Share

Tidak Terima

Author: 5Lluna
last update Last Updated: 2024-04-25 18:40:46

“Jadi, apa yang sebenarnya terjadi di sini?”

Pertanyaan itu adalah hal pertama yang keluar dari mulut Jennie keesokan harinya. Lebih tepatnya lagi, saat dia sudah duduk di sofa yang ada di ruangan Audrey. Tentu saja sang pemilik ruangan, Damar dan Mathilda juga ada.

“Kami sudah menikah,” jawab Audrey tanpa harus berpikir panjang.

“Jadi sebenarnya dari awal Damar masuk, kalian sudah bersama? Atau, setelah itu?” Jennie kembali bertanya.

“Dari sebelumnya.” Kini giliran Damar yang berbicara, menyamakan dengan apa yang pernah dia katakan pada ibu dan mertuanya. “Kami memang berkenalan belum terlalu lama dan tidak terlalu akur juga, tapi kami memutuskan menikah.”

“Lalu setelah dijalani, ternyata aku membutuhkan Audrey lebih dari yang aku bayangkan.” Damar kembali menatap istrinya dengan senyum lebar.

Tentu saja Audrey kembali tersenyum pada lelaki yang duduk di sampingnya. Dia harus melakukan itu, untuk menunjang skenario yang sudah mereka susun bersama. Tapi entah kenapa, Audr
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • My Assistant, My Husband   Penguntit

    “Damar.” Audrey memanggil dengan hati-hati. “Ya.” Lelaki yang dipanggil, menoleh untuk sesaat dan mengalihkan perhatian dari jalanan yang ada di depannya. Sekarang ini, dua orang itu sedang perjalanan pulang dari kantor ke rumah. Keadaan jalanan yang hari ini sangat macet, membuat mereka berdua menghabiskan lebih banyak waktu di jalanan. “Aku penasaran, bagaimana kau menanggapi pernikahan kita sekarang ini?” tanya Audrey pada akhirnya memantapkan hati untuk bertanya. Damar tidak langsung menjawab. Dia tampak berpikir, tapi itu hanya berlangsung sebentar saja. Mungkin hanya semenit saja. “Sebenarnya, aku menginginkan pernikahan ini dilanjutkan saja.” Damar menoleh, untuk melihat reaksi perempuan yang ada di sebelahnya. “Maksudku, tidak perlu pakai kontrak lagi. Tapi kalau mau ada perjanjian pernikahan, aku tidak keberatan.” “Kenapa kau ingin seperti itu?” tanya Audrey jadi makin penasaran saja. “Kenapa tiba-tiba berubah pikiran. Sebelumnya kan kau tidak menginginkan ikatan

    Last Updated : 2024-04-26
  • My Assistant, My Husband   Menangis

    “AUDREY.” Perempuan yang dipanggil itu mendongak. Dia bisa melihat ibu dan mertuanya berlarian di lorong rumah sakit. Hal yang membuatnya sedikit saja merasa lebih lega. Setidaknya, ada yang bisa menemaninya dan ada tempat Audrey untuk curhat. “Apa yang terjadi?” Fiana adalah orang pertama yang bertanya. “Kenapa Damar ada di rumah sakit lagi?” “Ada begal,” jawab Audrey tanpa perlu berpikir panjang. “Padahal jalanan cukup ramai, tapi mereka tetap berusaha memecahkan kaca mobil dan melukai Damar dengan pisau.” “Apa mereka gila?” tanya Vita dengan nada suara yang meninggi. “Dasar orang-orang tidak ada kerjaan. Memangnya mereka pikir tidak akan tertangkap.” “Mereka tertangkap, Mom. Itu pun karena Damar punya refleks yang cukup bagus,” balas Audrey terlihat cukup cemas. “Dia dengan cepat membuka pintu mobil dengan keras, untuk menjatuhkan orang-orang itu. Kebetulan mereka sangat mepet ke mobil.” “Lalu apakah Damar terluka? Di mana dia?” Audrey tersenyum kecut mendengar perta

    Last Updated : 2024-04-27
  • My Assistant, My Husband   Benci

    “Ada apa dengan matamu itu?” Vita langsung bertanya, ketika melihat tampang putri sambungnya esok hari. “Kenapa dengan mataku?” tanya Audrey kebingungan. “Dia tampak merah.” Fiana yang menjawab. “Seperti orang habis menangis.” “Siapa yang menangis?” hardik Audrey tampak sedikit panik. “Aku hanya tidak bisa tidur semalaman, tapi itu tidak berarti aku cemas.” Fiana mendengus pelan mendengar apa yang barusan menantunya katakan. Baginya, melihat Audrey yang menyangkal terlihat sangat lucu. Tapi sudahlah, Fiana sedan tidak ingin bertengkar dan memilih untuk mengangguk saja. “Bagaimana Damar?” tanya Audrey, mengintip ke arah ranjang pasien. “Seperti yang kau lihat.” Masih Fiana yang berbicara. “Dia sudah dipindahkan ke kamar rawat inap biasa dan itu berarti Damar sudah lebih baik dari kemarin.” Audrey mengangguk pelan. Dia merasa sangat bodoh, karena masih mempertanyakan hal yang sudah pasti. Hal yang membuat perempuan itu lupa mendekat ke arah ranjang dan melihat lelaki yang

    Last Updated : 2024-04-28
  • My Assistant, My Husband   Seksi

    “Audrey ada apa denganmu?” Carl mengguncang bahu putrinya dengan kening berkerut. “Daddy.” Setelah cukup sadar dari keterkejutan, Audrey menatap ayah kandungnya dengan raut wajah bingung. “Sejak kapan Daddy pulang?” Saat ini, Audrey memang sedang melamun di ruang tamu rumahnya. Damar sudah kembali dari rumah sakit, dan Fiana meminta agar dia saja yang merawat sang putra untuk sementara. Itu berarti, Audrey dan Damar sekarang sedang tidak bersama. “Sudah sejak beberapa menit yang lalu, dan Daddy malah menemukan putri Daddy melamun di ruang tamu?” ucap Carl dalam nada tanya. “Tidak bisakah kau melamunkan suamimu di ruangan lain saja?” “Dari mana Daddy tahu kalau aku sedang melamunkan Damar?” tanya Audrey dengan kening berkerut. “Memangnya apalagi yang bisa dilamunkan seorang Audrey, kalau bukan pekerjaan atau lelaki yang tentu saja sudah menjadi suami. Rasa rindumu terlihat jelas.” Carl memutar bola mata, karena gemas melihat putrinya. Audrey meringis mendengar sang ayah. Padahal

    Last Updated : 2024-04-29
  • My Assistant, My Husband   Takut

    “Damar.” Audrey mendesis pelan. “Kau mau apa?” “Menurutmu apa?” tanya Damar, tidak berhenti menghindu aroma yang menguar di antara ceruk leher sang istri. “Tentu saja menggodaku, tapi ada Madre di rumah ini.” Audrey kembali mendesis. Dia merasa geli dengan embusan napas Damar, juga sentuhan lelaki itu di tubuhnya.“Apa kau mau cari mati? Ibumu akan marah kalau kita bersenang-senang di sini. Lukamu juga belum kering.” “Lukaku itu ada di bagian leher, Audrey,” bisik Damar tepat di telinga. “Itu tidak akan berdarah lagi, hanya karena kita bercinta. Bercinta dengan brutal sekali pun tidak masalah, asalkan bagian itu tidak disentuh.” Audrey menggeram antara kesal dan ingin, tapi pada akhirnya dia menyerah juga. Padahal, semalam Fiana sudah memperingatkan untuk tidak membuat Damar kelelahan dengan alasan apa pun. Tapi subuh ini, janji itu sudah dilanggar. Biarlah nanti mertuanya marah, yang penting Audrey menikmati indahnya dunia sekarang. Lagi pula, yang penting dia hanya perlu hati-h

    Last Updated : 2024-05-01
  • My Assistant, My Husband   Virus

    “Apa namanya?” Tiba-tiba saja Audrey bertanya, ketika Jelita muncul di hadapannya? “Ya?” Sang sekretaris yang baru saja tiba dari kantor itu, tentu bingung mendengar pertanyaan tidak jelas. Bahkan dia belum dipersilakan duduk. “Aku sedang bertanya,” balas Audrey dengan ketus. Dia merasa tidak didengar. “Saya tahu Bu Audrey bertanya, tapi apa pertanyaannya?” Jelita tidak segan untuk bertanya ulang. “Maksud saya, tadi Bu Audrey hanya bertanya tentang nama. Tidak ada penjelasan sebelumnya.” Audrey mendesis kesal. Dia ingin sekali marah, tapi yang dikatakan Jelita juga benar. Tadi memang dirinya hanya bergumam sangat pelan, berharap sang sekretaris yang datang ke rumah untuk bekerja, tidak terlalu mendengar. “Kemarilah.” Audrey meminta Jelita untuk mendekat. Dia pada akhirnya kalah dengan rasa ingin tahu. “Kalau kau tiba-tiba menjadi cemas atas seseorang yang sebelumnya tidak pernah kau cemaskan, itu kenapa?” Audrey berusaha menjelaskan dengan sedetail mungkin. Jelita tidak l

    Last Updated : 2024-05-02
  • My Assistant, My Husband   Kejutan dari Ayah Mertua

    “Kalian tadi ngobrolin apa sih?” Damar yang sudah segar sehabis mandi pagi, mendekat. “Aku hanya dengar soal virus.” “Ada virus di komputer kantor,” jawab Audrey secara spontan. Tak lupa juga, Audrey segera melotot pada Jelita. Dia melakukan itu, agar sang sekretaris menutup mulut tentang pembicaraan mereka tadi. “Tapi tidak apa-apa kok, Pak. Sudah diselesaikan dengan cepat,” ucap Jelita mengikuti keinginan atasannya. “Baguslah kalau begitu.” Damar mengangguk, kemudian ikut duduk. “Sekarang waktunya aku membantumu.” “Apa maksudmu dengan membantu?” hardik Audrey dengan mata melotot. “Kau itu pasien, tidak boleh bekerja.” “Tapi aku juga tidak bisa duduk dan melihatmu.” Damar membalas, walau tidak terdengar terlalu ngotot. “Aku juga bosan, Re. Aku juga ingin bekerja walau sedikit dan aku masih asistenmu.” “Kalau begitu kau dipecat,” balas Audrey dengan teganya. “Kok gitu sih?” Jelas saja Damar akan protes. “Ya karena aku gak mau kau kerja saat sakit.” “Lalu dari mana a

    Last Updated : 2024-05-04
  • My Assistant, My Husband   Perempuan Gila

    “Kalian terlambat.” Seorang pria paruh baya, menatap arlojinya dengan tatapan serius. “Padre, kau tahu tidak mungkin bagiku datang dari rumah ke sini dalam tiga puluh menit.” Damar tentu saja akan mengeluh. “Apalagi ditambah dengan luka di sini. Ini menggangguku membawa mobil.” “Kenapa harus kau yang membawa mobil?” Ayah dari Damar itu mengerutkan kening. “Kan ada ... istrimu.” Walau sempat ragu, ayah angkat Damar pada akhirnya menunjuk Audrey juga. Hal yang membuat perempuan itu langsung menegakkan badan dan bersiap untuk menyapa. “Selamat sore, Padre. Maaf karena aku tidak bisa membantu Damar menyetir, juga selamat datang dan salam kenal. Namaku Audrey.” Sebelah alis ayah Damar terangkat melihat kepercayaan diri menantunya. Padahal tadi dia dengan jelas mengejek, tapi rupanya Audrey tidak terlalu terpengaruh. Entah perempuan itu yang kurang peka, atau dia memang bersifat percaya diri. “Dominique Evarado, panggil saja Domi. Seperti yang kau tahu, ayah Damar dan juga mertuamu.”

    Last Updated : 2024-05-05

Latest chapter

  • My Assistant, My Husband   Ekstra - Satu Saja

    “Lebih cepat lagi, please.” Damar menggeram dalam suara rendah dan tertahan. “Kau pikir aku ini mesin yang bisa bergerak cepat?” jawab Audrey dengan nafas terengah. “Kakiku sudah mulai terasa pegal.” “Kalau begitu, biarkan aku mengambil alih.” Damar yang terengah pun memohon dengan sangat. “Aku mohon.” Audrey tidak menjawab, tapi dia berhenti bergerak. Kedua tangan yang tadi bertumpu pada kaki Damar, kini bergerak memeluk sang suami. Sayangnya, dia masih belum mau membiarkan lelaki itu mengambil alih kegiatan ranjang mereka dan memilih mengubah posisi saja. “Jangan bergerak.” Kali ini giliran Audrey yang menggeram, ketika merasakan sang suami menggoyangkan pinggulnya. “Aku tidak bisa menahan diri lagi, Re,” desis Damar tepat di telinga sang istri yang kini memeluknya. Dia bahkan menggigit bagian telinga itu, sebelum melanjutkan, “Tolong lepaskan ikatan di tanganku. Please.” Sungguh, Damar ingin sekali mengentak lebih keras. Dia bisa melakukan itu dalam keadaan duduk dan terikat

  • My Assistant, My Husband   Ekstra - Pamer

    “Apa kau menikmati acaranya?” Audrey bertanya pada orang di depannya, dengan senyum lebar. “Kau mengejekku?” desis Patricia tampak begitu marah. “Aku hanya bertanya, Patricia. Mengejek dan bertanya jelas adalah dua hal yang berbeda.” Dua perempuan itu pada akhirnya saling menatap. Patricia dengan tatapan kemarahan disertai dendam, sementara Audrey dengan tatapan penuh kemenangan. “Re. Kau di sini.” Baru juga Patricia ingin buka mulut untuk memaki, tapi Damar sudah mendekat. Lelaki itu tampak begitu rapi dengan menggunakan tuxedo berwarna putih dan dasi kupu-kupu hitam. Penampilannya jadi makin sempurna dengan celana hitam, sapu tangan putih dan rambut tertata. “Ada Patricia rupanya.” Demi kesopanan, Damar dengan terpaksa menyapa. “Hai.” Mau tidak mau, Patricia menyunggingkan senyum. “Aku tidak tahu kalau kau benar-benar dari Italia dan punya rumah seindah ini.” “Ini bukan rumahku, tapi

  • My Assistant, My Husband   Mengikutimu

    “Wah, jadi ini perkebunan milik Padre?” tanya Audrey, ketika mereka baru saja memasuki kawasan penuh tanaman anggur. “Ya, kebetulan saja ini sudah dekat masa panen.” Domi yang menjawab dengan riang. “Kau bisa memetik beberapa kalau mau, sebelum semuanya dijadikan wine.” “Oh, sungguh?” Audrey tampak cukup tertarik. “Tapi apakah aku boleh mendapatkan keduanya? Anggur dan wine?” “Apa pun yang kau inginkan.” Kali ini, Damar yang menjawab. “Aku bertanya pada Padre,” balas Audrey dengan sebelah alis yang terangkat. “Ini semua akan jadi milikmu, jadi tentu kau boleh meminta apa saja.” Damar tersenyum lebar, sembari menatap sang istri. Hal yang membuat ayahnya berdecak. “Rasanya kau lebih parah, dari lelaki mana pun yang kukenal di dunia ini.” Mau tidak mau, Domi mengeluh juga. “Kalau tidak ingin dilihat, Padre tidak perlu melihat.” Audrey membalas dengan sangat kurang ajar. Mendengar itu, Domi hanya bisa mendengus saja. Dia juga tidak mungkin marah, karena biar bagaima

  • My Assistant, My Husband   Dunia Terbalik

    “Apa aku tidak salah lihat?” tanya seseorang pada Happy. “Bu Audrey dan Pak Damar bergandengan tangan?” “Sama sekali tidak,” jawab Happy dengan embusan napas pelan. “Yang kau lihat itu adalah kenyataan.” “Serius?” tanya rekan kerja Happy yang tadi. “Jadi gosip yang bilang kalau Bu Audrey mengincar Damar itu benar?” “Tidak, Sayang.” Happy menatap temannya dengan tatapan kasihan. “Sejak awal Pak Damar itu off limit. Sejak awal dia sudah sold out, alias taken.” Setelah mengatakan hal itu, Happy memilih untuk melangkah terlebih dulu dan meninggalkan temannya yang tampak sangat terkejut. Biar bagaimana, atasannya sudah datang. Dia tidak bisa lagi bersantai-santai dengan alasan habis dari membeli kopi. “Sekarang aku punya dua atasan,” gumam Happy sepelan mungkin. “Untung Pak Damar baik, tapi jelas aku harus hati-hati padanya. Kalau tidak, Bu Audrey yang akan memecatku.” *** “Perasaanku saja, atau sejak ta

  • My Assistant, My Husband   Yang Penting

    “Untuk apa kau membawa buket bunga?” tanya Domi, ketika melihat sang menantu berdiri di depan pintu rumah, yang baru saja dia buka. “Aku tentu saja akan memberikan ini untuk ....” “Damar?” Fiana muncul di sebelah sang suami dengan sebelah alis terangkat. “Kau ingin memberikan bunga untuk Damar? Bukankah seharusnya terbalik?” “Tentu saja bukan untuk Damar,” jawab Audrey dengan senyum lebar. “Aku membawakan ini untuk Madre dan membawakan hadiah lain untuk Damar.” Kedua alis Fiana terangkat mendengar jawaban yang mengejutkan, tapi tetap menerima buket bunga yang dibawakan oleh menantunya. Hadiah yang sangat tidak biasa dari menantu perempuannya, sampai Audrey lupa untuk dipersilakan masuk. Untung saja Audrey yang sedikit tidak tahu malu itu, meminta izin untuk duduk di ruang tamu. Katanya, masih ada hadiah yang mau diberikan. “Cokelat untuk Madre.” Audrey mengeluarkan sekotak cokelat yang terlihat mahal. “Apa ayah mertuamu ini tidak mendapatkan apa-apa?” tanya Domi pu

  • My Assistant, My Husband   Jujur

    “Ini benar-benar tidak masuk akal,” desis Audrey benar-benar kesal, dengan ponsel yang menempel di telinga. “Bagaimana mungkin mereka mengurung, bahkan menempatkan bodyguard di depan pintu dan di bawah jendela.” Mendengar protes dari sang istri, Damar hanya bisa tertawa pelan. Memang ini sangat tidak masuk akal, tapi kalau Audrey jadi memperhatikan dirinya seperti ini, rasanya Damar tidak akan masalah. “Mau apa lagi?” tanya damar denan senyum yang terkulum. “Walau aku sering olahraga, tapi aku tidak mungkin melawan orang-orang berbadan besar itu kan? Apalagi mereka lebih dari satu orang.” “Tapi kau kan bukan anak gadis perawan yang harus dijaga dengan bak,” hardik Audrey terlihat begitu kesal. “Aku juga bukan serigala yang akan memangsamu.” Tentu saja Damar akan tertawa mendengar hal itu. Dia merasa perumpamaan yang diucapkan oleh Audrey sangat lucu. “Bu, tolong jangan pacaran di depan saya.” Jangankan Damar, Happy saja merasa risih dan langsung menegur ketika sang atas

  • My Assistant, My Husband   Pisah

    “Senang berkenalan dengan Anda berdua.” Carl mengulurkan tangan, disertai dengan senyuman lebar. “Hai, aku Dominique. Panggil saja Domi dan aku adalah ayah dari Damar. Lelaki yang selama ini ternyata sudah menikah dengan putrimu.” Carl sempat terdiam untuk beberapa saat, berpikir kalau dirinya baru saja diejek. Untungnya, Domi segera tersenyum lebar setelahnya. Memberitahu kalau dia hanya bercanda, walau di bawah pelototan sang istri. “Aku merasa senang karena pada akhirnya, kita semua bisa bertemu juga,” ucap Vita dengan senyum antusiasnya. “Omong-omong, ini adik Audrey. Mereka berbeda sangat jauh, tapi Brian sangat mengagumi kakaknya.” “Aku tidak suka mereka,” gumam Brian tanpa segan. “Mereka tidak akan mengambil Kak Audrey kan?” “Bukan kami yang akan mengambil kakakmu, Nak.” Carl dengan cepat menanggapi. “Tapi lelaki yang satu ini yang akan dan sudah melakukannya.” “Padre.” Damar tentu saja akan langsung menegur, ketika sang ayah menepuk pelan punggungnya. Dia tidak ingin Br

  • My Assistant, My Husband   Anak

    “Kau bilang apa?” tanya Damar dengan mata melotot. “Mathilda yang menyerangmu,” jawab Audrey yang tengah menggunakan rangkaian perawatan kulitnya, setelah pulang kerja. “Dia sudah mengau.” “Yang benar saja!” Damar tampak tidak percaya. “Katanya dia menyukaiku, tapi menyerangku. Apakah itu terdengar masuk akal?” “Cinta itu buta.” Audrey yang sudah selesai, kini menatap suaminya. “Dia akan melakukan apa saja, untuk menyingkirkan saingan atau mendapatkanmu. Dalam kasus ini, dia ingin menyingkirkanku. Hanya saja dia lupa kalau aku juga punya mobil Eropa dan duduk di sebelah kanan sebagai penumpang.” “Ini serius?” tanya Damar masih tampak tidak percaya. “Maksudku, dia benar-benar meminta seseorang untuk mencelakaimu?” “Kenapa? Tidak percaya?” tanya Audrey dengan mata melotot. Jujur saja, Audrey tidak suka dengan pertanyaan Damar. Lelaki itu seperti terdengar tidak rela ada yang memfitnah perempuan yang dia sukai. Audrey tidak menyukai hal itu sama sekali. “Jujur saja tidak.” Damar

  • My Assistant, My Husband   Tersangka

    “Apa maumu?” Audrey mendongak ketika mendengar suara ketus itu. Dia tersenyum, ketika melihat tamunya sudah datang. Siapa yang sangka kalau Mathilda benar-benar datang sesuai dengan keinginannya. “Aku sudah datang, jadi katakan apa maumu.” “Duduk dulu, Mathilda.” Audrey mengedikkan bahu dengan santainya, menunjuk kursi yang ada di depannya. “Kita ini sedang di tempat umum, akan jadi tontonan kalau kau terus berdiri.” Perempuan berdarah Italia itu tidak langsung duduk, dan memilih untuk melihat sekitarnya lebih dulu. Mereka sedang ada di sebuah kafe yang cukup ramai, dengan beberapa pasang mata yang menatapnya. “Katakan dengan cepat, karena aku harus ke bandara.” Pada akhirnya, Mathilda memilih untuk duduk. “Bandara?” Audrey bertanya dengan kedua alis yang terangkat. “Kau akan berangkat?” “Tentu saja aku perlu pulang ke rumah orang tuaku kan? Apa kau pikir aku akan selamanya tinggal di sini, setelah dipermalukan seperti itu?” Audrey tersenyum miring mendengar apa yang dikataka

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status