Sejak saat itu Gendis diusir dari rumah Karta. Gendis pun kini tinggal di rumah orang tuanya bersama dengan Hartono dan Indri.Harta yang waktu itu sempat Karta berikan pada Gendis pun telah diambil kembali oleh Karta secara paksa. Setelah itu Karta mengusir Gendis dari rumahnya."Mbak, ada mas Rehan di luar. Katanya mau ketemu sama mbak Gendis," ucap Indri saat masuk ke dalam kamar Gendis.Saat itu Gendis tengah bermain dengan Yasmine. Gendis pun segera menoleh ke arah Indri yang ada di belakangnya."Ada apa mas Rehan ingin bertemu denganku?" tanya Gendis."Aku juga nggak tahu Mbak. Lebih baik mbak Gendis temui saia dia dulu," ucap Indri.Seolah mengerti akan apa yang harus dilakukannya, Indri pun langsung mengambil alih Yasmine yang saat itu tengah digendong oleh Gendis.Sementara Gendis keluar dari kamarnya dan menemui Rehan yang sedang duduk di sofa seorang diri."Loh mas Rehan kok sendirian? Bapak kemana?" tanya Gendis pada Rehan."Oh emmm pak Hartono baru saja masuk. Katanya dia
Belum sempat Rehan menjawab ucapan Indah, tiba-tiba Karta kembali seorang diri.Indah langsung bangkit dan menyalami Karta yang baru sampai datang ke rumah."Kamu sudah pulang, Mas? Ibu mana, kok kamu sendirian?" tanya Indah.Namun, Karta tak menjawab pertanyaan dari Karta. Tatapan matanya tertuju pada Rehan yang masih duduk di sofa."Kamu! Ngapain kamu ke sini?" tanya Karta sinis.Rehan pun bangkit dari duduknya dan mencoba mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Karta tapi dengan cepat Karta menepis tangan Rehan."Mau apa kamu ke sini hah! Kalau kamu mau cari Gendis, dia tidak ada di sini!" ucap Karta penuh penekanan.Indah dengan cepat mencoba menenangkan Karta yang saat itu tampak mulai tersulut emosinya saat melihat Rehan.Indah memegang lembut lengan tangan Karta dan mengusapnya lembut."Mas, Rehan datang ke sini bukan untuk mencari Gendis, tapi dia mencari dirimu karena ingin bicara sesuatu denganmu," ucap Indah.Karta segera menoleh ke arah Indah dengan tajam. "Bicara ap
Gendis terpaku melihat kedatangan Karta dan Indah saat itu. Ia hanya bisa diam melihat keduanya duduk di sofa dan berhadapan dengannya."Kalau juragan Karta ingin membawa Gendis pulang lagi ke rumah, maaf aku tidak bisa mengizinkannya," ucap Hartono sembari beberapa kali terbatuk."Saya mohon, pak. Tolong izinkan saya membawa pulang Gendis," pinta Karta lagi."Tidak bisa, Juragan! Apa juragan lupa akan janji yang pernah Juragan katakan dulu saat membawa Gendis pulang. Juragan bilang akan menjaga Gendis dengan baik tapi apa kenyataannya? Gendis malah kembali ke rumah ini karena diusir," ucap Hartono.Karta yang tak mendapat izin dari Hartono untuk membawamembawa Gendis pulang pun merasa sedikit kesal."Ini laki-laki tua bangka kenapa pake nahan Gendis dan nggak kasih izin aku bawa dia segala sih! Bikin sebel aja," umpat Karta dalam hati."Tapi Gendis ini adalah istriku. Dia masih sah istriku karena aku tidak menceraikannya jadi aku masih punya hak untuk membawanya pulang." Karta tetap
Akhirnya Gendis pun kembali ke rumah Karta. Tak ada yang menyambut kembalinya Gendis dengan kebahagiaan selain Indah.Indah menyambut Gendis dengan begitu hangat. Indah bahkan selalu mencoba menemani Gendis agar tak kesepian.Hari ini adalah hari kedua setelah Gendis kembali ke rumah Karta. Namun, Ayu masih tidak bisa terima dengan kehadiran Gendis kembali ke rumah itu.Ayu mendatangi Karta yang sedang berada di dalam ruangan kerjanya.Karta pun mempersilahkan Ayu masuk setelah ia mengetuk pintu hingga beberapa kali. Ayu pun masuk dan menghadap Karta yang tengah duduk di kursinya."Ada apa kamu ke sini?" tanya Karta."Aku ingin bicara sesuatu padamu, Mas " ucap Ayu."Bicaralah cepat! Aku sedang banyak pekerjaan sekarang," ucap Karta tanpa menatap ke arah Ayu yang masih berdiri di hadapannya."Kenapa kamu mengizinkan Gendis kembali ke rumah ini, Mas! Bukankah waktu itu Gendis dan orang tuanya sudah menolak niat baikmu untuk membawa Gendis, pulang," ucap Ayu tak terima."Lalu apa masala
Keesokannya, Ayu dan Alex menjalankan rencana yang telah mereka susun.Awalnya Ayu mencoba meracuni Gendis dengan memasukannya racun ke dalam susu yang seharusnya ia minum.Tapi sayangnya, saat itu Gendis tak jadi meminum susu itu karena Yasmine menangis.Ayu yang tak menyerah lalu mencoba lagi dengan memasukkan ular berbisa ke dalam rumah dan menargetkan Gendis sebagai korbannya, tapi ular itu malah menggigit Anjarwati.Kegagalan yang Ayu terima membuatnya nyaris menyerah untuk mem*unuh Gendis. Tapi Alex yang terus mendukungnya membuat Ayu kembali bersemangat.Hari ini usia kehamilan Gendis sudah memasuki delapan bulan. Hal itu membuat Ayu semakin panik karena belum berhasil menghabisi Gendis.Ayu yang saat itu menemui Alex di kediamannya pun melampiaskan kemarahannya saat itu."Sial banget sih nasibku. Menikah sama laki-laki tua tapi tidak mendapatkan harta yang harusnya aku dapatkan. Ini semua gara-gara Gendis," umpat Ayu sembari menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa.Alex yang saat it
Seluruh tubuh Gendis bergetar. Keringat dingin terus mengucur deras membasahi tubuhnya.Perlahan Gendis yang tengah terbaring di rumah sakit mulai meraih ponselnya dan menatapnya untuk sejenak."Ya Allah, apa yang harus aku katakan pada mas Karta. Dia pasti akan sangat marah jika sampai tahu bahwa akhu sudah kehilangan anak di dalam perutku," ucap Gendis lirih.Sembari menitikkan air mata, Gendis mencoba menenangkan dirinya sendiri.Tiba-tiba Rehan masuk ke dalam ruangan tempat Gendis di rawat dan melihatnya tengah duduk di sana."Mbak Gendis, Mbak nggak kenapa-kenapa, kan?" tanya Rehan berjalan menghampiri Gendis yang masih duduk di ranjang sembari bersandar di sebuah bantal."M-mas Rehan kok ada di sini?" tanya Gendis dengan suara bergetar."Seseorang misterius itu menghubungiku lagi, Mbak. Dan dia bilang kalau mbak Gendis sedang ada di rumah sakit dan sedang membutuhkan pertolongan ku makanya aku datang ke sini," ucap Rehan yang masih terus mengamati Gendis dan memastikan keadaa ba
Selama di rumah sakit, Gendis tak dijaga oleh katta ataupun keluarga yang lain.Ayu hanya datang untuk membereskan masalah administrasi setelah itu ia kembali pulang.Setelah hampir seminggu di rumah sakit, Gendis pun akhirnya diperbolehkan pulang oleh dokter."Alhamdulillah keadaan ibu Gendis semakin membaik dan hari ini sudah boleh pulang, ya, Bu," ucap sang dokter sembari tersenyum pada Gendis."Apa, Dok? Saya sudah boleh pulang hari ini? Alhamdulillah ... Terimakasih banyak ya, Dok." Gendis menyapu kedua telapak tangannya ke wajah.Dengan wajah tersenyum Gendis pun mengucapkan terimakasih pada dokter yang selama ini merawatnya di rumah sakit."Oh iya apa ibu akan dijemput oleh keluarga ibu?" tanya sang dokter lagi."Oh emmm k-kalau itu saya belum tahu, Dok. Tapi sepertinya iya," ucap Gendis.Meski Gendis tahu bahwa hubungannya dengan Karta tengah tak baik-baik saja, tapi Gendis tak ingin membuat citra buruk untuk suaminya."Baiklah kalau begitu, Bu. Saya permisi dulu, ya." Sang do
Dengan perasaan takut dan gugup, Gendis keluar dari kamarnya dan menemui Karta yang masih berteriak memanggil namanya."M-mas, kamu manggil aku?" tanya Gendis sedikit gemetaran.Karta menatap Gendis cukup lama membuat Gendis merasa semakin bingung dan takut."Ya Allah, apa yang akan mas Karta lakukan padaku. Kenapa dia menatapku seperti itu," batin Gendis yang tak mampu melawan tatapan Karta hingga akhirnya Gendis menundukkan kepalanya."Jadi benar kamu sudah pulang?" tanya Karta."Emmm i-iya, Mas," jawab Gendis lirih.Tiba-tiba Karta menghembuskan napasnya yang sedikit berat. Saat itu juga Ayu yang keluar dari kamar pun dapat melihat keduanya tengah berdiri di ruang tamu."Bagus, Mas Karta audah pulang. Dia pasti akan sangat marah melihat gadis itu. Sebentar lagi mas Karta pasti akan mengusir gadis itu," batin Ayu penuh harap.Ayu masih terus menandangi keduanya dari kejauhan dan berharap ada momen yang membuatnya senang.Namun, melihat Karta yang hanya diam cukup lama tanpa berbuat
7 tahun kemudian***Setelah 3 tahun lamanya, Karta masih terus membuktikan bahwa ia telah berubah menjadi lebih baik.Hari ini saat hari masih pagi, Karta datang ke rumah Gendis. Penampilannya terlihat sangat rapih dengan kemeja lengan panjang dan celana panjang serta rambut yang tetata rapi.Gendis mempersilahkan Karta duduk di kursi. Gendis pun duduk berhadapan dengan Karta yang saat itu ada di depannya.Gendis sedikit heran melihat Karta yang berpenampilan begitu rapih."Mas Karta mau kemana? Kok rapi sekali?" tanya Gendis penasaran."Emmm aku sengaja berpenampilan rapih begini, Ndis. Aku ingin melamar seseorang," jawab Karta.Gendis pun tercengang mendengar jawaban Karta. Gendis merasa penasaran akan wanita yang akan dilamar oleh Karta."Siapa kira-kira wanita yang akan dilamar oleh mas Karta, ya? Apa jangan-jangan aku," batin Gendis.Keduanya masih saling menatap sesekali. Tak lama Karta pun menyeruput kopi buatan Gendis yang rasanya masih sama, nikmat sesuai dengan seleranya."E
"Sekarang ini bukan lagi rumahmu, tahu! Lebih baik sekarang kalian pergi dari sini atau aku akan telepon polisi untuk menyeret kalian semua dari sini," ancam Anjarwati.Karta yang merasa telah dikhianati oleh Anjarwati pun tak terima. Ia mencoba mencekik Anjarwati hingga wajahnya tampak pucat."Dasar wanita tua jahat! Bisa-bisanya kamu melakukan ini padaku! Kamu pantas mati, wanita tua!" teriak Karta penuh amarah.Tentu saja semua orang pun menjadi panik melihat Karta yang saat itu mencekik Anjarwati.Apalagi Gendis, ia merasa takut jika sampai Karta masuk bui lagi padahal ia sendiri sudah sangat susah payah melapangkan hatinya untuk membebaskan Karta dari penjara agar kelak anaknya tak malu mempunyai ayah mantan narapidana.Dengan cepat Gendis pun bergerak menghentikan Karta agar tak mencekik Anjarwati."Sudah, Mas. Jangan lakukan itu," ucap Anjarwati sembari mencoba menarik tangan Karta yang tengah mencengkram leher Anjarwati."Tidak, Ndis. Wanita jahat ini harus mati! Dia sudah mem
Karta mencoba membujuk Gendis dan berjanji untuk berubah. Tapi, sayangnya Gendis tetap teguh pada pendiriannya untuk berpisah dari Karta."Maaf, Mas. Keputusan ku sudah bulat. Aku tetap ingin berpisah darimu. Aku tidak ingin memperbaiki apapun denganmu, tapi kamu tenang saja. Aku tidak akan membiarkanmu berada di sini. Aku ingin kita bisa membesarkan Yasmine bersama-sama meskipun bukan dengan status suami istri," jelas Gendis dengan begitu tegas.Mendengar ucapan Gendis yang begitu yakin dengan keputusannya. Karta hanya bisa menitikkan air matanya.Kini ia telah kehilangan semua istrinya bahkan istri yang sebenarnya sangat menyayanginya dan memikirkan dirinya."Aku hanya ingin kamu berubah menjadi lebih baik, Mas. Untuk kehidupan mu di masa depan," ucap Gendis lagi.Dengan berat hati, Karta menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan."Baiklah kalau memang itu sudah keputusanmu. Aku tahu bahwa kesalahanku kemarin sudah sangat keterlaluan. Sekarang aku akan mengikuti ucapan
Setelah beberapa hari di rumah sakit akhirnya Gendis pun sudah diperbolehkan pulang oleh dokter.Indah, Indri dan Rehan menjemput Gendis yang masih tampak sedikit lemas dengan mata sembab.Sudah beberapa hari Gendis hanya menangisi bayinya yang telah meninggal dunia. Gendis hanya fokus meminum obatnya sehingga badannya terlihat sedikit lebih kurus karena tak banyak makan."Mbak Gendis hati-hati, ya. Sini biar ku bantu," ucap Indri berinisiatif memapah Gendis sementara Indah membawakan tas berisi pakaian milik Gendis."Sudah ya, Mbak. Mbak Gendis jangan nangis terus, aku takut mbak Gendis kenapa-napa kalau terus menerus terpuruk begini," ucap Indri saat berjaoan menuju ke parkiran.Tatapan mata Gendis yang tampak kosong pun membuat Indri semakin khawatir."Bagaimana Mbak nggak sedih, Ndri. Mbak sudah kehilangan bayi yang masih ada di dalam perut Mbak. Mbak merasa bersalah karena tidak bisa menjaga dia dengan baik," ucap Gendis."Tidak, Mbak. Mbak Gendis tidak salah. Ini semua kesalahan
Malam sudah lumayan larut dan Anjarwati baru pulang. Ia sedikit heran melihat rumah yang tampak sedikit berantakan terutama di bagian kamar Gendis.Sementara ia tak menemukan seorangpun di rumah itu. Anjarwati mencoba untuk mencari Karta dan Gendis tapi ia tak menemukannya.Anjarwati masih belum menyerah. Ia mencoba memeriksa ke setiap ruangan sembari memanggil-manggil nama mereka tapi tetap tak ada jawabnya.Namun, bukannya khawatir ataupun panik karena ia tak menemukan Karta dan Gendis. Anjarwati justru duduk di sofa dengan senyum ceria penuh tawa.Perlahan Anjarwati melempar map di tangannya ke atas meja setelah ia duduk di sofa ruang tamu."Wah jadi gini ya rasanya kalau tinggal sendiri. Rasanya begitu tenang dan juga bebas," ucap Anjarwati dengan senyum bahagia."Sekarang rumah ini sudah jadi milikku seutuhnya dan juga semua usaha empang yang Karta miliki. Dia sudah tidak punya apapun sekarang," lanjut Anjarwati.Tak lama Anjarwati bangkit dari duduknya dan beranjak ke dapur. Di
Rehan datang dengan 2 orang polisi. Mereka langsung masuk ke dalam rumah Karta dan melihat sendiri penyiksaan yang tengah Karta lakukan pada Gendis."Angkat tangan anda!" ucap seorang polisi yang langsung menyergap Karta yang saat itu akan menyiksa Gendis lagi.Karta pun hanya bisa memberontak saat kedua tangannya di pegang erat oleh dua orang polisi.Sementara Gendis yang sudah tak berdaya, hanya bisa menangis melihat Karta ditangkap oleh polisi."Lepaskan aku, lepaskan!" Teriak Karta tak karuan."Bawa saja dia ke kantor polisi, Pak," ucap Rehan dengan tegas.Akhirnya kedua polisi itu pun membawa paksa Karta ke kantor polisi, meninggalkan Rehan yang hanya tinggal dengan Gendis."Awas kamu, ya! Berani-beraninya kamu bawa-bawa polisi! Lihat saja nanti kamu! Aku akan balas kamu!" teriak Karta dengan keras pada Rehan sebelum akhirnya ia dibawa oleh dua orang polisi yang menyeret paksa dirinya.Rehan pun segera menghampiri Gendis tanpa memedulikan ancaman Karta saat itu."Mbak, Mbak Gendi
Setelah kepergian Ayu dari rumah Karta. Gendis pun masuk ke dalam kamarnya dengan sangat hati-hati. Gendis masih merasakan nyeri pada perutnya. Gendis pun kemudian duduk di pinggiran ranjangnya. Sesekali tangannya mengelus perutnya yang terkadang terasa nyeri. Tiba-tiba Gendis teringat akan ucapan Ayu. Dengan cepat Gendis pun mengambil ponselnya. Dengan cepat Gendis menekan beberapa tombol di ponselnya. Tak lama terdengar suara seorang pria dari dalam teleponnya. "Halo, Mbak Gendis? Ada apa Mbak? Mbak Gendis baik-baik saja, kan?" tanya Rehan. "Aku baik-baik saja, Mas. Aku hanya ingin tanya sesuatu pada mas Rehan," ucap Gendis menghentikan kalimatnya. "Tanya apa Mbak? Silahkan saja," jawab Rehan. "Apa mas Rehan yang sudah memberi tahu semuanya pada mas Karta tentang perselingkuhan Mbak Ayu?" tanya Gendis. Untuk sesaat Rehan hanya terdiam hingga membuat suasan sunyi meski telepon masih tersambung. "Oh itu, emmm iya Mbak," jawab Rehan yang kembali terdiam. "Kenapa mas Rehan meng
Setelah diizinkan pulang oleh dokter, Gendis pun akhirnya pulang ke rumah sembari diantar oleh Indah.Indah memapah Gendis masuk ke dalam rumah. Namun, sebuah pemandangan yang sangat menegangkan disaksikan oleh Gendis dan Indah saat itu.Keduanya menghentikan langkah kakinya saat melihat Ayu yang tengah menangis terisak sembatu bersujud di kaki Karta.Sementara pakaian dan tas pun tampak berhamburan di lantai. Sesekali Gendis dan Indah saling melempar tatap merasa penasaran tentang apa yang sebenarnya terjadi."Pergi kamu dari sini! Dasar tukang selingkuh!" umpat Karta dengan nada cukup keras.Gendis pun tercengang mendengar apa yang dikatakan oleh Karta. Gendis tak tahu darimana Karta bisa tahu tentang perselingkuhan Ayu. Sementara ia tidak mengatakan apapun pada Karta."Mas, aku mohon maafkan aku, Mas. Aku mengaku salah tapi aku mohon jangan usir aku dari sini," rintih Ayu memohon-mohon pada Karta."Jangan kamu maafkan dia, Karta! Kalau kamu maafkan wanita seperti ini maka dia pasti
Dengan langkah kaki terburu-buru Rehan menyusuri lorong demi lorong rumah sakit hingga akhirnya sampailah ia di sebuah ruangan.Terlihat seorang wanita tengah terbaring di atas ranjang dan seorang lagi berdiri di sebelahnya."Mbak, apa yang terjadi? Kenapa mbak Gendis bisa sampai seperti ini?" tanya Rehan dengan raut wajah khawatir."Aku juga nggak tau. Tadi pas aku sampai di sana, dia sudah tergeletak tak sadarkan diri," jawab Indah."Lalu mbak Indah tahu darimana mbak Gendis begini?" tanya Rehan lagi."Tadi Raya yang menelepon ku dan meminta aku ke sana," jawab Indah."Raya ...." Rehan yang tak mengenal nama yang disebutkan oleh Indah pun mencoba menebaknya."Raya adalah anaknya Ayu. Jadi tadi tidak ada satupun orang di rumah makanya Raya menelepon ku untuk meminta pertolongan," ucap Indah lagi."Emmm kalau boleh tahu, dimana mbak Indah menemukan mbak Gendis yang tergeletak?" tanya Rehan lagi."Aku menemukannya di kamarnya," jawab Indah.Tanpa berlama-lama Rehan pun langsung mengamb