All Chapters of Terpaksa Jadi Istri Ketiga Juragan Empang: Chapter 91 - Chapter 100

108 Chapters

Bab 91

Akhirnya Gendis mendapatkan pekerjaan baru berkat Rehan yang saat itu tak sengaja ditemuinya.Gendis pun berniat untuk pulang setelah bertemu dengan pemilik kantin di dekat klinik Bibi Rehan.Rehan pun segera menawarkan diri untuk mengantar Gendis pulang namun dengan cepat Gendis menolak tawaran Rehan saat itu.Bukan tanpa alasan Gendis menolak tawaran Rehan. Saat itu Gendis ingin pergi menemui Indah karena itulah Gendis pun menolak tawaran dari Rehan.Namun, siapa sangka ternyata Rehan mengikuti kepergian Gendis saat itu.Akhirnya Rehan tahu bahwa Gendis tak langsung pulang melainkan bertemu dengan Indah.Setelah menunggu hampir 2 jam di dalam mobilnya, akhirnya Rehan melihat Gendis mulai berjalan pergi dari rumah tempat Indah berada saat itu.Dengan cepat Rehan pun segera menjalankan mobilnya untuk mengikuti Gendis.Dari kejauhan Rehan melihat Gendis yang tampak kelelahan. Ia berhenti di pinggir jalan tepat di bawah sebuah pohon sembari mengipas-ngipasi wajahnya dengan telapak tanga
Read more

Bab 92

Akhirnya Gendis pun sampai di rumah dan langsung masuk untuk mencari Yasmine.Benar saja dugaan Gendis sejak tadi. Begitu ia masuk ke dalam rumah, terdengar suara tangisan Yasmine yang cukup keras."Yasmine," teriak Gendis berlari menuju ke kamar Ayu.Rupanya Yasmine diletakkan di box bekas Raya yang ada di kamar Ayu.Di sana terdapat Raya yang tengah kebingungan menenangkan Yasmine.Dengan cepat Gendis langsung menggendong Yasmine yang sedang menangis cukup kencang."Untuk ibu Gendis segera datang. Yasmine daritadi menangis, aku sudah coba menenangkan tapi tidak bisa," ucap Raya dengan wajah polos.Gendis yang mendengar ucaoan Raya pun tak menyalahkannya sama sekali."Iya Sayang, tidak apa-apa." Gendis mengusap lebih wajah Raya yang masih terlihat panik."Oh iya, apa Mama sudah lama perginya?" tanya Gendis memancing Raya untuk menjawab keingintahuannya saat itu.Sementara Rehan yang menepati ucapannya untuk mengantarkan Gendis sampai di sebrang jalan, pun menepatinya. Kini ia telah p
Read more

Bab 93

Gendis pun menuruti permintaan Ayu untuk tak memberitahu perselingkuhannya pada Karta. Ayu pun merasa senang meskipun ia belum merasa tenang. Hingga tanpa terasa satu bulan telah berlalu. Gendis yang sudah bekerja pun akhirnya mendapat gaji pertamanya. Dengan perasaan yang sangat senang, Gendis menerima gaji pertamanya dari bekerja sebagai penjaga kantin. "Kerja kamu selama ini bagus, Ndis. Pertahankan, ya. Aku harap kamu bisa kerja di sini dalam waktu yang lama," ucap pemilik kantin. Gendis pun tersenyum senang sembari menggenggam amplop berisi uang di tangannya. "Iya, Bu. Saya juga berterimakasih banyak karena ibu sudah percaya pada saya," ucap Gendis. "Ya sudah kalau begitu, kamu boleh pulang, Ndis. Ini kan sudah habis jam kerja," ucap sang pemilik kantin. "Baik, Bu." Gendis pun memasukkan uangnya ke dalam tas dan kemudian ia beranjak pergi meninggalkan kantin. Gendis masih teringat akan niatnya saat menerima gaji dari hasil kerja kerasnya. "Oh iya, aku kan udah janji ma
Read more

Bab 94

Setelah sekian lama tidak bertemu dengan Indri, akhirnya Gendis bisa bertatap muka lagi dan mengobrol dengannya."Ndri, Mbak seneng banget bisa ketemu sama kamu dan mengobrol lagi sama kamu seperti ini," ucap Gendis tersenyum pada Indri."Indri juga seneng banget, Mbak. Mbak bagaimana di sana, apa mbak Gendis bahagia?" tanya Indri.Gendis pun terdiam untuk sejenak. Gendis menundukkan kepalanya. Gendis ingin menutupi keadaannya dari Gendis tapi rasanya sulit untuknya."Sebenarnya mbak Gendis tidak merasa bahagia, Ndri. Mbak Gendis merasa tekanan batin tinggal bersama mas Karta apalagi selama ini Mbak hanya dijadikan mesin pencetak anak saja," ucap Gendis dengan kepala tertunduk.Gendis berusaha menyembunyikan tatapan matanya dari Indri yang ada di depannya.Tiba-tiba saja Indri memegang lembut tangan Gendis. "Kalau mbak Gendis tidak bahagia, kenapa Mbak Gendis tidak cerai saja dari juragan Karta dan menikah dengan mas Rehan. Bukannya mas Rehan menyukai mbak Gendis," tutur Indri.Gendis
Read more

Bab 95

Semalaman Gendis menahan rasa sakit pada perutnya. Gendis hanya bisa merintih saat sakit pada perutnya semakin menjadi."Akh, sakit," pekik Gendis yang hanya bisa membolak-balikkan tubuhnya di atas kasur untuk mengubah posisi tidurnya.Gendis berharap rasa sakit pada perutnya bisa berkurang agar ia bisa beristirahat malam itu."Ya Allah, tolong lindungilah bayi di dalam perutku ini," batin Gendis sembari menitikkan air matanya.Gendis tak habis pikir pada Karta yang tega mengiksa dirinya dan juga bayi di dalam perutnya. Perasaan Gendis semakin benci pada Karta meski ia adalah ayah dari anak-anaknya.Keesokan paginya, Gendis terlambat bangun karena ia baru bisa tidur saat subuh. Sakit pada perutnya sudah sedikit mereda hingga akhirnya ia bisa tidur meski hanya sebentar.Karta, Anjarwati, Ayu dan juga Raya sudah duduk di meja makan sembari menunggu Gendis selesai menyiapkan sarapan pagi itu."Kamu gimana sih, Ndis. Jam segini kok belum selesai nyiapin sarapan," tukas Anjarwati dengan n
Read more

Bab 96

Setelah merasa dirinya lebih tenang, akhirnya Gendis pun berangjat kerja. Kali ini Yasmine tak menitipkan Yasmine pada Ayu.Namun, Ayu malah kegirangan karena tak dititipi Yasmine meski itu tanpa sepengetahuan Karta.Saat itu Karta yang sudah berangkat kerja tak tahu bahwa Gendis membawa Yasmine ke tempat kerjanya.Gendis berangkat ke tempat kerjanya menggunakan mobil angkutan umum untuk menghemat uang miliknya.Sesampainya di tempat kerja, Gendis pun mulai melakukan pekerjaannya. Gendis menggendong Yasmine di punggungnya."Mbak Gendis, kok tumben bawa Yasmine?" tanya Rehan yang biasanya memang selalu datang ke tempat kerja Gendis."Iya, Mas," jawab Gendis singkat.Namun, Rehan yang melihat ekspresi wajah Gendis tak begitu bersemangat membuatnya bisa menebak bawa Gendis sedang tak baik-baik saja. Apalagi Gendis membawa Yasmine bekerja. Tak biasanya Yasmine dibawa oleh Gendis ke tempat kerja membuat Rehan menebak-nebak dalam hati apa yang sebenarnya terjadi meskipun ia tak mengatakann
Read more

Bab 97

Rehan menatap dalam Gendis yang ada di depannya. Rona wajah Gendis yanh sendu membuat Rehan tampak mengkhawatirkannya."Apa yang bisa aku lakukan untukmu, Mbak. Aku akan lakukan selagi aku bisa," ucap Rehan."Tolong bantu aku untuk berpisah dari mas Karta," ucap Gendis.Seketika Rehan merasa sangat terkejut. Ia tak menyangka jika Gendis akan mengatakan hal itu padanya.Selama ini Gendis terlihat sangat melindungi Karta meskipun ia selalu disakiti tapi Gendis tak pernah membalas apalagi sampai menceritakan keburukan suaminya itu pada orang lain."A-apa, Mbak! Apa mbak Gendis serius dengan apa yang mbak Gendis katakan barusan?" tanya Rehan memastikan.Rehan ingin memastikan bahwa apa yang dikatakan Gendis itu tidak main-main."Aku serius, Mas. Aku ingin berpisah dari mas Karta." Gendis menghentikan kalimatnya.Air matanya semakin deras jatuh membasahi pipinya. Menurut Gendis itu adalah keputusan yang sangat berat untuknya tapi Gendis tak punya pilihan lain.Gendis sadar jika selama ini
Read more

Bab 98

Akhirnya Ayu pun mengatakan semuanya pada Gendis. Tak lupa, Ayu menceritakan semua rencana Karta pada Gendis untuk menyakitinya.Mendengar hal itu Gendis semakin benci pada Karta. Ia tak menyangka jika katta hanya ingin menyakitinya dalam ikatan pernikahan.Tak ada niatnya sedikit saja untuk membuatnya bahagia. Hal itu semakin membuat Gendis yakin akan keputusannya untuk berpisah dengan Karta."Kenapa kamu malah diam? Bukannya kamu sendiri yang ingin mengetahui semuanya," ucap Ayu.Gendis tak tahan lagi untuk menahan air matanya yang ingin jatuh. Rasanya begitu sakit mengetahui kenyataan yang sebenarnya mengenai Karta.Tanpa menjawab ucapan Ayu, Gendis pun berjalan menuju ke kamarnya dan meninggalkan Ayu."Eh Ndis, kamu mau kemana? Ini kan belum selesai!" Ayu berteriak pada Gendis tapi Gendis sama sekali tak menghiraukannya.Gendis terus berjalan menuju ke kamarnya. Tak lupa Gendis pun mengunci pintu kamarnya dan mulai menumpahkan semua kesedihannya seorang diri.Gendis tak sadar jika
Read more

Bab 99

Dengan amarah yang sudah membuncah, Karta menyeret Gendis menuju ke kamarnya.Gendis yang belum siap dengan perlakuan Karta saat itu akhirnya hanya bisa pasrah saat Karta menarik rambutnya dengan begitu kuat."Ini hukumannya kalau berani mengatai ibu yang tidak-tidak," ucap Karta kesa.Karta memukuli Gendis tanpa ampun mencoba melampiaskan kemarahannya dan memberi pelaj pada Gendis.Beberapa kali Gendis meminta ampun karena katta bersikap begitu kasar padanya. Bahkan Karta memukul keras tubuh Gendis hingga mengenai perutnya.Sontak saja Gendis langsung berteriak kesakitan. Namun, Karta sama sekali tak peduli."M-mas, tolong, Mas. Perutku sakit," pekik Gendis sembari melambaikan tangannya pada Karta."Halah, nggak usah pura-pura kamu!" Karta sama sekali tak peduli dengan rintihan Gendis saat itu dan tak menolongnya sama sekali."Aku mohon tolong aku, Mas. Perutku sakit sekali. Tolong bawa aku ke rumah sakit, aku nggak mau bayi ku kenapa-napa," ucap Gendis lagi.Namun, Karta malah terse
Read more

Bab 100

Dengan langkah kaki terburu-buru Rehan menyusuri lorong demi lorong rumah sakit hingga akhirnya sampailah ia di sebuah ruangan.Terlihat seorang wanita tengah terbaring di atas ranjang dan seorang lagi berdiri di sebelahnya."Mbak, apa yang terjadi? Kenapa mbak Gendis bisa sampai seperti ini?" tanya Rehan dengan raut wajah khawatir."Aku juga nggak tau. Tadi pas aku sampai di sana, dia sudah tergeletak tak sadarkan diri," jawab Indah."Lalu mbak Indah tahu darimana mbak Gendis begini?" tanya Rehan lagi."Tadi Raya yang menelepon ku dan meminta aku ke sana," jawab Indah."Raya ...." Rehan yang tak mengenal nama yang disebutkan oleh Indah pun mencoba menebaknya."Raya adalah anaknya Ayu. Jadi tadi tidak ada satupun orang di rumah makanya Raya menelepon ku untuk meminta pertolongan," ucap Indah lagi."Emmm kalau boleh tahu, dimana mbak Indah menemukan mbak Gendis yang tergeletak?" tanya Rehan lagi."Aku menemukannya di kamarnya," jawab Indah.Tanpa berlama-lama Rehan pun langsung mengamb
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status