewa, suratnya kamu simpan. Dan lebih baik seperti ini. Kamu tidak pernah mengkhianatinya, dan ini adalah keputusan Kalila sendiri," ujar Rasti, dan dalam hatinya Rasti ter
“Terserah papa mau percaya atau tidak, yang pasti saya memiliki semua buktinya. Dan dibawa ke jalur hukum pun semua akan percuma. Karena saya memang memiliki bukti yang kuat, dan juga penjual perusahaan itu juga adalah pemilik perusahaan itu sendiri,” jawab Dewa pelan.“Kau pikir aku akan percaya!” teriak William.Dewa hanya bisa menghela nafas berat mendengar semua apa yang William katakan.“Kau tunggu saja, Dewa! Kau pasti akan hancur! Kembalikan KL Group biar aku maafkan engkau!” teriak William.“Akan aku kembalikan jika Kalila yang minta!” Tut!Setelah mengatakan demikian Dewa mematikan sambungan telepon kepada William. Dia tidak ingin melanjutkan pembicaraan kepada William. Karena dia tahu William tidak akan pernah percaya dengan apapun yang dia katakan. Dan William pastinya akan tetap menyalahkannya.“Dia baru tahu, dan ini artinya babak baru pasti akan di mulai,” gumam Dewa pelan.“Pekerjaan selanjutnya akan lebih berat, baik Deka maupun Kalilagara pastinya akan menjadi target
“Kenapa? Apa ibu salah? Ibu rasa semua yang ibu katakan itu benar, dan kamu juga sudah mengetahuinya. Tapi, kamu selalu menepisnya dan seolah-olah kamu tidak tahu!”Ternyata Rasti semakin menjadi, bukannya dia berhenti saat mendengar Dewa mulai emosi malah Rasti semakin meninggikan suaranya.“Untuk apa kamu sedih dengan kepergian mereka, seharusnya ini adalah awal yang baik untuk kamu! Kamu bisa menjadi seperti kamu yang seharusnya!”“Ibu, tolong berhenti. Biarkan Dewa berpikir untuk semua ini,” ujar Dewa pelan dengan pandangan Dewa yang memelas meminta Rasti untuk tidak lagi melanjutkan perkataannya.Dewa tahu kalau Rasti memang tidak merestui dengan Kalila, namun selama ini Rasti tidak pernah mengungkapkan keberatannya secara langsung. Mungkin saat ini Rasti merasa takut karena sumber kekayaan mereka berasal dari Kalila.“Ibu sudah mencoba untuk menerima Kalila dalam beberapa tahun ini, ibu sudah mencoba untuk mengerti perasaan kamu. Namun, belakangan ibu tahu kalau dia adalah penyu
"Aku tidak bisa menahanmu lagi," ujar Dewa pelan sembari memegang tangan Kalila dengan erat. Dia tidak menyangka kalau ternyata hubungannya dengan Kalila akan seperti ini."Jangan lupa hidup bahagia," ujar Kalila dengan suara yang serak.Sebenarnya dalam hati Kalila terasa begitu berat meninggalkan Dewa. Karena jujur dalam hatinya dia sudah jatuh cinta kepada Dewa. Namun, Kalila terus berusaha menyangkalnya.Dia jatuh cinta bersamaan dengan Danaya juga jatuh cinta kepada lelaki yang sama. Sehingga tidak ada pilihan baginya selain pergi meninggalkan Dewa. Dia tidak ingin Danaya semakin menjadi-jadi mengharapkan Dewa karena dia juga tidak ikhlas meskipun Danaya adalah anaknya sendiri.Disamping menjauhkan Danaya dari Dewa, kepergian Kalila juga untuk menjauhkan Danaya dari ambisi William. Kalila tidak akan membiarkan anaknya menjadi korban keserakahan keluarganya."Jangan lupa hubungi aku dimanapun kamu berada. Aku butuh kabar dari kamu yang akan membuat aku tenang," ujar Dewa sambil me
"Aku harus menyusulnya" teriak Kalila marah dan segera berbalik arah.Bahkan Kalila lupa kalau dia ingin berganti pakaian tujuannya pulang.Hap!Dewa menahan tangan Kalila dan kemudian menggeleng, dia tidak ingin Kalila menyelesaikan masalah dalam keadaan emosi."Biarkan saja dulu," ujar Dewa pelan.Kalila menepis tangan Dewa dengan erat."Biarkan gimana? Kamu dengar sendiri kan apa yang akan papa lakukan kepada Danaya? Bagaimana kamu akan membiarkannya? Atau kamu memang setuju dan mendukung papa agar aku tidak pergi?" tanya Kalila yang meluapkan amarah yang tidak terbendung itu.Pikirannya saat ini benar-benar kalut. Bagaimana kalau terjadi sesuatu kepada anaknya itu? Dia tidak mau anaknya yang tidak mengerti apapun menjadi korban kakeknya. Dia tidak ingin Danaya dimanfaatkan oleh William.Dewa membimbing Kalila untuk duduk di sofa depan televisi, dengan menggenggam tangan Kalila, Dewa mulai berbicara secara lembut dan pelan."Tidak mungkin papa akan memaksa Danaya sekarang. Papa pas
“Aku tidak gila, cobalah kamu lihat video itu. Mungkin itu tidak dengan kualitas bagus, tapi cukup puas sebagai kenang-kenangan,” jawab Dewa dengan kembali menarik selimut dan kembali memejamkan matanya.Kalila tidak menjawab, dia sedang mengunduh video yang dikirimkan oleh Dewa. Walaupun dia sangat marah dengan apa yang dilakukan oleh Dewa memvideokan aktivitas mereka bercinta, namun Kalila sangat penasaran apakah memang dia berhasil melakukannya. Kalila merasa tidak percaya kalau dia akhirnya bisa mengatasi segala ketakutannya, dan bisa menghilangkan traumanya saat berhubungan badan dengan lelaki.Akhirnya video yang dikirimkan oleh Dewa sudah selesai terdownload, dan Kalila melihat video yang berdurasi beberapa menit itu membuatnya tercengang. Dia melihat bagaimana liarnya dia saat bermain bersama Dewa, bahkan terlihat kalau Kalila yang lebih banyak mendominasi permainan.Suara desahan dan erangannya terdengar jelas di dalam video tersebut, membuat wajah Kalila memerah. Dia merasa
“Maksudnya?” tanya Kalila bingung.“Kita harus menyelesaikan semua yang tertunda,” jawab Dewa.“Jangan gila! Aku sedang tidak mau melakukan apapun selain minum! Jangan membuat aku marah!” bentak Kalila kepada Dewa.Dewa hanya menghela nafas berat dan tetap memarkirkan mobil yang dikendarainya.“Ini adalah hotel bintang lima dilengkapi dengan bar dan club terbaik. Ada ruang VIP yang akan menjaga privasi kita agar tidak terganggu oleh orang lain,” ujar Dewa sembari mematikan mesin kendaraannya.Kalila terdiam, dia tidak menyangka kalau ternyata Dewa tahu tempat seperti ini yang berada di tempat yang sangat sejuk dan nyaman. “Selain itu juga pemandangan kebun teh yang menghijau dan tiupan angin dari perkebunan ini membuat minum kamu semakin nikmat. Sudah aku katakan aku akan memberikan kenangan yang terbaik buat kamu,” lanjut Dewa yang kemudian mengajak Kalila untuk segera turun.“Darimana kamu tahu tempat seperti ini?” tanya Kalila penasaran.“Internet. Aku pernah mencari di internet t
Tap!Dewa segera menangkap tangan tua William yang akan menampar Kalila. Sedangkan Kalila sudah memejamkan matanya, karena dia tahu tangan itu pasti mendarat di wajahnya. Meskipun sudah keriput, tapi tenaga William masih cukup kuat untuk menampar anaknya."Jangan main kekerasan, Pa," ujar Dewa yang kemudian melepaskan tangan William sambil menatap tajam lelaki yang sudah berumur itu."Jangan ikut campur!" teriak William marah."Tidak bisa! Dia adalah istriku, tidak ada seorangpun yang boleh menyakitinya. Sekalipun ayah kandungnya sendiri!" teriak Dewa dengan emosi yang meledak-ledak.Kalila yang mendapat perhatian seperti itu dari Dewa merasa begitu senang. Dia benar-benar mendapatkan perlindungan dari seorang suami. Hatinya menghangat, namun dia juga tidak bisa merubah keputusannya. Apalagi melihat tingkah William yang bahkan sudah mengincar Danaya.Wajar kalau saat ini William tidak terlalu mengejar Kalila untuk berpisah dengan Dewa dan menikah dengan temannya, ternyata William sed
Tangan Dewa kemudian bergerak ke bawah diantara kedua paha Kalila, kemudian bermain di sana keluar masuk pada inti Kalila sehingga desahan kembali keluar dari bibir tipis Kalila.Juga sesuatu yang sudah mengeras sejak tadi diantara kedua paha Dewa pun sepertinya sudah mendesak ingin mengambil alih tangan Dewa, dan seolah-olah berkata; “Ini adalah waktunya untuk menuju landasan.”“Baiklah, sudah waktunya kamu beraksi,” gumam Dewa dalam hatinya sambil menatap miliknya yang sudah siap tempur. Dewa membuka kedua paha Kalila, tidak ada penolakan dari Kalila. Bahkan sepertinya Kalila terbius dengan yang dimiliki oleh Dewa. Karena mata Kalila sejak tadi tidak beralih dari pusaka kebanggan Dewa tersebut.Tok! Tok! Tok!Sayup-sayup terdengar pintu ruangan Dewa diketuk dari luar. Dewa tidak peduli, karena dia sudah mengunci pintu itu jadi tidak akan ada orang yang bisa masuk.“Ada yang mengetuk,” ujar Kalila menahan tubuh Dewa yang berada diatas tubuhnya.“Abaikan, dan jangan pedulikan. Seharu