All Chapters of Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang: Chapter 71 - Chapter 80

108 Chapters

Bab 71

Hari itu Karta pulang lebih awal dari biasanya. Raut wajahnya tampak murka dengan napas yang terdengar berat.Karta melangkahkan kakinya dengan sedikit lebih cepat menuju ke kamar Gendis."Gendis! Gendis!" suara Karta terdengar menggelegar di seluruh ruangan.Sontak saja Indah dan Ayu yang mendengar suara teriakan Karta pun langsung keluar dari kamar masing-masing.Sementara Karta masih terus mencari Gendis. Tak lama setelah Karta masuk ke kamar Gendis, ia keluar lagi dari sana dan kemudian menuju ke dapur.Anjarwati hanya mengikuti langkah Karta dari belakang. Ekpresi wajahnya tampak datar membuat Ayu dan Indah yang melihatnya tak bisa menebak.Indah yang baru saja keluar dari kamar dan melihat kafta yang tampak murka pun segera menahannya."Ada apa, Mas? Kenapa kok teriak-teriak begitu?" tanya Indah sembari menahan lengan tangan Karta.Karta pun menoleh ke arah Indah dan menatapnya dalam untuk sesaat."Dimana Gendis?" tanya Karta.Indah pun semakin bing dan penasaran dengan apa yang
Read more

Bab 72

Sejak saat itu Gendis diusir dari rumah Karta. Gendis pun kini tinggal di rumah orang tuanya bersama dengan Hartono dan Indri.Harta yang waktu itu sempat Karta berikan pada Gendis pun telah diambil kembali oleh Karta secara paksa. Setelah itu Karta mengusir Gendis dari rumahnya."Mbak, ada mas Rehan di luar. Katanya mau ketemu sama mbak Gendis," ucap Indri saat masuk ke dalam kamar Gendis.Saat itu Gendis tengah bermain dengan Yasmine. Gendis pun segera menoleh ke arah Indri yang ada di belakangnya."Ada apa mas Rehan ingin bertemu denganku?" tanya Gendis."Aku juga nggak tahu Mbak. Lebih baik mbak Gendis temui saia dia dulu," ucap Indri.Seolah mengerti akan apa yang harus dilakukannya, Indri pun langsung mengambil alih Yasmine yang saat itu tengah digendong oleh Gendis.Sementara Gendis keluar dari kamarnya dan menemui Rehan yang sedang duduk di sofa seorang diri."Loh mas Rehan kok sendirian? Bapak kemana?" tanya Gendis pada Rehan."Oh emmm pak Hartono baru saja masuk. Katanya dia
Read more

Bab 73

Belum sempat Rehan menjawab ucapan Indah, tiba-tiba Karta kembali seorang diri.Indah langsung bangkit dan menyalami Karta yang baru sampai datang ke rumah."Kamu sudah pulang, Mas? Ibu mana, kok kamu sendirian?" tanya Indah.Namun, Karta tak menjawab pertanyaan dari Karta. Tatapan matanya tertuju pada Rehan yang masih duduk di sofa."Kamu! Ngapain kamu ke sini?" tanya Karta sinis.Rehan pun bangkit dari duduknya dan mencoba mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Karta tapi dengan cepat Karta menepis tangan Rehan."Mau apa kamu ke sini hah! Kalau kamu mau cari Gendis, dia tidak ada di sini!" ucap Karta penuh penekanan.Indah dengan cepat mencoba menenangkan Karta yang saat itu tampak mulai tersulut emosinya saat melihat Rehan.Indah memegang lembut lengan tangan Karta dan mengusapnya lembut."Mas, Rehan datang ke sini bukan untuk mencari Gendis, tapi dia mencari dirimu karena ingin bicara sesuatu denganmu," ucap Indah.Karta segera menoleh ke arah Indah dengan tajam. "Bicara ap
Read more

Bab 74

Gendis terpaku melihat kedatangan Karta dan Indah saat itu. Ia hanya bisa diam melihat keduanya duduk di sofa dan berhadapan dengannya."Kalau juragan Karta ingin membawa Gendis pulang lagi ke rumah, maaf aku tidak bisa mengizinkannya," ucap Hartono sembari beberapa kali terbatuk."Saya mohon, pak. Tolong izinkan saya membawa pulang Gendis," pinta Karta lagi."Tidak bisa, Juragan! Apa juragan lupa akan janji yang pernah Juragan katakan dulu saat membawa Gendis pulang. Juragan bilang akan menjaga Gendis dengan baik tapi apa kenyataannya? Gendis malah kembali ke rumah ini karena diusir," ucap Hartono.Karta yang tak mendapat izin dari Hartono untuk membawamembawa Gendis pulang pun merasa sedikit kesal."Ini laki-laki tua bangka kenapa pake nahan Gendis dan nggak kasih izin aku bawa dia segala sih! Bikin sebel aja," umpat Karta dalam hati."Tapi Gendis ini adalah istriku. Dia masih sah istriku karena aku tidak menceraikannya jadi aku masih punya hak untuk membawanya pulang." Karta tetap
Read more

Bab 75

Akhirnya Gendis pun kembali ke rumah Karta. Tak ada yang menyambut kembalinya Gendis dengan kebahagiaan selain Indah.Indah menyambut Gendis dengan begitu hangat. Indah bahkan selalu mencoba menemani Gendis agar tak kesepian.Hari ini adalah hari kedua setelah Gendis kembali ke rumah Karta. Namun, Ayu masih tidak bisa terima dengan kehadiran Gendis kembali ke rumah itu.Ayu mendatangi Karta yang sedang berada di dalam ruangan kerjanya.Karta pun mempersilahkan Ayu masuk setelah ia mengetuk pintu hingga beberapa kali. Ayu pun masuk dan menghadap Karta yang tengah duduk di kursinya."Ada apa kamu ke sini?" tanya Karta."Aku ingin bicara sesuatu padamu, Mas " ucap Ayu."Bicaralah cepat! Aku sedang banyak pekerjaan sekarang," ucap Karta tanpa menatap ke arah Ayu yang masih berdiri di hadapannya."Kenapa kamu mengizinkan Gendis kembali ke rumah ini, Mas! Bukankah waktu itu Gendis dan orang tuanya sudah menolak niat baikmu untuk membawa Gendis, pulang," ucap Ayu tak terima."Lalu apa masala
Read more

Bab 76

Keesokannya, Ayu dan Alex menjalankan rencana yang telah mereka susun.Awalnya Ayu mencoba meracuni Gendis dengan memasukannya racun ke dalam susu yang seharusnya ia minum.Tapi sayangnya, saat itu Gendis tak jadi meminum susu itu karena Yasmine menangis.Ayu yang tak menyerah lalu mencoba lagi dengan memasukkan ular berbisa ke dalam rumah dan menargetkan Gendis sebagai korbannya, tapi ular itu malah menggigit Anjarwati.Kegagalan yang Ayu terima membuatnya nyaris menyerah untuk mem*unuh Gendis. Tapi Alex yang terus mendukungnya membuat Ayu kembali bersemangat.Hari ini usia kehamilan Gendis sudah memasuki delapan bulan. Hal itu membuat Ayu semakin panik karena belum berhasil menghabisi Gendis.Ayu yang saat itu menemui Alex di kediamannya pun melampiaskan kemarahannya saat itu."Sial banget sih nasibku. Menikah sama laki-laki tua tapi tidak mendapatkan harta yang harusnya aku dapatkan. Ini semua gara-gara Gendis," umpat Ayu sembari menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa.Alex yang saat it
Read more

Bab 77

Seluruh tubuh Gendis bergetar. Keringat dingin terus mengucur deras membasahi tubuhnya.Perlahan Gendis yang tengah terbaring di rumah sakit mulai meraih ponselnya dan menatapnya untuk sejenak."Ya Allah, apa yang harus aku katakan pada mas Karta. Dia pasti akan sangat marah jika sampai tahu bahwa akhu sudah kehilangan anak di dalam perutku," ucap Gendis lirih.Sembari menitikkan air mata, Gendis mencoba menenangkan dirinya sendiri.Tiba-tiba Rehan masuk ke dalam ruangan tempat Gendis di rawat dan melihatnya tengah duduk di sana."Mbak Gendis, Mbak nggak kenapa-kenapa, kan?" tanya Rehan berjalan menghampiri Gendis yang masih duduk di ranjang sembari bersandar di sebuah bantal."M-mas Rehan kok ada di sini?" tanya Gendis dengan suara bergetar."Seseorang misterius itu menghubungiku lagi, Mbak. Dan dia bilang kalau mbak Gendis sedang ada di rumah sakit dan sedang membutuhkan pertolongan ku makanya aku datang ke sini," ucap Rehan yang masih terus mengamati Gendis dan memastikan keadaa ba
Read more

Bab 78

Selama di rumah sakit, Gendis tak dijaga oleh katta ataupun keluarga yang lain.Ayu hanya datang untuk membereskan masalah administrasi setelah itu ia kembali pulang.Setelah hampir seminggu di rumah sakit, Gendis pun akhirnya diperbolehkan pulang oleh dokter."Alhamdulillah keadaan ibu Gendis semakin membaik dan hari ini sudah boleh pulang, ya, Bu," ucap sang dokter sembari tersenyum pada Gendis."Apa, Dok? Saya sudah boleh pulang hari ini? Alhamdulillah ... Terimakasih banyak ya, Dok." Gendis menyapu kedua telapak tangannya ke wajah.Dengan wajah tersenyum Gendis pun mengucapkan terimakasih pada dokter yang selama ini merawatnya di rumah sakit."Oh iya apa ibu akan dijemput oleh keluarga ibu?" tanya sang dokter lagi."Oh emmm k-kalau itu saya belum tahu, Dok. Tapi sepertinya iya," ucap Gendis.Meski Gendis tahu bahwa hubungannya dengan Karta tengah tak baik-baik saja, tapi Gendis tak ingin membuat citra buruk untuk suaminya."Baiklah kalau begitu, Bu. Saya permisi dulu, ya." Sang do
Read more

Bab 79

Dengan perasaan takut dan gugup, Gendis keluar dari kamarnya dan menemui Karta yang masih berteriak memanggil namanya."M-mas, kamu manggil aku?" tanya Gendis sedikit gemetaran.Karta menatap Gendis cukup lama membuat Gendis merasa semakin bingung dan takut."Ya Allah, apa yang akan mas Karta lakukan padaku. Kenapa dia menatapku seperti itu," batin Gendis yang tak mampu melawan tatapan Karta hingga akhirnya Gendis menundukkan kepalanya."Jadi benar kamu sudah pulang?" tanya Karta."Emmm i-iya, Mas," jawab Gendis lirih.Tiba-tiba Karta menghembuskan napasnya yang sedikit berat. Saat itu juga Ayu yang keluar dari kamar pun dapat melihat keduanya tengah berdiri di ruang tamu."Bagus, Mas Karta audah pulang. Dia pasti akan sangat marah melihat gadis itu. Sebentar lagi mas Karta pasti akan mengusir gadis itu," batin Ayu penuh harap.Ayu masih terus menandangi keduanya dari kejauhan dan berharap ada momen yang membuatnya senang.Namun, melihat Karta yang hanya diam cukup lama tanpa berbuat
Read more

Bab 80

Setelah masuk ke dalam kamar, Gendis pun langsung menghubungi Indri dan tak lama keduanya pun mengobrol.Gendis menceritakan keadaannya yang sekarang telah kehilangan bayi di dalam perutnya.Dengan isak tangis dan suara yang tersendat, Gendis mencoba menceritakan semuanya pada Indri."Inalilahi, Mbak. Kenapa kok baru kasih tahu Indri. Kenapa mbak Gendis nggak kabari Indri sama bapak dari kemarin," ucap Indri."Maafkan, Mbak, Ndri. Mbak terpaksa melakukan itu karena nggak mau bikin Indri dan bapak jadi sedih dan kepikiran," jawab Gendis.Hartono yang ternyata mendengar obrolan Gendis dan Indri pun segera ikut menimbrung.Akhirnya Gendis pun menceritakn semuanya pada Hartono. Namun di tengah-tengah cerita yang diucapkan oleh Gendis, ia mendengar beberapa kali suara batuk Hartono."Bapak nggak apa-apa, kan, Pak? Kok bapak batuknya tambah parah?" tanya Gendis khawatir."B-bapak tidak apa-apa, Ndis. Bapak hanya kaget saja mengetahui keadaan kamu yang seperti ini sekarang. Bapak tidak menya
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status