Semua Bab My Assistant, My Husband: Bab 81 - Bab 90

108 Bab

Mimpi Buruk

“Itu tidak benar.” Fiona berlutut sambil menangis. “Kakak tahu kalau aku itu sangat sayang pada Damar aku tidak mungkin melakukan hal tidak senonoh padanya.” Fiana mengembuskan napas cukup keras. Dia sama sekali tidak tahu pihak mana yang harus dia bela, karena keduanya adalah orang yang berharga untuk dirinya. Apalagi, kasus kali ini bisa dibilang cukup berat. “Kakak.” Fiona mendekati perempuan yang hanya beberapa tahun lebih tua darinya itu. Dia menangis dan kembali berbicara dengan suara bergetar, juga nada manja yang tidak hilang. “Aku mungkin nakal, anak manja dan lain sebagainya. Tapi aku tidak mungkin melakukan hal yang seperti itu. Mungkin ... mungkin justru aku yang korbannya kan? Damar yang pelakunya.” “ITU BOHONG,” teriak Damar yang rupanya mendengar dari balik pintu yang sedikit terbuka. “Damar.” Fiana segera berdiri dan memeluk putranya. “Kenapa kau ada di sini? Kenapa belum tidur.” “Aku tadi terbangun karena mau pipis dan mendengar suara teriakan.” Suara Dam
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-17
Baca selengkapnya

Masih Menolak

“Entah kenapa aku merasa kalian berdua terlihat lebih segar dari kemarin,” gumam Vita dengan mata menyipit. “Sungguh?” tanya Audrey sok polos. “Baguslah kalau begitu, kami jadi bisa bekerja dengan lebih baik.” Damar hanya bisa tersenyum lebar pada ibu mertuanya. Tidak mungkin juga kalau dia mengatakan kemarin mereka bercinta di kamar rumah sakit ini kan? Menyenangkan, tapi tidak untuk dibagikan. Membayangkannya saja napas Damar langsung berubah berat. Sungguh, yang semalam adalah yang terbaik baginya. “Jangan membayangkan yang tidak-tidak,” gumam Audrey dengan sangat pelan, agar hanya Damar yang bisa mendengar. “Nanti yang di bawah sana bisa meledak.” “Aku tidak membayangkan apa pun, jadi tolong jangan memancing,” desis Damar agak kesal, tapi jelas merupakan sebuah kebohongan. “Masa?” Audrey memundurkan tubuh, untuk menatap wajah sang suami kontrak. “Lantas kenapa wajahmu merah begitu? Apa ini efek tidak pakai pengaman?” “Audrey.” Damar menegur dalam desisan. “Tolong be
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-18
Baca selengkapnya

Menghadapi Masa Lalu

“Apa kau sudah akan pergi?” Fiana bertanya, ketika dia melihat Audrey turun dari lantai atas. “Tidak.” Audrey menggeleng dengan cepat. “Aku sedang mencari minum.” Fiana mengembuskan napas dengan pelan. Dia antara merasa kecewa dan juga lega saat bersamaan. Kecewa karena Audrey belum mau pergi juga, lega karena Damar tampaknya cukup tenang kali ini. “Bagaimana kau bisa menenangkan Damar?” Fiana menanyakan hal itu, sembari mengulurkan sebotol air mineral. “Biasanya dia tidak bisa tenang selama beberapa hari, setelah kena serangan.” “Benarkah?” Audrey tentu saja agak terkejut. “Tapi dia tidak pernah mengamuk. Ini bahkan sudah yang kedua kalinya.” Kini giliran Fiana yang terkejut. Ini adalah hal yang tidak mungkin terjadi, setidaknya sejauh pengetahuannya merawat sang putra. Damar biasanya tidak akan tenang hanya dalam sehari. “Bagaimana kau melakukannya?” tanya Fiana dengan kening berkerut. “Biasanya dia akan mengurung diri dan gemetaran selama beberapa hari.” “Ah, itu per
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-19
Baca selengkapnya

Keputusan

“Bagaimana kau bisa bergantung pada perempuan itu?” Fiana bertanya pada putranya, tepat sebelum Damar sampai di ruang makan. Hari sudah berganti. Audrey pun sudah pulang ke rumahnya, sementara Damar memilih menginap di rumah sendiri. Tentu saja, itu untuk mencegah sang ibu yang sepertinya akan ngambek. “Aku tidak mengerti perempuan mana yang Madre maksud.” Damar tidak berniat menjawab, setidaknya sampai sang ibu bisa menyebut nama Audrey dengan benar. “Kau tahu siapa yang aku maksud, Damar.” “Terlalu banyak perempuan dalam hidupku. Sebagian besar dijodohkan oleh Madre dan tentu saja sudah kutolak. Jadi yang mana?” Fiana mengembuskan napas pelan. Dia tahu permainan sang putra, tapi rasanya enggan sekali untuk mengalah. Ingin sekali Fiana memaki Damar yang sementara mengambil sarapan pagi, tapi dia juga tidak tega. Lelaki itu baru sembuh. “Maksudku Audrey,” geram Fiana dengan terpaksa. “Ah, istriku.” Damar mengangguk dengan senyum tipis. “Ada apa dengan dia?” “Bagaimana
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-20
Baca selengkapnya

Penyerangan

“Kau lagi?” tanya Damar dengan ekspresi lelah. “Aku hari ini sudah punya janji dengan Audrey dan Jennie,” jawab Mathilda dengan santainya. “Aku juga tahu itu, tapi ....” Damar menjeda untuk menarik napas, tapi pada akhirnya dia tidak melanjutkan kalimatnya. “Sudahlah lupakan saja, aku sedang tidak ingin berdebat.” “Tidak apa-apa, katakan saja,” ucap Mathilda sedikit memaksa. “Apa pun yang kau katakan, akan aku dengar dan akan berusaha menerimanya dengan baik. Ingat ya, berusaha. Bukan langsung menerima.” Damar menaikkan satu alis mendengar nada memaksa itu. Nada suara seperti itu, sesungguhnya membuat Damar merinding. Untung saja kali ini dia bisa menahan diri dengan baik, karena ada orang lain di ruangan. Keberadaan orang lain, membuat Damar merasa sedikit lebih tenang. Hanya sedikit saja, karena sekarang tangannya masih basah oleh keringat. “Ayo bicara saja, aku akan mendengar,” desak Mathilda sekali lagi. “Maaf, Nona ....” Tere ingin mencoba untuk menengahi, tapi Dam
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-21
Baca selengkapnya

Ketahuan

“Akhirnya kau datang juga.” Audrey mengatakan itu, tanpa menatap orang yang baru masuk ke dalam ruangannya. Dia sedang bekerja. “Kupikir kau mau membatalkan janji.” Kening Audrey berkerut ketika tidak langsung mendengar jawaban. Padahal, harusnya Mathilda sudah mengomel sekarang. Setidaknya itu yang dipikirkan oleh yang empunya ruangan. “Apa lehermu sakit atau apa? Kenapa kau ....” Audrey baru saja mendongak, ketika merasakan sesuatu menarik rambutnya dengan cukup keras. “Kenapa kau harus merebut Damar dariku,” desis Mathilda yang menjadi pelaku utama. Audrey berdecih pelan ketika melihat wajah memerah Mathilda yang sangat dekat dengan wajahnya sendiri. Perempuan itu tampak sudah akan menangis, antara merasa marah dan sakit hati. “Pertanyaan itu adalah milikku, Bocah.” Audrey balas mendesis. Yang empunya ruangan bukan mendesis karena merasa sakit, tapi merasa kesal dengan pertanyaan Mathilda. Padahal yang menjadi orang ketiga di sini adalah Mathilda, bukan Audrey. “Apa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-22
Baca selengkapnya

Pertemuan Mertua

“Kenapa dia sering sekali masuk rumah sakit?” Vita mengembuskan napas pelan, ketika melihat kondisi menantunya. “Aku hanya sedikit kelelahan, Mom,” jawab Damar dengan pelan. “Aku sama sekali tidak pingsan, tapi semua orang memaksaku pergi ke rumah sakit.” “Mom?” Jennie yang juga ada di ruangan rumah sakit langsung bertanya. “Siapa yang kau panggil Mom, Damar?” Semua orang menoleh ke arah datangnya suara. Tidak ada yang menyangka, kalau Jennie ternyata belum pulang sejak tadi. Kini, perempuan itu datang lagi dengan secangkir kopi di tangan. Jennie tentu saja mengenali siapa Vita. Perempuan yang dimaksud adalah ibu tiri dari Audrey dan jelas tidak punya hubungan dengan Damar. “Kau ... salah dengar mungkin,” jawab Vita mencoba untuk menutupi. “Saya tidak salah dengar, Bu Vita. Sejak tadi di kantor, saya sudah mendengarkan hal tidak masuk akal dan ikut sampai ke sini untuk meminta penjelasan. Vita mengembuskan napas dengan pelan. Dia sudah tahu pernikahan ini disembunyikan,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-23
Baca selengkapnya

Menuju Kehancuran

“Jadi, kau ibunya Audrey?” tanya Fiana dengan tangan terlipat di depan dada. “Kau menipuku?” Mereka semua, pada akhirnya berkunjung ke cafe terdekat dari rumah sakit. Tapi kali ini, Mathilda tidak ikut. Fiana sendiri yang memintanya untuk pulang. “Aku tidak menipu,” jawab Vita dengan tegas. “Aku hanya tidak tahu kalau kau adalah ibunya Damar. Panggilan Mbak Fiana itu, Madre kan? Kupikir Madre itu adalah sebuah nama, tapi tahu-tahunya sebutan untuk ibu.” Fiana mengangkat sebelah alisnya. Dia sedang mencoba melihat apakah perempuan yang hanya sedikit lebih muda darinya itu sedang berbohong atau tidak. Sayangnya, Fiana tidak bisa menemukan apa pun. “Saat kita bertemu, aku bahkan tidak tahu siapa Mbak Fiana,” lanjut Vita dengan tenangnya. “Aku pikir kita bisa berteman baik, jadi aku mencoba untuk akrab. Aku bahkan tidak tahu kalau Damar masih punya keluarga, sampai beberapa hari lalu." Untuk yang kalimat yang terakhir, Vita sama sekali tidak berbohong. Memang pada awalnya dia t
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-24
Baca selengkapnya

Tidak Terima

“Jadi, apa yang sebenarnya terjadi di sini?” Pertanyaan itu adalah hal pertama yang keluar dari mulut Jennie keesokan harinya. Lebih tepatnya lagi, saat dia sudah duduk di sofa yang ada di ruangan Audrey. Tentu saja sang pemilik ruangan, Damar dan Mathilda juga ada. “Kami sudah menikah,” jawab Audrey tanpa harus berpikir panjang. “Jadi sebenarnya dari awal Damar masuk, kalian sudah bersama? Atau, setelah itu?” Jennie kembali bertanya. “Dari sebelumnya.” Kini giliran Damar yang berbicara, menyamakan dengan apa yang pernah dia katakan pada ibu dan mertuanya. “Kami memang berkenalan belum terlalu lama dan tidak terlalu akur juga, tapi kami memutuskan menikah.” “Lalu setelah dijalani, ternyata aku membutuhkan Audrey lebih dari yang aku bayangkan.” Damar kembali menatap istrinya dengan senyum lebar. Tentu saja Audrey kembali tersenyum pada lelaki yang duduk di sampingnya. Dia harus melakukan itu, untuk menunjang skenario yang sudah mereka susun bersama. Tapi entah kenapa, Audr
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-25
Baca selengkapnya

Penguntit

“Damar.” Audrey memanggil dengan hati-hati. “Ya.” Lelaki yang dipanggil, menoleh untuk sesaat dan mengalihkan perhatian dari jalanan yang ada di depannya. Sekarang ini, dua orang itu sedang perjalanan pulang dari kantor ke rumah. Keadaan jalanan yang hari ini sangat macet, membuat mereka berdua menghabiskan lebih banyak waktu di jalanan. “Aku penasaran, bagaimana kau menanggapi pernikahan kita sekarang ini?” tanya Audrey pada akhirnya memantapkan hati untuk bertanya. Damar tidak langsung menjawab. Dia tampak berpikir, tapi itu hanya berlangsung sebentar saja. Mungkin hanya semenit saja. “Sebenarnya, aku menginginkan pernikahan ini dilanjutkan saja.” Damar menoleh, untuk melihat reaksi perempuan yang ada di sebelahnya. “Maksudku, tidak perlu pakai kontrak lagi. Tapi kalau mau ada perjanjian pernikahan, aku tidak keberatan.” “Kenapa kau ingin seperti itu?” tanya Audrey jadi makin penasaran saja. “Kenapa tiba-tiba berubah pikiran. Sebelumnya kan kau tidak menginginkan ikatan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-26
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status